Semesta Warna

390 17 0
                                    

Tiba saatnya kami diijinkan kembali ke semesta untuk selamanya. Dengan berat hati aku harus berpisah dengan teman dan para guru. Ada cahaya yang dititipkan pada ragaku. Kuemban juga amanat untuk menularkan cahaya itu ke semesta. Untuk menyatukan pecahan warna-warni dunia menjadi satu warna murni saja.

Aku ditugaskan turun ke sebuah desa, satu dari sebuah desa yang mengepung hutan. Bila terlihat dari atas layaknya sebuah semut yang ngepung sebongkah gula.

Aku datang bersama embun pagi buta dengan aroma basah. Kal itu hanya ada satu warna hitam yang tertangkap oleh mataku. Aku diterima dengan baik dan ramah. Kucoba temui Kepala Desa dan tokoh-tokoh disana. Pelan kukenalkan cahaya terang yang memancar dari ragaku pada mereka. Awalnya mereka merasa silau. Namun kemudian lambat laun berubah menjadi kagum oleh putih terangnya cahaya itu. Mereka memintaku agar sudi memberi sedikit saja cahaya terang itu untuk hiasan raga mereka.

Keinginan yang menjalar-jalar layaknya wabah, begitu banyak orang yang terpukau oleh cahaya putih terang yang terpancar dari ragaku.  Mereka berbondong-bondong datang, memohon-mohon bahkan sampai bersujud segala demi cahaya yang sama memancar ditubuh mereka. Mereka begitu bersemangat mendesakku hingga aku jatuh disebuah ceruk. Tidak dapat menghindar, mengelak dan berkutik bahkan memalingkan muka.

Akhirnya terbentuklah Perkumpulan Cahaya di desa itu.

bersambung... 

Mata ( Dari Mata Dosa Bermula)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang