Tak terasa hari pertama sekolah telah berakhir. Para siswa/siswi SMA Harapan Bangsa bergegas untuk keluar ruang kelas dan pulang. Begitu pula halnya dengan Rio, Cakka dan Shilla. Shilla lebih dulu keluar dari kelasnya dan tengah menunggu kedua sahabatnya yang tak kunjung datang.
Rio berjalan keparkiran dengan gayanya yang cool. Tangan didalam saku celananya dan tatapan angkuh tanpa senyum sedikitpun. Begitu pula dengan Cakka. Namun Cakka sedikit lebih santai dari sahabatnya.
Mereka melihat Shilla yang menata mereka dengan sinis, berkacak pinggang dan bibir manyun. Sedangkan yang ditatap tak merubah ekspresi sedikitpun. Shilla pun memukul keras lengan Rio dan Cakka, sehingga membuat mereka meringis.
"aww, apa yang lo lakuin Ashilla" bentak Rio masih mengusap lengannya.
"lo tuh ya, ditungguin lama banget sih. Kemana lo, ngapelin cewek-cewek?"
"ah neng Shilla jangan iri dong, kalo babang Cakka ngapelin cewek-cewek. Abisnya gimana ya? Kalo udah tampan gak ketulungan gini" Cakka menaikturunkan alisnya membuat Shilla semakin muak melihatnya.
"yah terserah lo Cakka sinting" ucap Shilla dan langsung masuk kedalam mobil Cakka untuk duduk dijok depan.
Sementara Rio yang membawa motor pun langsung menuju motornya untuk pulang. Dengan gayanya yang cool membuat sebagian besar siswi memperhatikannya dengan mulut menganga.
***
Siang ini Hanafi begitu kesal karena pihak sekolah meneleponnya. Menanyakkan keberadaam putri semata wayangnya. Ia langsung bergegas pulang kerumah tanpa melanjutkan tugas kantonya.
Berkali-kali ia mencoba menghubungi putrinya – Ify – namun tak pernah diangkat. Ia terus mengumpat kesal atas kelakuan Ify. Ify nya yang telah berubah sejak kepergian ibunya. Ia akui bahwa itu salahnya, namun tak bisakah kedua anaknya melupakan masalalu dan membuka lembaran yang baru.
Sampai dirumah ia terus berteriak memanggil nama Ify.
"IFY DIMANA KAMU HAH!!" teriak Hanafi membuat sang istri – Maya – kaget.
"ada apa pa?" tanya Maya pada suaminya yang tampak sangat marah.
"dimana anak itu ma? Apa dia belum pulang juga ke Indonesia hah?"
"Ify sudah tiba dibandara pa, dan sekarang Gabriel sedang menjemputnya"
"bikin malu saja tuh anak, tidak seperti Gabriel yang baik dan penurut" Hanafi mendudukkan dirinya disofa dan menutup matanya yang lelah.
"berhentilah menbanding-bandingkan Ify dengan Gabriel pa, ia pasti akan sedih mendengarnya, cukup Alvin yang pergi. Aku tidak mau keluargaku hancur pa" Maya terduduk sedih, matanya mulai merah tanda menahan tangis.
Hanafi menghela nafas "maafkan aku ma" ia pun membawa Maya kedalam dekapannya.
***
Ify akhirnya memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Ia memang tak memberi tahu kakak semata wayangnya hanya karena ingin memberikan kejutan kepadanya. Ia melangkah dengan anggun dan angkuh, dengan mengunakkan tanktop hitam dengan kemeja yang diikat dipinggang, celana jeans sobek-sobek, sneaker merah maroon dan kacamata hitam yang menghiasi mata cantiknya.
Ify pun mendorong kopernya keluar dari bandara, dan mencari taksi. Namun ia mendengar seseorang meneriaki namanya.
"IFY" panggil orang itu dan langsung berlari kearahnya. Ify hanya melihatnya dengan tatapan datar dan senyum sinis diujung bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema [✔️]
FanfictionMasa lalu yang membuat pria tampan ini ingin memperbaiki semuanya. Namun ternyata ia salah, gadis yang selama ini berada disampingnya, bukanlah gadis dari masa lalunya. Apakah yang akan pria ini lakukan?? Berpura-pura tetap mencintai gadis yang sela...