Bagian 2

11.5K 1.3K 177
                                    

Bagian 2...

Anak panah itu mulai di tariknya, sepasang mata rubahnya berkilat tajam pada seekor kijang hutan targetnya.

Slappp....

Tembakannya meleset -hampir- kalau saja seorang lelaki bertubuh tegap yang tertutup oleh cahaya tidak berdiri dan menghalangi buruannya.

"Sial!". Wonwoo mengumpat.

"Kau salah sasaran, Hyung". Seungkwan di sampingnya berkomentar.

"Harusnya kau lebih fokus". kali ini Jisoo ikut berkomentar.

Dengan pandangan malasnya, Wonwoo melirik kedua sahabatnya pada sisi kanan dan kirinya. Memberikan cibiran kecil kepada mereka.

"Itu kijang terakhir, aku sudah tidak mau berburu lagi. Aku ingin pulang saja". seru Wonwoo kesal.

Jisoo dan Seungkwan saling berpandang sekilas, mereka tahu Wonwoo tengah merajuk dengan gayanya yang angkuh. Lelaki cantik itu sangat tidak suka di kritik apalagi di remehkan. Meski memliki paras yang cantik dan lembut, namun Wonwoo tetaplah seorang lelaki yang memiliki harga diri cukup tinggi. Dia cukup keras, namun juga cengeng secara bersamaan. Seakan sifat wanita dan pria melebur jadi satu didalam dirinya.

"SIAPA YANG BERANI MENGARAHKAN ANAK PANAH INI PADA KU!"

Teriakan penuh kekesalan itu terdengar oleh mereka yang tengah bersembunyi pada sebuah semak belukar panjang. Seungkwan menyenggol bahu Wonwoo dengan sikutnya, bertanya melalui tatapan matanya 'siapa?'.

"Menunduk!".

Jisoo bergerak cepat, menahan kepala kedua lelaki cantik itu semakin menyentuh dengan tanah. Ini adalah kondisi yang tidak di perhitungkan olehnya. "Aku lupa, malam ini Raja akan melewati Desa kita. Aku takut itu adalah salah satu prajuritnya". ucap Jisoo. Manik gelapnya memantau lelaki bertubuh tegap yang telah terkena anak panah milik Wonwoo tadi. "Aku yang akan menemuinya, kalian tetaplah disini. Jangan keluar!" Perintahnya.

Seungkwan paham akan situasi. Lelaki manis itu tidak banyak protes dan hanya menuruti perintah yang di berikan Jisoo. Berbeda dengan Wonwoo yang terlihat tidak terima dan melemparkan tatapan tajamnya. "Itu hanya satu orang, apa aku masih harus sembunyi?. Ayolah berhenti melindungiku seperti ini, permainan pedangku tidak akan ada kemajuan jika aku tidak memperaktekannya secara langsung". keluh Wonwoo tidak terima.

"Wonwoo, mengertilah posisi mu. Mengertilah kami dan juga Ayahmu. Lagi pula, jika kau maju, kau juga akan membahayakan Seungkwan".

Wonwoo berdecih pelan, memandang muak pada Jisoo. "Aku tidak suka diperlakukan seperti ini terus menerus. Sungkwan hanya kau jadikan alasan. Sampai kapan kalian akan memperlakukan ku seperti wanita begini?".

"Jeon Wonwoo... ja-".

"Siapa kalian?".

...

"Aku berjalan terlalu jauh ternyata".

Raja mengeluh kecil, ia terjebak di tengah hutan yang gelap pada puncak malam seperti ini. Karena pikiran yang tengah berkecamuk, ia tidak bisa tidur di tenda nyamannya. Memutuskan untuk berjalan keluar, menghirup aroma angin malam yang diharapkannya dapat sedikit menenangkan pikirannya.

Ia merasa kecewa, gagal, dan marah pada dirinya sendiri. Saat ini memang belum terlihat titik terang dari permasalahan Desa ini. Tapi, satuhal yang disadarinya kini adalah, jika ia telah di bodohi oleh Panglima dan para prajuritnya. Mereka sungguh manusia-manusia rendah yang memanfaatkan pangkat dan tugasnya untuk mengambil ke untungan bagi diri mereka sendiri. Mereka harus menerima hukuman berat atas apa yang telah mereka lakukan. Tidak peduli seberapa banyak ia akan kehilangan seorang prajurit nantinya, tidak peduli apapun jasa yang telah di lakukan oleh Panglima Han untuk Istana, ia akan tetap memberikan hukuman pada mereka seberat mungkin.

EternalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang