Chapter05: Relic

135 9 3
                                    


KRRIIIIIIING!!!!.....

Tanganku berusaha meraih jam weker di atas meja. Segera kupadamkan alarm yang suaranya sangat mengganggu itu. Mataku seperti enggan terbuka dan tubuhku terasa sangat lelah. Aku kembali meringkuk di dalam selimutku yang hangat. Tapi ada yang aneh. Setiap kali menggerakan badan, aku merasa ada sesuatu yang mengganjal. Aku berusaha memegangnya, benda itu terasa seperti lembaran-lembaran kertas.

"Kenapa bisa ada kertas di tempat tidur?" pikirku.

Kucoba membuka mataku yang sayup dan mendapati kertas yang aku pegang itu bukanlah kertas biasa melainkan lembaran-lembaran uang pecahan seratus ribuan berserakan di seluruh tempat tidurku. Aku sampai duduk terbangun melihat betapa banyaknya uang itu.

"Ini uang siapa?! Banyak sekali!.."

""Tuan bangun...."" dari samping tempat tidur aku mendengar suara lembut 2 orang anak kecil. Aku memalingkan wajahku ke sumber suara itu dan kudapati Yula dan Yuli sedang menatapku dengan wajah polos mereka. Ah! Sungguh pemandangan indah di pagi hari.

"Selamat pagi tuan" Susan menyapaku dan dia terlihat sedang menyisir rambut kedua tuyul itu.

"O-oii.... kenapa di tempat tidurku berserakan uang kertas begini? Darimana datangnya uang ini?"

"Hmm? Uang itu dibawa Yula dan Yuli tadi subuh. Mereka pintar ya, kecil-kecil sudah bisa cari uang" jawab Susan sambil memeluk kedua tuyul itu.

"Itu mencuri namanya! Sudahlah. Yula, Yuli, jangan menggambil uang orang sembarangan. Aku bisa kerepotan kalau sampai dituduh memakai jasa tuyul. Cepat kembalikan uang ini!"

Yula dan Yuli tertunduk dan menunjukan wajah sedih mereka yang sukses membuatku merasa bersalah. Tidak tega rasanya melihat kedua wajah manis mereka menjadi murung.

"M-maaf, aku tidak bermaksud marah," aku berusaha menghibur mereka.

"Lain kali jangan melakukan ini lagi. Aku tau kalau kalian tidak bermaksud jahat, tetapi yang namanya mencuri itu tidak baik. Jadi, apa kalian bisa mengemblikan uang ini pada pemiliknya?" ucapku sembari mengusap kepala keduanya.

Yula dan Yuli mengangguk dan tersenyum kembali.

"Kakak, apakah kau sudah bangun? Aku sudah menyiapkan sarapan" teriak Anna dari balik pintu kamar.

"Ya, aku ke sana sebentar lagi..." jawabku.

Aku pun segera mandi dan sarapan bersama Anna. Anna yang yang sedang sarapan sepertinya tidak menyadari kehadiran Susan yang daritadi sedang mengurusi Yula dan Yuli tepat di belakangnya. Keadaan ini membuatku tidak enak pada Anna. Semoga saja dia tidak menyadari keberadaan mereka bertiga.

"Cepat habiska sarapanmu, Anna. Kita sudah harus begegas ke sekolah.."

"Baik kak. Antar aku seperti biasa ya..."

Kami segera menghabiskan sarapan dan berangkat sekolah. Kuantar adikku seperti biasa, sementara Susan, Yula dan Yuli mengikuti dari belakang. Di depan gerbang sekolahnya, Anna melambaikan tangan padaku dan kemudian masuk ke kelasnya.

"Sekolah itu merepotkan ya.." keluh Susan.

"Huh? Kamu bicara seperti orang yang tidak pernah sekolah saja.."

"Memang... waktu aku masih hidup tidak ada yang namanya sekolah"

"Waktu masih hidup? Memangnya kau hidup di zaman apa?"

"Entahlah, aku tidak ingat betul.."

"Terserahlah, pokoknya hari ini jangan buat kekacauan di sekolah. Tolong jaga Yula dan Yuli juga, bisa?"

Be My Ghost!Where stories live. Discover now