part 5 - Invitation

61 3 0
                                    

Disebuah lapangan kecil yang terbentengi hanya dengan sebuah kawat-kawat kecil mengelilingi lapangan ini, Alvaro dan ketiga sahabatnya asik menjalanakan rutinitas bermain bola. Siang hari yang cukup menyengat sebenarnya tapi tidak menghalangi kesenangan mereka.

"oyy! Berita baruu" Gio berlari memasuki lapangan dengan terengah-engah.

Sekejap suasana hening ketika melihat Gio berlari menyerukan untuk mendekat ke arahnya. Seperti sesuatu hal yang penting.

"ada apa?" tanya Erza yang sudah penasaran.

Masih belum terdengar jawaban dari Gio hanya ada nafas beratnya yang masih tidak teratur akibat tergesa-gesa.

"ini gawat," satu katalimat menggantung dari Gio.

"apa? Kenapa? Apa kau tidak bisa lebih jelas lagi hah," lagi-lagi Erza terdengar frustasi melihat Gio yang takkunjung menjelaskan.

Sepersekian detik tatapan anatara Erza dan Gio terjadi. Dua orang yang sama-sama memiliki kepribadian keras penuh ego. Melihat aura yang harusnya tidak terjadi disini cepat Alvaro menyadarkan suasana ini.

"jelaskan perlahan Gi, ada apa?" oh siapa yang tidak suka melihat kesantaian Alvaro? Maksudnya diantara mereka memang Alvaro yang selalu menjadi penengah.

"mereka akan datang kesini, dan aku rasa itu tidak akan baik--"

"mereka siapa?" potong Yogi, merekapun mulai serius.

Belum sempat terjawab oleh Gio dentuman keras terdengar memasuki area lapangan.

2motor memasuki arena lapangan yang membawakan salah satu diantara mereka turun dibalik seseorang yang mengendarai motor. Ke empat orang itu-- Gio memberi tatapan sebagai bahasa tubuh bahwa mereka yang dimaksudnya tadi adalah orang yang berada dihadapannya sekarang.

Alvaro lebih dulu berjalan didepan di ikuti Erza juga Gio, sedangkan Ergo lebih terkesan cepat ambil mundur dibalik batu besar ditemani Yogi.

"ini.." sebuah kertas tepatnya lebih sesuatu yang terlihat tebal disodorkan tanpa basa-basi oleh seorang lelaki bertato dilengannya kepada Alvaro.

Tidak langsung diterima oleh Alvaro karena tidak jelas apa yang sebenarnya maksud kedangan mereka itu lalu memberikan sebuah-- seperti undangan.

"hanya undangan pesta, kalian beruntung dapat diundang di pesta ini" jelasnya sinkat.

Diraihnya undangan berwarna gelap itu, seperti anak sekolah dasar saja yang mengundang kesebuah pesta dengan memberikan undangan, pikir Alvaro.

"Hanya orang tertentu yang boleh masuk dengan menunjukan undangan itu," kata terakhir terucap oleh lelaki bertato itu sebelum dia melajukan motornya pergi.

Hah! Ternyata datang untuk memberikan sebuah undangan pesta pembukaan club baru. Terbaca diawal opening nya itu.

Ergo dan Yogi yang dibalik batu untuk bersembunyi muncul ketika keempat orang tadi sudah benar-benar pergi dan melihat isi undangan itu.

Rasa aman kembali, rutinitas yang sempat terganggu kembali dijalankan yaitu bermain bola.

***

Memasuki sekolah seperti biasa, kali ini Alvaro tidak membenahkan diri untuk bolos. Sudah hampir sering dia dan Yogi pergi keluar kelas yang sebenarnya terlampau sering terjadi keributan diluar sana menyangkut dirinya. Entahlah dimanapun Alvaro ada gencatan itu tidak pernah hilang.

Bruk! Setumpuk buku tersodorkan kehadapan mereka-- yogi dan Alvaro ketika sedang asik berdiam diri mengobrol dalam kelas.

"apa-apaan ini?" Yogi yang merasa terganggu oleh tumpukan buku itu memprotes kearah gadis dihadapannya.

Drama of lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang