Part 1
Hup! Nina setengah melompat mendaratkan kaki di tanah pedesaan yang nyaman. Nina memang lahir di Jakarta, tapi Bunda lahir di sini. Desa kecil ini begitu asli, belum tercemar polusi udara. Meskipun PLN sudah masuk, tapi masih jarang kendaraan bermotor di sini. Ke mana-mana, penghuni desa ini lebih memilih jalan kaki atau bersepeda.
"Ninaaa!! Jangan bengong! Bantu Mbak Selly angkat barang!!" seru Kak Rendy mengagetkan Nina dari lamunannya. Nina menoleh sambil mengerucutkan bibir.
"Nggak mau ah, Nina mau bantu angkat Lillian aja. Ayo Lil's sayang." Nina mengangkat keponakannya yang baru berumur sepuluh bulan itu. Kak Rendy bengong, Mbak Selly tertawa.
Mulai hari ini sampai seminggu ke depan, Nina berlibur di desa kecil ini. Mereka menginap di rumah mereka sendiri karena rumah nenek dan bibi tidak ada kamar lebih. Sebelum Ayah membawa Bunda ke Jakarta, mereka sempat membangun rumah di sini, terpisah dari rumah nenek meskipun jaraknya tak terlalu jauh. Terakhir Nina ke sini sudah setahun lalu, saat masih kelas dua SMA. Tapi sepertinya desa ini tak banyak berubah.
Ayah dan Bunda tak bisa ikut karena sibuk. Jadilah Kak Rendy dan istrinya, Mbak Selly, yang ikut. Ups! Lilian juga, dong. Jam empat sore, mereka selesai membereskan barang bawaan yang memang tidak banyak.
"Mbak, Nina main dulu ya...." pamit Nina pada kakak iparnya itu.
"Ya, pulangnya jangan kesorean, ya?" pesan Mbak Selly.
"Oke, deh." Nina mengacungkan jempolnya dan meninggalkan rumah bercat putih itu.
.
"Tempat ini nggak berubah." Gumam Nina.Yups! Inilah tempat terfavorit rahasianya saat berlibur di sini. Sebuah sungai kecil berbatu-batu yang airnya sejuk dan jernih. Ada banyak pohon rambutan dan jambu liar di sisi-sisinya. Semak-semaknya juga belum terusik, masih alami. Juga air terjun kecil yang menjadi hulu sungai itu.
Tempat Nina biasa duduk adalah sebuah batu berukuran sedang yang menjorok ke sungai, sehingga jika duduk di atasnya, Nina bisa mencelupkan kaki di air. Satu lagi, rumpun melati. Bukan rahasia lagi, semua orang yang mengenalnya tahu, Nina sangat menyukai bunga melati. Dan di sekitar sungai ini bunga melati tumbuh subur di mana-mana. Penduduk desa ini memang terbiasa mandi di sumur, bukan di sungai. Jadi semua sungai pun bebas limbah.
"Hup!" Seru Nina saat melompat ke atas batu-batu kecil menuju seberang sungai. Gadis berambut lurus hitam sepinggang itu tergoda untuk memetik melati di seberang sungai yang sepertinya lebih subur dan besar-besar.
"AA..." Nina menjerit saat tergelincir, nyaris saja ia terjatuh kesungai. Namun gadis itu tak juga jera. Ia kembali melompat di batu-batu yang disusunnya tahun lalu. Kali ini ia benar-benar terpeleset dan akan jatuh. Nina melotot horror, bagian sungai ini yang paling dalam dan batu-batu di dalamnya lebih tajam.
Tiba-tiba seseorang menangkap pergelangan tangan Nina dan merangkul pinggangnya. Nina bersyukur setengah hidup, selamat deh. Tapi setengah hidup juga Nina terkejut begitu tahu siapa yang menolongnya.
"ALEX??"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumpun Melati di Tepi Sungai
ChickLitSummary: Alex dan Nina adalah 'musuh pada pandangan pertama' di sekolah. Namun pada saat liburan tanpa di duga mereka bertemu di sebuah tempat yang sama-sama menyimpan memori bagi mereka. Mereka sepakat mengesampingkan permusuhan atas nama liburan t...