(3) Niell - Hijau Gelap

413 37 2
                                    


"Yel, gue masih ada kerjaan di kantor. Lo tolong anterin adek gue entar pulang ya! Paksa aja kalau dia gak mau. Dia orangnya agak keras kepala, tapi nurut kok kalau lo pake nama gue."

"Iya, sip. Tenang aja, gue udah biasa berhadapan sama orang turunan keluarga lo yang keras kepala itu kok."

"Sialan lo, Yel."

"Bising lo kampret." Balas Niell, santai. "Udah pergi lo sana, gue bisa atasi sendiri."

"Sip."

Gue mematikan sambungan telepon dari Andrew, mematikan shower, lalu mengambil handuk menutupi bagian bawah gue. Gue perkirakan kalau adik Andrew akan masuk ke ruangan gue beberapa menit lagi, karena Andrew bilang adiknya baru saja masuk ke dalam rumah sakit ini.

Jujur, gue gak percaya kalau satu orang dari keluarga Andrew mengalami penyakit jiwa seperti itu. Terlebih lagi kepribadian yang muncul dalam tubuh gadis itu.. penyuka seks? Lebih tepatnya maniak seks, kata Andrew.

Gue udah hampir 5 kali mengambil kasus dalam menghadapi penyakit kepribadian ganda. Tapi sebelumnya, gue belum pernah menemukan kepribadian yang ini. Jujur aja, gue penasaran gadis itu semaniak apa? Gue pengen lihat kelakuan ganas maniaknya.

Kali ini, gue akan langsung mengambil trik pertama, yaitu dengan memancingnya melihat tubuh gue yang bertelanjang dada ini.

Dan trik ini malah gatot, alias gagal total.

Dia sama sekali tidak menunjukkan pribadi maniaknya, alias masih gadis polos yang benar-benar polos. Gue bertelanjang dada gini doang, dia udah teriak. Mungkin kalau gue cuma pakai boxer, dia udah pingsan duluan sebelum tutup mata.

Setelah itu gue nanya-nanya sekilas tentang penyakit D.I.D-nya, pakai aura dingin dan datar gue. Dia malah ngebalasnya dengan aura dingin dan datar yang lebih kuat dari gue. Dasyat ni perempuan.

Perut gue emang gak bisa di ajak kompromi buat damai. Cacing-cacing di perut gue, udah minta diisiin gizi sekarang. Jadi, demi menghindari bunyi cacing kelaparan ini, gue langsung ngajak dia makan di luar. Dia nolak gue dan bilang kalau besok aja gue nyuruh dia balik ke sini dalam keadaan yang udah selesai makan.

Siapa dia berani merintahin gue kaya gitu?

"Tidak. Kamu harus menemaniku makan malam!" Tegasku. "Pokoknya, kamu harus menemaniku makan atau aku akan adukan pada kakakmu, kalau kamu kabur dari rumah sakit. Dengar! Kakakmu-lah yang memberiku tanggung jawab yang besar untuk menyembuhkanmu, jadi kamu sekarang adalah pasien pribadiku. Dan sebagai intinya, kamu harus menuruti semua kata-kataku! Mengerti?"

Entah kata-kata darimana yang gue dapatkan itu? Dengan menyangkutkan nama Andrew dan dokter pribadinya, dia langsung bilang akan menemani gue. Oke? Ini sangat mudah, bukan?

Gue menyuruhnya untuk keluar dari ruangan gue aja buat nunggu di luar sebentar, tapi dia malah gak mau. Terserah dia ajalah, gue juga gak peduli.

Tapi tiba-tiba, satu ide kembali muncul di kepala gue.

"Kamu mau menungguku disini? Yakin?" Dia menggangguk. "Baiklah kalau itu mau-mu. Sepertinya, kamu memang ingin melihatku ganti baju di depanmu." Setelah gue mengatakan hal itu sambil mulai membuka baju, dia mengumpat dan segera berlari keluar dari ruanganmu.

Aku hanya bisa menyeringai melihat kelakuannya. Lucu juga.

**

Gue menghentikan mobil gue di depan cafe langganan gue. Gue melihat Cassie-adiknya Andrew, tertidur di kursi sebelah gue.

Dissociative Identity DisorderWhere stories live. Discover now