Jumpa dengan Arini

60 0 0
                                    

Arini Ulfa Farahmah. Teman asal satu Sekolah Menengah Atas. Dia melanjutkan pendidikan di Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah. Kedatangannya di Yogyakarta hanya sekadar bermain ke runah kakak sepupunya yang kebetulan berada di Jalan Godean, Yogyakarta. Sekitar 15 menit menuju ke kosanku.

"Arin masih di Yogyakah?" isi pesanku melalui BBM.
"Masih, Rum. Gabut nih di aini sendirian." Balasnya.
"Sama aja. Mau maen nggak ada kendaraan,"
"Aku ada, dan sayangnya nggak tau mau maen kemana dan dengan siapa."

Yapps!!aku mengerti maksudnya.
Itu adalah kode keras seseorang untuk mengajak maen tetapi tidak berani berterus terang. Hehe

"Main yuk. Tapi sekarang masih panas. Nanti jam 3/4 gimana?" Pesanku.
"Oyaudah. Kita main ke Taman Lampion ya. Ntar jam 4 aku otw. Kamu tunggu di depan Jogja City Mall ya."
"Okey."

...
Pukul 15:45 WIB aku berjalan menulusuri jalanan tikus menuju jalan raya. Dengan menenteng helm di tangan kananku dan sebuah slimbag di tangan sebelah kiriku. Sungguh itu hal yang paling ribet yang pernah ku alami. Dan jarak yang kutempuh sekitar 100m untuk mencapai pintu depan Jogja City Mall. Butuh waktu 10 menit untuk aku berjalan. Dan sesampainya disana belum jua kutemui Arini. Lagi lagi aku harus menunggu hingga 10 menit barulah ia datang.

"Udah lama tah nunggu?" tanyanya.
"Lumayan sih. Yaudah yuk buru cuss." jawabku.

5 menit kemudia sampailah kami di Taman Lampion Yogyakarta. Tarif yang ditawarkan juga termasuk murah, hanya 15000/individu.

Senang sekali bisa jumpa dengan sesama muli Lampung. Jarang sekali aku temui orang asal sumatera di sekelilingku. Ada pun budak sumatera tetapi tetap saja berlainan suku. Dan hari ini ku habiakan waktu bersama Arini. Kami berkeliling keliling taman dengan melihat keindahan Monumen Jogja Kembali. Memotret apa yang menurut kami harus di abadikan. Kami saling berbagi tentang bagaimana rasanya merasakan homesick akibat first time berpisah jauh dari keluarga. Bersamanya tak henti henti mulutku bercakap. Ada saja yang dibicarakan. Tapi ini menyenangkan, karena apa yang kami jadikan bahan bicara dia pasti responsif.

Saat langit mulai berwarna kuning kemerahan, saat itulah aku benar benar merasakan keagungan Tuhan. Indah sekali. Sungguh. Ku sapu pandangan mengitari taman. Terasa damai sekali. Sambil menimati es cappucino yang tinggal beberapa teguk, dengan gemericik kolam air karena ikan saling berlompatan. Sungguh Sun set terindah dalam hidupku yang pernah kualami hingga umurku 18 tahun ini.

Dan setelah magrib tiba, lampion lampion di taman satu persatu menyala. Menambah kecantikan taman itu. Menambah kepuasan tersendiri bagi para pengunjung. Aku dan Arini menelusuri tiap sudut taman dan disetiap ornamen kami berfoto. Kadang berdua, kadang saling bergantian. Alhasil kami benar benar menikmati senja ini.

Setelah semua sudut sudah kami telusuri akhirnya kami memutuskan untuk menyudahi rekreasi di taman tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah semua sudut sudah kami telusuri akhirnya kami memutuskan untuk menyudahi rekreasi di taman tersebut. Tak puas dengan itu kami pun meluncurkan motor menuju Malioboro. Ntah apa yang hendak kita cari, hanya modal hasrat ingin naik andong saja. Kira kira 20menit kami sudah sampai. Sesampainya disana kami berkeliling menelusuri panjangnya jalanan Malioboro. Dari depan Ramai Mall sampai ke halte pertama. Sekadar berjalan dan itu sangat melelahkan. Menghilangkan sejenak rasa homesickku saat itu. Sampai kami benar benar merasa lelah barulah kami bernego dengan pak kusir andong.

"Pak andongnya berapa dua orang?" Tanyaku.
"50ribu mbak," Jawab Pak Kusir.

Mendengar penawaran harga yang sekian besar menurut kami. Akhirnya kami pun memendam keinginan untuk naik andong malam itu. Kecewa, tapi apalah daya jika kantong kami meraung raung nantinya. Dan sebagai gantinya kita pun menyewa becak untuk berkeliling Malioboro.

 Dan sebagai gantinya kita pun menyewa becak untuk berkeliling Malioboro

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kami tengok kanan kiri kami. Keramaian kota yang tak dapat ku tuliskan. Banyak pula orang asing yang memadati kota itu. Kami diajak ke pusat membuatan Bakpia Patok dan dititik nol Malioboro. Diperjalanan kami pun asik berbincang bincang. Setelah mengambil beberapa foto di titik nol malioboro akhirnya kami memutuskab untuk pulang. Karena peraturan di kosanku lumayan ketat dan Arini juga tidak enak jika harus pulang malam perihal ia adalah tamu di rumah kakaknya.

Yapss!!itulah kebahagiaan yang kudapat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yapss!!itulah kebahagiaan yang kudapat. Dan benar benar kunikmati. Perjalanan singkat bersama Arini benar benar dapat menghiburku. Dan untuk perjalanan ceritaku di hari esok, aku masih belum tahu. Apakah aku akan mengeram di dalam kos atau aku akan keluar lagi bersama kawan yang belum ku ketahui siapakah gerangan. Fiuh!! Perlahan namun pasti. Sampailah aku di depan pintu kos. Setelah mencuci muka dan berganti baju, ku rebahkan badan di atas kasur kecil dan mulai terpejam melupakan beban sejenak.

Catatan Sang PerantauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang