(chapter 8)

7.9K 552 62
                                    


Haerim pov

Oemma terlihat panik saat ia sedang bertelefonan dengan seseorang di seberang sana, aku tidak mengerti apa yang sedang ia bicarakan tapi wajahnya terlihat panik. Tepat ketika ia menutup ponselnya Jin oppa masuk dengan tampilan yang lebih segar dibanding kemarin bertanya pada oemmaku apa yang terjadi.

"Istri dari Perdana mentri ingin berkunjung ke butikku"

"Bukankah itu bagus?"

"Aku tidak bisa meninggalkan Haerim begitu saja"

"Oemma aku baik-baik saja"

Kemudian wanita itu menatapku dengan iba.

"Kalau kau baik-baik saja, kau tidak berada di rumah sakit Haerim"

Aku menggigit bibirku merasa bersalah dengan penyakitku sendiri. Aku sudah merepotkan semua orang.

"Tidak usah khawatir, aku akan menjaga Haerim di sini. Oemmonie bisa datang lagi ke sini setelah urusan dengan istri perdana mentri selesai. Jika kau menolaknya, ini bisa jadi hal buruk untuk karirmu"

Ia berbicara dengan bijak dan ajaibnya oemmaku terlihat setuju dengan mengangguk-anggukkan kepala. Aku tidak tahu bagaimana hubungan mereka selama di Eropa tapi yang jelas mereka terlihat akrab dan heol aku cemburu.

"okey... aku akan berangkat siang ini. Besok malam aku akan kembali lagi ke Korea. Sayang, oemma pergi dulu"

Beliau mengecup keningku dan bergegas mengambil tasnya dan keluar.

**************

Jungkook pov

Langit malam sudah turun saat aku datang ke rumah sakit, aku membawa sebuket bunga untuk noona berhubung ia tak diizinkan makan sembarangan jadi aku tidak tahu harus membawa apa lagi. hatiku sangat berat saat aku berdiri di depan ruangan tempat noona di rawat, aku masih ragu antara masuk atau membatalkan niatku.

Aku menarik nafas panjang sebelum akhirnya masuk. Aku menemukan noona sedang berbaring di ranjang pasien terlihat asyik dengan ponselnya. Ia menyadari kehadiranku dan meletakkan ponsel itu. Aku menempatkan bunga yang aku bawa diantara barang-barang lain yang dibawa oleh orang-orang yang membesuknya.

Aku tidak berani memulai pembicaraan apapun jadi aku hanya berdiri terdiam menggigit bibirku dengan gugup, aku tak pernah segugup ini sebelumnya. Yeoja itu tersenyum padaku dan ia mengambil posisi duduk, menggeser posisinya dan menepuk tempat disebelahnya mengisyaratkan agar aku duduk di sana. Aku menurut, duduk di sana tak berani menatapnya karena sekarang ia sedang meneliti wajahku. Salah satu tangannya menyentuh pipiku.

"Ini kenapa?"

Ia mengarah pada sedikit lebam di pipiku yang memerah karena aku abaikan.

"Namja..."

Jawabanku membuat ia terkekeh dan aku tersenyum. Aku tak percaya ia bisa mencairkan suasana degan mudahnya, secepat matahari mencairkan bekunya es. Ia menjilat salah satu jempolnya dan mengusap bekas lukaku dengan itu seolah bisa membantu proses penyembuhan lukaku. Bagimu ini mungkin terlihat menjijikan, tapi bagiku hal kecil seperti ini sangat manis dan hangat membuat perutku bergerak tak normal. Bersamanya terasa menaiki wahana yang menguji setiap adrenalinmu. Ia selalu seperti ini, bersikap seolah tak pernah terjadi apapun, seolah dunia ini masih sama datarnya seperti kemarin.

"Noona aku minta maaf"

"Untuk apa?"

"Untuk semuanya, aku mempersulit posisimu. Aku fikir aku sangat mengenalmu, sangat memahamimu tapi sepertinya aku salah, aku hanya melihat sisi luar saja"

Noona [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang