Les (5) - No See

332 34 35
                                    

Serena pov


'Serena, Serena, Serena,' suara itu samar-samar terdengar dari telingaku. Sentuhan lembut di keningku yang terasa nyaman dan dingin, membuatku ingin membuka mata. Entah kenapa, mataku tidak mau membuka , hanya menutup rapat.

Aroma kayu-kayuan yang menyeruak di hidungku, sentuhan lembut di permukaan kulitku. Tangan yang semula ada diatas perutku, beralih menuju sesuatu yang terasa lembut. Bibir. Ya, permukaan kecil yang lembut itu. Bisa kueasakan dia mencium permukaan tanganku lembut. Astaga ,aku benar-benar ingin membuka mataku, melihat jelas siapa yang melalukan hal kurang ajar sekaligus membuatku nyaman ini. Oh tidak, apakah aku barusan mengatakan nyaman?

'Serena, aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi.'

Tidak bisa menunggu apa dia? Apa yang dia tunggu dariku. Siapa dia? Apa yang dia lakukan terhapadku? Bagaimana dia bisa masuk kamarku? Semua pertanyaan itu memutar di otakku bagai memori kusut.

Dan hal itu terjadi, aku merasakan deru nafasnya tepat berada di permukaan kulit wajahku. Membuatku terlena sementara. Saat kupikir dia akan menciumku, sentuhan itu menghilang bersama angin dingin malam. Dan seketika itu juga, aku membuka mataku, mencari keseluruh tempat.

Namun yang kutemukan tidak ada. Hanya jendelaku yang terbuka dengan horden yang beterbangan karena angin. Aku berjalan, mencari keluar, tetap saja tidak ada.

"Astaga, apakah aku bermimpi? Tapi," aku menyentuh telapak tanganku, dan menciumnya. "Aroma kayu-kayuan ini...."

***

"Selamat pagi Bibi Ly," aku menyapa Bibi Ly yang tengah memersiapkan makanan di dapur. "Pagi, honey."

Aku mendekat, dan mencoba membantu Bibi Ly memasak. "Duduklah di kursi, makanan akan selesai sebentar lagi." Aku menggeleng, menolak. "Tidak apa-apa, aku ingin membantu. Rasanya sudah lama aku tidak menyentuh peralatan dapur," ujarku.

"Kau bisa memasak?" Tanya Bibi Ly serius. Aku terkekeh, kemudian mengambil pisau daging dan memotong daging sapi itu dengan cepat dan gesit. Mulut Bibi Ly sampai termanga, membuatku tertawa pelan. "Ingin meragukan chef Serena?" Tanyaku dan kami berdua sama-sama tertawa.

"Baiklah, kau potong sayuran , dan rebus air panas. Tambahkan juga kayu manis," intruksi Bibi Ly dan aku mengangguk.

Aku melalukan semua intruksi Bibi Ly dengan cekatan. Aroma daging sapi yang kami rebus terasa harum dan renyah. Paman yang keluar dari kamar langsung berjalan kearah kami.
"Wah, aku jadi lapar." Ujar paman .

Kami semua makan dengan ceria. Paman dan Bibi tidak henti-hentinya memuji kemampuan masakku yang kata mereka sangat luar biasa. Aku hanya bisa tersenyum tipis. Tidak sia-sia aku selama ini membantu Bibi Merry . Tidak sekalipun Bibi Merry memuji masakanku, yang ada hanya cemoohan yang tidak ada henti-hentinya.

Jika dulu Bibi Merry tidak merasa puas dengan masakanku, aku hanya makan sisa-sisa makanan mereka. Kadang, Berry meludahi makananku, dan memaksaku memakannya kemudian mem-Videokan dan memberitahukan teman sekelasku.

Mengingat hal itu, rasanya seperti mimpi. Sekarang, aku sudah lebih dari kata baik. Bibi Ly dan Paman yang baik dan menyayangiku layaknya putri sendiri. Aku bersykur, rasanya penantianku selama ini membuahkan hasil. Aku memiliki keluarga untuk pertama kalinya. Keluarga yang menyayangiku sepenuh hati, keluarga yang selalu menantiku pulang.

Lunar Eclipse SagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang