(chapter 4) [M]

18.8K 680 26
                                    

Jungkook pov

Aku menyelimuti tubuh Haerim dengan handuk selagi ia sibuk duduk di tepi kolam.

"Aku rasa sebaiknya kau mandi sebelum terserang flu"

Aku menyarankannya karena ini sudah hampir satu jam kami bermain air.

"Kaja... kita mandi. Dimana kamarmu?"

"Ne?"

Ia berdiri dari posisi dudukknya kemudian sibuk melihat-lihat dan mengira-ngira di mana posisi kamarku.

"Jungkook, aku mulai kedinginan"

Aku tersentak dari lamunan kotorku dan membawanya menuju kamarku yang berada di lantai dua. Ia tak banyak bicara langsung memasuki kamar mandi yang ada di dalam kamarku selagi aku mencarikan pakaian bersih untuknya dan untuk diriku, meletakkannya di atas ranjang.

Aku menyusulnya ke dalam kamar mandi dan mendapati ia sudah berendam di dalam bathub yang terisi penuh dengan air dan di permukaannya busa dari sabun yang sudah di larutkan di dalam air menutup sebagian tubuhnya.

"Kenapa kau diam? Apa kau tidak kedinginan. Kau bisa sakit jika terus seperti itu, cepat buka bajumu dan berendam"

Aku menatap tubuhku sendiri dan tersipu malu. Apa dia tidak bisa memilih kata-kata yang lebih manis atau setidaknya lebih halus? Setiap ucapan itu terdengar lain di telingaku dan menciptakan fantasi-fantasi tak masuk akal.

Aku bersandar pada bathub dengan seluruh tubuhku tenggelam di dalam air dan ia duduk di sebelahku sibuk bermain dengan gelembung sabun.

"Apa kau selalu seperti ini?"

Aku melontarkan pertanyaan yang sudah aku simpan sejak pertama aku bertemu dengannya.

"Kau hanya belum mengenalku saja. Jimin bilang sebaiknya namja tidak usah terlalu dekat denganku, mereka akan jatuh berantakan setelah mengenalku. Kau tahu? Dekat denganku akan sangat beresiko"

Beresiko? Tentu saja. lihatlah dia, dengan segala kesempurnaannya. Kau harus bertarung dengan puluhan pria di luar sana yang akan melakukan apapun untuk bisa memasuki garis hidupnya. Apa aku siap dengan resiko itu? jatuh berantakan? Aku bahkan sudah hancur sebelum aku mengenalnya. Aku sedang mengumpulkan puing-puing kehidupanku dengan keberadaanya.

"Aku tak pernah keluar dari zona amanku. Tapi kali ini, mungkin sebaiknya aku mengambil resiko. Aku tidak akan muda dua kali"

"Uuuuu... kau membuatku merinding. Berbicara seolah kau sudah sangat dewasa. Nice try"

Ia mencubit lembut hidungku dan tersenyum lebar.

Kemudian ia mengambil salah satu shower puff dan mulai menggosok kedua tangannya, membersihkan tubuhnya dengan benda itu.

"Perlu bantuan?"

Aku menawarkan sebuah tawaran yang akan sangat menguji imanku sebagai seorang namja.

"Tentu"

Ia menyerahkan shower puff itu padaku, berpindah duduk di antara kedua kakiku dan membelakangiku. Aku menghembuskan nafas dengan berat mencoba mengontrol diriku sendiri. Tanganku bergetar menatap punggung polosnya yang berada tepat hadapanku. Okey, aku hanya perlu menggosok punggungnya. Perlahan aku menyentuh kulit halusnya dengan shower puff dan menggosok dengan pelan.

Oh my Gosh! Aku benar-benar tidak bisa menahan tanganku untuk tidak menyentuhnya. Aku melepaskan shower puff, melingkarkan lenganku di perutnya menarik tubuhnya merapat pada tubuhku.

"Hah...."

Suara itu keluar dari mulutku saat tubuhku yang paling sensitif menyentuh bokongnya yang membuat adikku itu semakin tidak sabaran.

Noona [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang