Serena menutup pintu rumah. Di dalam, sudah ada Bibi dengan sup kalkun diatas meja yang terasa lezat. Gadis itu tersenyum lembut, mendekatkan diri ke Biby Ly . "Aku pulang," ujarnya.Bibi Ly membalasnya, dan menyuruh Serena duduk di meja makan. "Kenapa kau pulang telat?"
"Ah, itu...." Serena menggaruk tengkuknya yang tidak gatal , mencoba mencari alasan. Tidak mungkin di mengatakan 'aku menunggu seorang pria yang membuatku takut, dan mereasa penasaran di saat yang sama.' , dia bisa gila jika mengatakan hal itu, karena selama tujuh belas tahun hidupnya, dia tidak pernah mebarus rasa berlebihan kepada seorang lelaki. Yang mengerikannya lagi, laki-laki itu baru ditemuinya, dan belum sampai dua puluh empat jam. "Aku berkeliling sekolah, mengingat kembali agar tidak lupa."
"Ah baguslah, bagaimana sekolah barumu?"
"Baik, menyenangkan." Bibi Ly mengangguk, kemudian memberikan orang juice ke Serena. "Ah benar, kau satu sekolah dengan Farey bukan? Berteman baiklah dengannya, dia gadis yang menyenangkan di daerah sini. Dia periang, kau akan menyukainya."
Serena menyeruput minuman itu, dan berdiri dari bangkunya. "Sebelum Bibi mengatakan itu, aku sudah menyukainya." Serena tersenyum dan pergi ke kamarnya, untuk berganti baju.
Sesampainya di kamar, Serena masih memikirkan tentang Edward. Pikirannya menerawang entah kenapa, ada sesuatu yang menariknya--memaksanya untuk mengetahui seluk beluk lelaki itu. Serena melihat luka di dahinya, dan ternyata sudah kering. Dia bergegas berganti baju, dan kembali menuju dapur.
"Ada yang bisa ku bantu bibi?" Bibi Ly menggeleng. "Kita akan ke mall sekarang. Ada beberapa pakaian yang harus kau beli," ucap Bibi Ly sambil menggantungkan apronnya.
Serena mengernyit tidak mengerti, apa yang di bicarakan Biby Ly. "Pakain apa?"
Serena mengekori Bibi Ly. "Aku ingin membelikan pakain untukmu. Sudah lama, aku menginginkannya."
Hujan masih mengguyur, embun di kaca jendela tercetak dengan jelas, betapa dinginnya diluar sana. "Pakai mantel dan payungmu. Kita akan ke halte, maaf mobil--"
"It's oke. " jawab Serena cepat.
Bibi Ly tersenyum dan mereka berdua pergi.
***
"Bagaimana dengan pakaian ini? Sangat cocok denganmu."
Bibi Ly memberikan Serena sebuah dress one piece dengan lengan berpotongan pendek . "Musim panas nanti, udara disini tidak terlalu panas. "
"Baiklah, aku akan mencobanya dulu."
Serena berjalan keruang ganti. Saat berjalan, dia menabrak seseorang. Membuat tubuhnya sedikit terhuyung kebelakang, namun tangan kokok sudah menyangga dirinya. " sorry, aku tidak melihatmu." Ucap gadis itu dengan lembut.
Lengan kokoh itu melepaskan Serena. Gadis itu menengok, dan mendapati Edward tengah memandangnya datar. Dengan sweater berwarna hitam menutup sampai kepalanya. Bedanya, dia tidak memakai masker, mempelihat lekukan wajahnya yang terpahat indah bak Dewa Yunani. Serena memandang lurus kemata Edward, dan entah perasaanya saja, bahwa mata Edward berubah berwana merah keemasan. 'Apa aku salah lihat barusan? Atau hanya perasaanku saja?'
"Are you okay?" Tanya gadis itu, membuyarkan lamuan Serena. "Dia baik-baik saja Tay," jawab Edward dan berlalu pergi.
"Edward?! Kau mau kemana?" Taylor meneriaki nama Edrwad berkali-kali, namun di acuhkan. "Astaga laki-laki itu, benar-benar menyebalkan. Ah, maafkan aku," ucap Taylor merasa bersalah dan di balas gelengan kepala Serena. "Aku baik-baik saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lunar Eclipse Saga
VampireSerena, pindah ke Alaska untuk bersama orang tua asuhnya dan menjalani kehidupan barunya dari awal. Dihari pertama kampus, Serena merasa 'tertarik' dengan Edward, teman kampus yang sama-sama baru pindah beberapa bulan lalu. Bukan cinta, namun sesua...