Seoul-Korea

34 3 1
                                    

2 tahun kemudian

Seoul, Korea Selatan

Sabtu, 17 April 2015

8:00 PM

Tiba di Seoul, korea. Ia berjalan di tengah kota gingseng itu sendirian dengan jaket yang tidak setebal orang-orang disana.

Setidaknya ia merasa senang bisa merasakan dingin yang sesungguhnya. Namun, lama kelamaan udaranya mulai terasa menusuk, apalagi ditambah dengan suhu yang hampir mencapai -8°c.

Seol terdengar seperti kota yang tak pernah tidur, bahkan ini hampir lewat tengah malam tetapi suasana di Nam san sekarang masih ramai di kunjungi para pelancong dari dalam dan luar negri.

Enggan menguras tenaganya lagi, Mawly akhirnya memutuskan untuk beristirahat sejenak di atas rerumputan sambil menikmati kerlap kerlip cahaya menara itu dan juga airmancur kembang api yang menakjubkan. Bibirnya tertarik membuat sebuah lengkungan manis di wajahnya. Senyum bahagia dan puas.

Hampir 1 jam lebih ia berada di sana dan ia pikir ini sudah terlalu malam untuk tetap berada di sini. Lagi pula untuk menghindari cuaca yang semakin dingin Mawly segera beranjak untuk mecari hotel di sekitar Nam san Tower.

Jalanan terasa begitu sepi dan jauh dari keramaian. Di jalan yang di apit oleh rumah yang berbaris kanan kiri nya semakin membuatnya merasakan ada sesuatu yang ganjil. Dan benar saja, tiba-tiba ada beberapa orang yang menghalangi perjalanannya.

Sesekali ia menoleh ke belakang, namun tak ada siapapun. Dan ketika ia bebalik dua orang laki-laki berada tepat di depannya. Ternyata memang benar dugaan Mawly, mereka berusaha menggoda dan merampas paksa barang-barang yang di bawanya.

"What do you wanna do?" tanya Mawly dengan lantang pada mereka. Mawly belum mengerti betul bahasa Korea, namun ia bisa sedikit menggunakan bahasa itu.

" Ulineun amugeosdo wonhaji anhneunda.... ulineun danjihago sip-eohanda...."("kami tidak ingin apapun dari anda, kami hanya ingi...). Seseorang dari sisi kanannya langsung mengambil ransel dan koper yang dibawanya.

"andwaeyo, saram sallyo.. Give me back my stuff. " teriaknya sambil mengejar mereka. Namun karena mereka berlari sangat kencang dan Mawly sudah tertinggal jauh, jadi tak mungkin ia berhasil menangkap orang orang jahat itu hingga pada akhirnya ia pun tidak berhasil mengambil kembali ransel miliknya itu. Energinya sudah terkuras habis hingga tidak ada daya yang dimiliki Mawly selain hanya tergelepar di aspal sambil perlahan air matanya terurai.

"Ya tuhan ada apa ini. Mengapa, hal ini terjadi kepada ku. Isi didalam tas itu begitu sangat berharga untuk ku, didalamnya ada banyak persediaan ku selama aku tinggal disini." tak banyak yang bisa ia lakukan, Mawly pun berjalan lunglai sambil menangis.

Tidak ada yang bisa dilakukannya selain menangis sampai akhirnya ia tersungkur jatuh kembali ke aspal. Menyedihkan.

"Yaaa! Uljimaseyo. Nunmurul dakko, lagi pula itu semua telah berlalu. Mereka telah merampas semua barang mu. Lain kali, kau harus berhati-hati." Tiba-tiba ada suara bariton yang memecah keheningan saat itu dan membuat Mawly terperanjat.

Mawly dapat mengerti apa yang lelaki asing itu ucapkan, namun ia tak bisa menjawabnya dalam bahasa Korea.

Dari suaranya saja Mawly sudah bisa memastikan jika pemilik suara itu pasti sangat angkuh.

"Ne..(ya..) Nuguseyo(anda siapa)? Kau tahu semuanya?" tanya Mawly yang kemudian mengangkat penuh kepalanya yang masih tersedu-sedu dalam emosi tangisannya.

"Ya, aku melihatnya. Aku melihat semuanya!" jawab laki-laki itu penuh ketenangan tanpa ada rasa empati sama sekali.

"Jika kau melihat semuanya. Mengapa.. mengapa kau tidak.. tidak menghentikan mereka?" sahut ku dengan nada tersenggal-senggal kesal bercampur sedih "Ataukah memang sifat orang-orang disini seperti itu". Lelaki itu hanya diam tak menjawab pertanyaan ku.

Wish Book Bring A LoveWhere stories live. Discover now