Edisi touring ke Puncak Hutan Pinus Racici Yogyakarta.
Pagi itu adalah hari ke-5 ku di Yogyakarta. Ada acara kecil yang aku rencanakan dengan teman sekampus dan berita baiknya lagi dengan teman sefakultas. Aku bersama tiga teman baruku, yaitu Teti, Jidha, dan Lala. Ceritanya kami akan mengadakan sebuah meet up kecil di Puncak Racici.
Pagi itu, hari dimana aku keluar dari kamar kos untuk pergi bertemu dengan Teti yang katanya hendak berangkat ke puncak Racici bersamaku. Mengapa demikian? Karena aku belum ada kendaraan sendiri dan hanya bermodalan helm dan itu pun kudapat pinjaman dari Jidha.
Seorang diri aku menunggu Teti di angkringan. Benar benar asing bagiku. Tak ada seorang pun yang ku kenal. Dan dengan malu malu ku memberanikan diri untuk duduk di kursi tempat pembeli. Dengan senyum senyum gak jelas. Mencoba ramah dengan orang sekitar. Meski dalam hati sedikit risih "Ngga beli geh pakek acara nongkrong di warung angkringan. Apa ngga jaim kalo tiba tiba diusir pembeli. " aku memaki diriku sendiri dalam hati. WkwkSesekali ku coba menoleh ke kanan dan ke kiri, mencoba mencari dimana titik pusat Teti berada. Nah, yang jadi kendala adalah Aku dan Teti sama sama belum pernah ketemu sebelumnya. Hanya bermodalkan foto di sosmed kita masing masing.
Saat ku dapati seorang anak perempuan dengan menunggangi motor dengan postur tubuh yang besar dan sesekali ia memandangiku pula, langkah kecilku mulai menghampirinya. Meski ragu, tetap ku ikuti kata hati. Dan yapss!! Benar! Itu Teti kawan yang sedang ku nanti. Dan itu adalah kawan pertama yang aku miliki selama 5hari di Yogyakarta. Benar benar senang hatiku.
"Mm maaf, benar Teti bukan? " tanyaku memberanikan diri.
"Eh... Iya nih. Fitri ya?" tanyanya.
"Hehe. Iya betul sekali. Salam kenal," sapaku.
"Iya. Salam kenal kembali. Eh, udah makan belom? Aku laper ni. Makan dulu yuk? "
"Oh, kamu laper. Yaudah ayok makan. Gimana kalo kita makan bakso aja." ajakmu.
"Enak nggak baksonya? Kalo enak, bolehlah kita coba, "
"Kalo menurut aku sih enak. Yaudah deh cobain aja. insyaallah kamu suka. "Cusss...
"Mbak baksonya dua dengan es tehnya dua ya. Baksonya lengkap. Ok." pekik Teti saat memesan bakso.
Kami pun lekas memilih tempat untuk duduk.
"Asal daerah mana? " tanyaku memulai perbincangan.
"Jakarta. Kalo kamu? "
"Aku dari Lampung."Kami pun berbincang bincang dan saling berbagi satu sama lain. Tentang keluhan keluhan yang kami rasakan tentang menjadi anak kost. Because, ini adalah first time kami menjadi anak kos. Ternyata nggak cuma aku yang nangia dihari pertama ngekos. Setelah kami berbagi cerita ternyata Teti pun demikian.
"Udah belom? Kalo udah yuk kota tunggu Jidha di belakang Jogja city mall. " ucap Teti.
" Udah kok. Mari. " jawabku.Seusai makan, kami bergegas menuju lokasi di mana aku dan Teti akan bertemu dengan Jidha. Setelah 10menit menunggu akhirnya Jidha pun datang bersama temannya-Lala. Setelah bercakap cakap dan berjabat tangan langsung saja kita on the way to Puncak Racici. Perjalanan yang kita tempuh kira kira 1 jam setengah. Dan di tengah perjalanan kami pun terjebak hujan.
"Mau neduh atau lanjut nih?" tanya Jidha sembari fokus mengendarai motor.
"Neduh aja deh. Deres soalnya. Basah kuyup repot." Pekik Teti dari seberang.Akhirnya kami memutuskan untuk meneduh di Cafe Coffee dan Pasta yang tempatnya kurang jelas. Aku lupa.
Lebih kurang 30 menit kami menghabiskan waktu di sana dengan menyantap pastel dan menyeruput cappucino yang kami pesan untuk mengisi perut ditengah derasnya hujan kala itu. Ditemani perbincangan kecil diantara kami. Dan ketika hujan mulai mereda langsunglah kami bergegas menuju titik utama.Imogiri Timur- Medan yang harus kami tempuh sungguh menantang. Menaiki bukit yang berliku liku nan sepi. Curam. Harus tancap gas pol pokoknya. Dan semakin ke atas semakin dingin suhu yang kami hirup. Membuat badan kami menggigil.
"Ah gila. Tau gini gua bawa jaket." keluhku.
"Nah, ho'oh. Bener banget. Gua tadinya mau bawa jaket tapi nggak jadi. Gua pikir nggak akan sedingin ini." timpal Teti.Dan akhirnya kami sampai di Hutan Pinus!! Yey!! Tapi ini belum berakhir. Kami masih harus mendaki untuk menuju puncak Racici. Kira kira 3kilometer jarak yang harus kami tempuh demi mencapai puncak Racici. Tapi dengan pemandangan alam yang begitu indah, jarak yang sedemikian terasa ringan. Meski sudah capek di perjalanan dan ditambah harus mendaki terlebih dahulu, keindahan yang di dapat pun tak mengecewakan. Dan di sana aku benar benar bisa menghilangkan beban sejenak. Hilang rasanya nafas yang sesak. Lega sekali rasanya. Ingin aku berteriak melepas semua beban. Uhh!! Sungguh tak dapat ku lukiskan betapa aku berasakan ringannya hidup saat itu. Dan tak terasa hari sudah mulai petang. Dan kami pun memutuskan untuk kembali.
Ternyata di Imogiri tidak hanya bukit Racici yang menjadi tempat wisata. Masih ada satu bukit lagi yang kami jumpai dan sempat hunting di Bukit Bego Imogiri. Bukitnya memang tidak seindah puncak Racici tapi untuk hunting bukit ini tak kalah bagusnya. Pokoknya aku senang sekali. Hari itu adalah hari pertamaku mendapatkan teman, setelah beberapa hari aku hanya berteman dengan benda benda mati di dalam kamar kos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Sang Perantau
General FictionIni adalah cerita yang kutulis berdasarkan pengalaman yang pernah aku alami pribadi. Tentang perjalananku di kota orang. Tentang pahit manisnya hidup menjadi seorang perantauan. Aku hanya hendak berbagi pengalaman. Ada pun sebagian cerita yang ku...