Drama of life

Prolog

Tiga kali, mungkin ini udah jadi yang terakhir bagi Alvaro untuk dapat bersekolah. Dimasa usianya yang masih menginjak 16th bukan hal biasa ketika orang tuanya mengirim beberapa pengawal agar kebiasaan brutalnya itu hilang. Akal pikirannya sudah berkembang lebih cepat dalam hal kebrutalan semenjak tiga tahun lalu, Alvaro terkenal sebagai anak nakal hingga dia harus berpindah dari kota ke kota lain menghindari sekolah yang sama dalam satu kota karena sudah sering masuk keluar dalam balutan perban ditubuhnya juga surat peringatan dari sekolah.

Peringatan terakhirnya sekarang ditegaskan oleh ayah kandung Alvaro untuk merubah sikapnya layak remaja lain, belajar dan belajar. Bukanlah malah bertanding kekuatan diluar sana mengakibatkan jika suatu saat nanti harus terluka lebih dari skarang, lihat muka lebam nya sudah terlukis dihadapan ayahnya. Kemarahan sang ayah membuat Alvaro bukan berpikir jernih melainkan pikiran kotor jika suatu saat nanti dia bertemu musuh yg sama di kota baru akan dihajarnya habis.

Sekolahnya yang baru takkalah besar dan tentu pasti mahal sesuai dengan keadaan ayahnya yang kaya dan dapat membeli apa yang pasti tidak dapat dibeli kebanyakan orang. Seperti sekarang Alvaro takpernah merasa kekurangan, terutama disetiap perpindahan rumah dan sekolah baru pasti akan lebih meninggi dari sebelumnya.

"tak pernah ada kata permohonan maaf jika ulahmu terus terulang, ini peringatan terakhirmu Alvaro! Jika kamu terus mengulang, ibumu sudah menunggu di Amerika sana menjemputmu." tegasnya dihadapan Alvaro penuh peringatan nyata.

Mungkin iblis apa yg sebenarnya sudah memasuki diri Alvaro sehingga sulit baginya untuk sekedar takut pada ketegasan ayahnya itu. Ini hanya permainan dari sekian banyak wajah palsu dari Alvaro jika ayahnya sudah memuncakkan kemarahan, dia berlutut memohon agar semua ucapan itu ditarik kembali dan hasilnya itu selalu berhasil. Mudah bukan? Dan lagi-lagi ayahnya memberikan kepercayaan itu kembali.