Bertahan

671 80 8
                                    

Devi Kinal Putri

Aku menatap dua manusia yang terbujur lemah di atas bangsal rumah sakit, dengan selang yang menempel di lubang hidungnya dan beberapa kabel menempel di sebagian tubuhnya. Alat medis membantunya untuk tetap hidup, Entah itu sampai kapan.

"Kak Kiki"

Suara mungil berhasil mengaggetkan lamunanku. Aku memutar badanku dan mendapati adikku sedang berdiri di depanku.

Adelia adalah Adikku satu-satunya. Aku sangat menyanginya lebih dari nyawaku sendiri.

Adel biasa memanggilku dengan sebutan Kiki bukan Kinal. Katanya itu nama kesayangan untukku. Selama dia senang Aku tidak mempermasalahkannya.

"Kak, Sampai kapan? Adel udah kangen Mama."

Tersirat sangat jelas kesedihan dan kerinduan di matanya.

Andai saja aku bisa memutar waktu, semua ini tidak akan pernah terjadi. Ini semua salahku.

Aku berjongkok memegang kedua bahunya, aku sangat tidak tega melihatnya bersedih.

"Adel, maafin Kak Kiki. Ini semua ga akan terjadi kalau waktu itu Kak Kiki tidak membawa Adel jalan-jalan."

Adel menundukkam kepalanya.

Dua Tahun Yang Lalu..

Aku baru saja dari Mall dengan Adel. Yah sekedar jalan-jalan dan menyegarkan otak.

"Kak, Adel udah beli semuanya."

Aku tersenyum melihat belanjaan Adel yang dominan dengan permainan boneka berbie.

Kami hanya tinggal berdua saja. Orang tuaku selalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga jarang dirumah. Jadi aku lah yang harus mengurus dan menjaga adel.

Tugas kuliah yang menumpuk membuatku kehilangan banyak waktu bersama Adel. Dan hari ini aku hanya bisa meluangkan waktu sekedar untuk jalan-jalan saja.

"Adel senang?"

Adel menganggukkan kepalanya.

"Maafkan Kak Kiki yah Del, Kakak ga bisa ajak Adel jalan-jalan ke Duffan."

Aku sudah terlanjur berjanji kepadanya. Wekend aku akan mengajaknya pergi ke Duffan. Tapi sampai sekarang aku belum bisa menepatinya.

"Ga papa Kak. Kapan-kapan aja. Adel tau Kak Kiki lagi sibuk."

Bijak, Itulah Adel. Anak kecil seumurannya seharusnya mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Tapi.. ah sudahlah.

"Adek Kakak Pinter."

Aku mengacak-acak rambutnya, membuatnya cemberut dengan memajukan bibirnya.

"Ih, berantakan tau rambut adel" ucapnya kesal. Aku senang sekali jika menjailinya. Sehari saja aku tidak jail kepadanya, hidupku ada yang kurang. Sepertinya Adel sudah menjadi candu untukku.

"Yaudah dong jangan ngambek. Yuk pulang?"

Adel mengangguk. Aku berjalan tapi dia menahannya.

"Kenapa?"

"Gendong huh! Adel capek." Rengeknya manja.

Aku menuruti keinginannya, kasihan juga Adel benar-benar capek setelah mengelilingi Mall sebesar ini.

Aku berjongkok dan menyuruh adel naik keatas punggungku. Setelah itu kita pergi ke parkiran.

Saat sudah sampai di parkiran Adel sudah dulu masuk kedalam mobil. Sedangkan sejak tadi ada yang menjadi perhatianku.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang