Bagian 6...
Kim Mingyu & Jeon Wonwoo
...
Mereka kembali datang seperti perompak yang haus akan daerah kekuasaannya. Mereka merusak semua yang telah kembali membaik. Menyeret manusia dan memperlakukannya seperti binatang. Teriakan, jeritan pilu, dan ketakutan itu kembali terdengar. Ayunan pedang dan langkah kaki kuda yang beradu, terdengar bagaikan musik kematian bagi Desa. Tanah yang semula tandus, kini melembab dengan siraman darah dari para penduduk Desa yang lemah dan tidak berdaya.
Berbeda. Kali ini mereka tidak memilih wanita ataupun pria untuk memuaskan nafsu mereka. Mereka bergerak cepat, menarik anak lelaki dan pria berwajah rupawan yang tersisa untuk mereka habisi.
"Anakku bahkan masih terlalu kecil untuk kalian sakiti!"
Rintihan seorang Ibu yang memohon untuk membebaskan anaknya yang masih balita, sengaja mereka hiraukan. Rasa peduli dan empati mereka sebagai manusia telah hilang. Terkubur dalam dengan hati mereka demi membangkitkan nafsu dunia akan jabatan dan kekayaan.
Lusa, mereka harus memastikan jika tidak ada lagi pria berwajah rupawan yang tersisa.
Sementara itu jauh didalam hutan, Wonwoo dan yang lainnya mulai bersiap. Tidak ada yang menahan Wonwoo kali ini, termasuk Tuan Jeon ataupun Jisoo. Dia bersiap melindungi Desanya dengan pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya termasuk wajah hingga menyisakan mata yang terlihat.
Namun, entah ada apa dengan Jisoo. Dia yang biasanya menentukan strategi penyerangan, kini memasrahkan hal itu kepada Seungcheol. Tentu Seungcheol terlihat ragu. Biasanya dia perlu beberapa hari untuk memahami daerah tempat terjadinya perang, namun kali ini, dia di paksa membuat strategi secepat mungkin dengan waktu yang begitu singkat. Dia juga tetap harus memikirkan keselamatan Mingyu dan Wonwoo didalamnya.
"Biarkan aku diposisi paling depan."
Semua menoleh. Jisoo hendak protes tidak setuju. Dia mengijinkan Wonwoo ikut kali ini hanya untuk sedikit mengasah kemampuan pria cantik itu, dan menempatkannya di belakang. Tidak untuk di bagian depan sebagai pertahanan.
"Wonwoo!"
"Hyung, aku bisa!"
Wonwoo berkeras. Dia terlihat bersungguh-sungguh. Mata sabitnya seolah mengeluarkan api keyakinan hingga membuat yang lain tidak berkutik. Namun Jisoo tetaplah Jisoo. Dia harus tetap menjaga kepercayaan Tuan Jeon yang mempercayakan Wonwoo kepadanya ketika pergi berdagang.
"Jika begitu, jangan berharap aku membiarkan-mu ikut kali ini," putus Jisoo.
Wonwoo terlihat marah, dia menatap menantang Jisoo begitupun Jisoo yang tidak ingin mengalah.
Percayalah, bahwa beban Jisoo sebagai yang tertua disini begitu berat. Meskipun Wonwoo adalah pemimpin mereka, tapi Jisoo tetaplah yang memegang tanggung jawab terbesar disini. Bukan hanya melindungi Desa, dia juga tetap harus memastikan keselamatan Wonwoo dan juga Seungkwan yang menjadi tanggung jawabnya. Tapi Wonwoo tetaplah tidak akan mengerti disaat ego-nya lebih mendominasi dibandingkan perasaannya.
"Ijinkan aku berdiri diposisi itu bersama dengan Wonwoo."
Permintaan Mingyu tidak kalah menarik perhatian yang lainnya. Soonyoung, Seungcheol dan Hansol memilih diam. Mereka sudah menebak bagaimana hal ini akan berakhir. Karena menahan Wonwoo tidaklah mungkin, Raja mereka pasti tidak akan segan-segan ikut memasang badannya untuk melindungi Wonwoo. Lagi pula, ini bukanlah perang besar. Mereka hanya para perompak kecil dan si pengecut yang mengatasnamakan Kerajaan. Mingyu sendiri yakin dengan kemampuan yang dimilikinya, menaklukan mereka hanya butuh hitungan menit oleh tangannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal
FanfictionJeon Wonwoo adalah seorang pemberontak dari desa terisolasi Bucheon. Kim Mingyu adalah seorang Raja kesepian. Perbedaan kedudukan, dan ramalan menggariskan mereka bertemu dalam suatu lingkaran takdir.