Bagian 4...
Tidak. Wonwoo tidak ingin berbaik hati lagi dengan para pedagang itu, terutama pemipin mereka yang bernama Kim Mingyu. Lelaki itu telah berkali-kali menjatuhkan harga dirinya dengan meremehkan kemampuannya. Memangnya siapa yang ingin terlahir aneh seperti ini? Di buru layaknya binatang buas, bahkan tidak dapat menunjukan kemampuannya dengan bebas. Hanya sembunyi dan sembunyi yang bisa ia lakukan selama ini.
Kim Mingyu, dia sama seperti yang lainnya. Meremehkan kemampuannya, dan mergaukannya sebagai seorang lelaki karena wajah cantiknya. Awalnya ia berpikir jika dirinyalah yang salah. Ia terlalu sombong dan angkuh kepada mereka. Tapi, setelah apa yang Kim Mingyu katakan tadi di tendanya, Wonwoo jadi menyesal. Menyesal telah berpikir untuk meminta maaf kepada mereka.
Kebencian Mingyu kepadanya tidak berlandaskan apapun. Setidaknya itulah yang ia pikirkan. Orang itu selalu terlihat emosi setiap ia menyinggung tentang dirinya yang adalah seorang pria. Orang aneh, dia terlihat tidak suka jika orang yang dia tolong tadi pagi ini adalah seorang pria. Dan sikapnya itu... sombong sekali. Dia bertingkah seperti seorang Raja yang selalu di kelilingi wanita-wanita cantik.
Wonwoo yakin, sebagian kata-kata yang di ucapkan Kim Mingyu adalah 70% kebenaran dan sisanya adalah khyalan. Pedagan kecil seperti mereka, tidak akan mampu menyewa banyak wanita bayaran.
"Kau sudah meminta maaf?" Tanya tuan Jeon saat mengambil minum dan melihat Wonwoo tertekuk dengan wajah kesalnya.
"Ayah tidak perlu memintaku untuk kembali meminta maaf kepada orang-orang itu" balasnya dengan kesal. "Dia meremehkan ku, dia menghinaku!" Lanjutnya.
Tapi sang Ayah tidak merespon kemarahannya, justru tertawa melihatnya. Wonwoo ingin menangis saat ini, tapi jika ia menangis, sama saja ia membenarkan perkataan-perkataan Mingyu yang meremehkannya.
Tidak... tidak... ia adalah orang yang kuat. Seorang Jeon Wonwoo sang pemimpin para pemberontak muda dari Desa Bucheon.
Yah ia orang yang kuat!
"Jadikan itu semua sebagai pelajaran untukmu. Mengalihkan hukumanmu kepada orang lain, bukanlah tindakkan yang benar, puteraku".
Yah memang benar, Wonwoo bahkan tidak pernah meminta orang itu untuk menjadi pahlawan kesiangan untuknya.
"Dia menawarkan dirinya sendiri, bukan aku yang meminta" Ucap Wonwoo coba membela diri.
Kembali sang Ayah hanya tertawa dan mengusap kepalanya dengan lembut.
"Kau tahu kenapa Ayah belum bisa melepasmu?" Tanya nya dan Wonwoo menggeleng sebagai jawaban. "Karena kau belum pandai mengontrol emosimu" lanjut Tuan Jeon.
Wonwoo mengkerut tidak suka. Lagi-lagi emosinya di jadikan alasan. Ia bahkan telah mendengar hal ini puluhan kali.
"Ayah...."
"Dengar, seorang pemimpin bukan hanya harus memiliki tanggung jawab, tapi juga harus mempunyai kontrol emosi yang baik. Karena ketika kau salah mengambil pilihan, yang terluka bukan hanya dirimu, tapi orang-orang di belakangmu. Kau bilang, kau pemimpin teman-temanmu? Jika seperti itu, bertindaklah sebagai pemimpin yang sebenarnya. Besarkan hatimu, angkat kepalamu, berpikirlah dingin, dan buatlah keputusan yang bijak dengan hati, bukan dengan emosi"
Ayahnya memang yang terbaik. Wonwoo merasa hatinya sedikit lebih dingin dan nyaman. Selalu, setiap perkataan yang Ayahnya keluarkan seperti sebuah air dingin di tengah panasnya gurun pasir.
Mungkin dirinya juga salah kepada Kim Mingyu. Dia marah seperti itu pasti karena sebuah alasan. Yah setiap orang memiliki masalah yang tidak sanggup untuk mereka katakan dan perlihatkan kepada orang lain, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal
FanfictionJeon Wonwoo adalah seorang pemberontak dari desa terisolasi Bucheon. Kim Mingyu adalah seorang Raja kesepian. Perbedaan kedudukan, dan ramalan menggariskan mereka bertemu dalam suatu lingkaran takdir.