D U A

25.7K 2.2K 96
                                    

Pertama kali Yura bertemu dengan Kafin adalah empat tahun yang lalu, ketika Yura berumur 22 tahun dan Kafin 25 tahun. Pertemuan tak sengaja itu berawal di pesta kelulusan Sekar—salah satu sahabat Yura—yang lebih dulu lulus dibandingkan keempat teman yang lainnya. Yura, Ninis, Dinda dan Hanan memang sengaja membuat surprise after party untuk Sekar setelah mengantongi izin dari kedua orang tua Sekar. Kebetulan Yura yang sedang kosong karena skripsinya sudah beres dan tinggal menunggu sidang saja, langsung didelegasikan sebagai party planner untuk pesta kelulusanya Sekar. Dibantu oleh Mama Elis—ibunda Sekar—pesta kecil-kecilan itu diadakan di taman belakang rumah Sekar. Yura ingat sekali bagaimana Mama Elis yang tidak sengaja memperkenalkan Yura kepada Kafin.

"Nanti yang jemput Sekar siapa ya Ma enaknya?" tanya Yura kepada Mama Elis sembari menghias tan belakang kediaman Sekar secantik mungkin dengan pernak-pernik a la shabby chic yang amat digemari oleh Sekar.

Mama Elis yang sedang menyusun kue-kue kecil diatas meja terdiam untuk beberapa saat, nampak berpikir lalu tersenyum simpul. "Kayaknya Kafin bisa bantu deh untuk jemput Sekar."

"Kafin...?" tanya Yura bingung.

Mama Elis mengangguk mantap, "Ituloh, Ra, anak tetangga dua rumah dari sini. Sahabatnya Sekar juga dari masih kecil. Kebetulan lagi di Jakarta, jadi bisa diminta tolong untuk jemput Sekar."

"Sahabatnya Sekar dari kecil? Kok aku nggak tahu sih Ma?"

"Kafin memang lagi lanjutin kuliah S2-nya di Australia, jadi emang jarang ada di Indonesia sih. Wajar aja kalau Sekar jarang cerita, nggak terlalu penting juga sih." Mama Elis mengeluarkan ponsel dari saku jeans yang dikenakannya, "Coba Mama telfon Kafin suruh kesini dulu. Nanti kamu aja yang jelasin sama Kafin enaknya gimana."

Yura hanya manggut-manggut saja dan melanjutkan pekerjaan menghias taman belakang itu.Tak lama kemudian, muncul sesosok lelaki dengan tubuh tegap dan rambut bed head-nya yang menggunakan celana chino berwarna khaki dan polo shirt berwarna merah marun. Lelaki tersebut menyunggingkan senyum yang menawan begitu kedua mata Yura bertemu dengan kedua matanya yang berwarna cokelat gelap.

DEG!

Apa-apaan ini? Mengapa secara tiba-tiba jantung Yura berdetak dengan begitu kencangnya? Dengan cepat Yura mengalihkan pandangannya kembali ke pernak-pernik dihadapannya ketika dia tersadar kalau Kafin masih menatapinya. Yura salah tingkah sekali, bagaimana bisa Sekar punya sahabat kecil yang begitu tampan dan tidak dijadikan pacar? Anehnya Sekar justru memilih Dana—kakak Yura—sebagai kekasihnya.

"Kafin, kenalan dulu sama Yura. Dia salah satu sahabat kuliahnya Sekar. Yura juga yang bertanggung jawab sama semua acara surprise party untuk Sekar." Suara Mama Elis memecahkan keheningan yang ada diantara mereka.

Kafin kembali tersenyum dan menyodorkan tangan kanannya, "Kafin."

Yura memandangi tangan Kafin sesaat lalu kembali menatap kedua mata Kafin. Entah mengapa dia merasa perkenalannya dengan Kafin adalah ide yang buruk. Yura kembali memandangi tangan kanan Kafin yang berada di udara. Entah dorongan darimana, Yura justru menyambut tangan Kafin dan menjabatnya dengan antusias. Screw the bad intuition. Yura tidak akan melewatkan kesempatan untuk berkenalan dengan lelaki setampan Kafin. Tanpa memperdulikan intuisinya, Yura hanya dapat berharap bahwa perkenalannya dengan Kafin akan menjadi permulaan yang baik.

Namun Yura tidak dapat memprediksi bahwa perkenalannya dengan Kafin hari itu justru berdampak sangat besar untuk hidupnya. Terutama hatinya.


###


"Saya terima nikahnya dan kawinnya Allena Diandra Gunther binti Ibrahim Malik Gunther dengan seperangkat mas kawin tersebut dan alat sholat dibayar tunai."

Bound By MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang