S A T U

47.5K 2.4K 78
                                    

Angin kencang yang berhembus dari arah kanannya otomatis membuat Yura melipat kedua tangannya di depan dada. Dinginnya Lembang malam ini berhasil membuat Yura berharap membawa jaket ataupun sweater untuk menutupi lengan dan bahunya yang terbuka. Memang salahnya sendiri yang ngotot untuk tetap menggunakan atasan baru yang dibelinya kemarin di ZARA. Potongan tanpa kerah dan lengan dengan aksen peplum itu sangatlah cantik, apalagi dengan sedikit kain yang melingkari lengan bagian atasnya itu membuat bahu mulusnya terlihat menggoda. Yura yang selalu tampil dengan style yang on-point tidak meragukan perpaduan atasan model peplum itu dengan celana jeans skinny adalah perpaduan yang klasik dan sangat cocok untuk travelling with style—perjalan Jakarta-Bandung.

Hanya saja, Yura tidak menyangka kalau Kafin—suaminya—justru memilih untuk lewat Subang dan Lembang. Perjalanan yang sekiranya dapat ditempuh 3 jam saja lewat jalan tol itu kini menjadi 5 jam dan masih belum memasuki Kota Kembang itu.

"Fin tutup dong kacanya, ngerokoknya juga sudah beres." Rengek Yura yang kini tak lagi tahan oleh kencangnya hembusan angin yang nyaris membuatnya merinding.

Kafin mengamati Yura untuk beberapa saat lalu menutup kaca jendela Fortuner-nya. Lelaki itu mendesah pelan lalu menyalakan tape sembari mencari stasiun radio yang sinyalnya tertangkap.

"Lagian nggak ada yang nyuruh kamu untuk berpakaian all-out gitu. Kita kan mau kerumah Ayah dan Ibu kamu, Ra. Apa yang bakalan mereka katakan kalau ngeliat kamu berpakaian seperti itu."

Yura mendelik tajam, "Kamu kan udah tahu kalau kita mau ketemuan dulu sama temen-temenku di Lawangwangi sebelun kerumah. Pantaslah aku all-out gini. Kalau aku nggak all-out, malu dong sama kerjaanku."

Pekerjaan Yura sebagai Editor-in-Chief salah satu majalah fashion di Jakarta menuntutnya untuk kerap berpakaian modis, trendi dan selalu mengikuti tren perkembangan mode terkini. Namun terkadang, Kafin selalu menganggap selera fashion Yura terlalu berlebihan. Sebenarnya Yura sangat kesal dengan Kafin yang seenak jidat memilih lewat Subang padahal suaminya itu sudah tahu dari jauh-jauh hari kalau mereka akan bertemu dengan sahabat-sahabatnya Yura sebelum akhirnya sampai di rumah kedua orang tua Yura. Dia dan keempat sahabatnya yang lain itu memang sudah merencanakan weekend trip ke Bandung dari jauh hari yang kebetulan bersamaan dengan pernikahan Dana—abangnya Yura.

"Terus sekarang udah nggak sempet ketemuan sama mereka. Mana masih macet banget lagi ini." Yura berdecak kesal mendapati waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Belum lagi ibunya yang sedari tadi kerap menghibungi Yura, menanyakan keberadaan keduanya dengan begitu panik. Acara akad nikah Dana rencananya besok pagi jam 8, otomatis Yura dan keluarga besar harus sudah stand by sejak subuh sebelum berangkat ke tempat akad dan resepsi dua jam lebih cepat.

"Bukannya kamu hampir tiap hari ketemu mereka, Ra?"

"Ya ini kan beda, Fin. Aku sama yang lain tuh udah ngerencanain ini banget. Kita ketemuan di Lawangwangi, ngopi-ngopi cantik. Jarang banget kita berlima tuh bisa kumpul bareng. Mumpung bisa, kenapa nggak coba?" Yura merajuk sembari terus mengoceh tanpa henti, "Lagian juga besok kan aku jadi panitia, nggak mungkin aku bisa kumpul sama temen-temenku. Mana pasti besok penuh banget acaranya Aa. Nggak banget deh pokoknya, Fin. Kamu juga, ngapain pakai pengen lewat Subang segala sih? Jadi kita masih kejebak disini padahal udah mau maghrib."

"Aku udah lama nggak lewat sini, pengen liat suasanya sekarang kayak gimana."

Yura tidak menanggapi Kafin, hanya memandanginya. Sudah jelas sekali apa alasan suaminya itu, tetapi Yura memilih diam meskipun ingin sekali rasanya dia membalas jawaban Kafin yang adalah total bullshit. Yura menghela nafas singkat. Dadanya bergemuruh kencang, terasa begitu sakit bagaikan tertusuk beribu belati. Sikap Kafin yang terlampau cuek dan tidak memerdulikannya, bukanlah hal baru. Yura lebih memilih Kafin untuk tidak memerdulikannya ketimbang Kafin tenggelam dalam angan dan masa lalu suaminya itu. Melihat Kafin berangan-angan—nyaris merindu sangatlah menyesakkan.

Bound By MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang