Chapter 1

25.6K 1K 53
                                    



Hyerim pov

Aku menatap naas mobil milikku yang dibawa pergi oleh truk derek beberapa meter dihadapanku. Apa ada yang salah dengan parkir di tepi jalan? Aku menatap surat penahanan mobil yang aku genggam.

"Melanggar aturan parkir sebanyak 5 kali"

Aku tidak ingat kapan saja aku melakukannya. Shit! Apa aku harus berjalan? aku mendesah kesal menghentakkan payung yang ada di tanganku, setidaknya mereka membiarkan aku mengambil payungku. Dengan hati yang penuh kemarahan aku berjalan diantara kerumunan yang mulai sepi, sibuk merutuki hal yang terjadi.

Tes...tes...tes...

Aku mendengus keras merasakan tetesan hujan yang menyentuh kulit dan rambutku. Dengan malas aku mengembangkan payung milikku dan berjalan dengan penuh ketidak ilkhlasan. Aku harus berjalan cukup jauh untuk sampai di pemberhentian bus, aku tak punya cukup uang untuk membayar taxi, aku tidak membawa dompet bersamaku, satu kecerobohan lagi yang membuat kesialanku bertambah.

Aku berjalan melewati kawasan perumahan untuk memperdekat jarak tempuh kedua kakiku yang mulai pegal karena sepatu higheels yang aku pakai, seharusnya aku mengikuti saran Heosok, convers sangat membantu di saat-saat seperti ini.

Aku menatap langkahku yang pelan diantara aliran hujan yang mebasahi sepatuku, aku perlu memberikan perawatan khusus untuk sepatu ini setelah sampai di rumah nanti. Perhatianku teralih pada suara berisik dari salah satu rumah yang akan aku lewati. Aku melihat seorang wanita paruh baya yang membawa tasnya diikuti oleh seorang namja yang aku yakin lebih muda dariku. Kemudian di belakangnya aku melihat seorang laki-laki paruh baya yang mengacungkan telunjuknya ke arah wanita itu. Mereka terlihat bertengkar hebat, namja yang aku yakini anak mereka berteriak sangat keras menghentikan pertengkaran tersebut membuat kedua laki-laki dan wanita paruh baya itu menatapnya namun memilih mengabaikan. Aku tidak tahu jelas apa yang mereka bicarakan atau lebih tepatnya teriakkan, sampai akhirnya si wanita itu memasuki mobilnya dan melaju kencang meninggalkan dua laki-laki itu. Tak lama kemudian si laki-laki paruh baya memasuki rumah meninggalkan anaknya yang berusaha mengejar mobil wanita itu. Mobil itu bergerak sangat cepat memaksanya untuk berlari, tapi ia tak berhasil menggapai mobil wanita itu dan terjatuh tepat saat mobil itu menghilang di antara kerumunan. Ia terduduk di tanah dengan ratapannya diantara derasnya hujan. Aku selalu merasa sakit saat menyaksikan anak-anak korban rumah tangga yang berantakan, apa orang tua mereka tidak pernah berfikir jika anak-anak itu berada di antara keduanya?

Aku melanjutkan langkahku hingga aku sampai di dekat namja itu, memayunginya dalam diam. Kepalanya yang tertunduk menengadah melihatku, kedua matanya terlihat redup, meskipun hujan turun begitu deras menghapus air matanya, kesedihan tampak jelas di sana.

"Apa kau mau masuk ke dalam rumah itu atau ikut denganku?"

Ia menatap rumahnya sendiri dan tersenyum sinis. Bersusah payah ia bangun dari posisinya, berdiri dihadapanku menyadarkanku jika ia cukup tinggi sehingga aku harus mengangkat payungku lebih agar aku tetap bisa memayunginya.

"Kaja..."

Aku tersenyum dan melanjutkan langkahku, ia berjalan di sebelahku, memeluk tubuhnya yang basah kuyup. Kami tak bicara apapun saat menaiki bus, apartemenku tidaklah jauh, namun cukup membuatmu kelelahan jika kau berjalan kaki. Kami hanya naik bus 10 menit kemudian turun di halte yang terletak tepat di depan apartemenku.

Ia berdiri di dekat sofa, menatap sekeliling apartemen kecil milikku selagi aku sibuk mengacak lemari. Tidak sulit menemukan celana olah raga yang cukup besar dan kaos longgar karena dulu aku sering menggunakannya untuk berlatih dance.

Noona [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang