Part 3
Alex menyusuri blok demi blok di desa Sumber Kasih ini. Letak blok A dan B memang membelakangi Blok C dan D. Alex tengah mencari rumah Nina.
"Hmmm..... Blok A, check. Nomor 8, check. Ada taman, check. Tapi mana Nina?" Alex bergumam sendiri. "Apa sebaiknya ku panggil sa-........ja?"
Kata-kata Alex terpenggal begitu saja saat melihat sesuatu, atau lebih tepatnya seseorang, yang membuatnya shock sampai speechless. Di taman itu, tepatnya di bawah pohon belimbing yang tengah berbunga, seorang gadis manis tengah menggendong sesosok bayi sambil bersenandung.
"Lilian sayang, oh Lilian sayang... cepatlah tidur, tidurlah siang...." Suara Nina yang merdu malah membuat Alex semakin bengong. Rambut hitam sepinggang Nina dikibarkan angin. Sementara malaikat kecil dalam gendongannya malah tertawa-tawa. Mendadak Alex merasa dirinya sedang berada di abad delapan belas, dimana Naga masih berkeliaran dan hewan masih berbicara dengan bahasa manusia. Lupakan, itu khayalan Alex saja.
"Oh, sudah datang, Lex...?" sapa Nina begitu menyadari kedatangan Alex. Alex hanya bisa mengangguk. Lillian mengintip dari balik lengan Nina dan tertawa tergelak-gelak, mengembalikan fokus Nina padanya. "Duh, Lil's sayang, ayolah.... bobo siang ya...? Please..."
"Kok kamu nggak bilang-bilang kalau kamu udah punya anak sih, Nin?" kata Alex dengan nada tercekat. Pipi Nina memerah seketika.
"E-enak aja! Ini keponakan aku tau!! Anaknya kakakku!" sembur Nina sewot. Alex terdiam beberapa saat, lalu tertawa lepas. Mau tak mau Nina tertawa juga. Lillian ikut tergelak-gelak.
"Hmmmppff.... kirain kamu udah punya anak... haha..." Alex berusaha menelan sisa tawanya. Lalu Alex menghampiri Lillian dan memegang tangan mungilnya. "Adik cantik, namanya siapa?"
"Lillian..." jawab Nina sambil tersenyum geli. Entah kenapa, dimatanya, Alex tampak seperti seorang ayah yang sedang bermain dengan putrinya. Nina malu sendiri menyadari apa yang difikirkannya.
"Boleh coba gendong nggak Nin? Jadi gemas nih..." Alex terpikat keimutan bayi sepuluh bulan itu.
"Hati-hati..." jawab Nina sambil mengangsurkan Lillian.
Alex menggendong Lillian tanpa kesulitan. Diajaknya bayi itu bercanda. Kadang-kadang digelitikinya, lalu diangkatnya tinggi-tinggi. Lillian tertawa tergelak-gelak. Mau tak mau, Nina yang tadinya cemas ikut tertawa juga. Dua hari ini, Nina seperti melihat sisi lain Alex yang selama ini belum pernah dilihatnya. Alex yang perhatian, Alex yang ceria, Alex yang tertawa lepas... Jika mengingat hubungan mereka yang selalu dipenuhi pertengkaran, persaingan, seringaian sadis, celetukan sinis, olok-olok pedas, rasanya datangnya hari ini seperti keajaiban.
"Nah, sudah ya... sekarang Lillian bobo." Suara tenang Alex menyadarkan Nina dari lamunan. Anehnya, bayi mungil itu menurut, mulai memejamkan mata dalam gendongan Alex. Alex mendudukkan diri di bawah pohon jambu air yang cukup rindang itu. Nina mengikut. Keduanya menatapi Lillian yang mulai larut ke alam mimpi.
"Kok malah nurutnya sama kamu, Lex?" tanya Nina dengan nada heran dan protes sekaligus. Alex hanya mengangkat bahu. "Sini Lex, biar kubawa masuk. Ayo ikut kerumah dulu." Ajak Nina. Alex menurut, menyerahkan Lillian pada Nina dan mengekor gadis itu ke rumah bercat putih aksen hitam itu.
"Teman Nina ya?" sapa Kak Rendy yang sedang membaca majalah di ruang tamu. Alex duduk dan mengakrabkan diri. Nina masuk ke dalam.
"Mbak, Mbak Selly..." Panggil Nina di depan kamar kakak iparnya itu. Tapi sang pemilik kamar ternyata tengah berada di dapur di ruangan sebelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumpun Melati di Tepi Sungai
ChickLitSummary: Alex dan Nina adalah 'musuh pada pandangan pertama' di sekolah. Namun pada saat liburan tanpa di duga mereka bertemu di sebuah tempat yang sama-sama menyimpan memori bagi mereka. Mereka sepakat mengesampingkan permusuhan atas nama liburan t...