Part 7

15.5K 879 2
                                    

Pagi hari yang sangat cerah, secerah hatiku saat ini. Walaupun dia gadis pemilik hatiku belum menyatakan perasaannya kepadaku, tapi aku yakin jika dia sudah jatuh cinta kepadaku.

Jam pertama mata kuliahku di kelas gadis manisku, masih jelas ku ingat saat dia terkejut dan mendumel tak jelas saat aku menelfonnya pagi-pagi untuk mengingatkan tugas hari ini. Bukan karena apa tetapi karena kemarin dia ku usir keluar dari kelasku.

Flashback on

"Hallo, hmmm siapa ini.

Suara serak terdengar dari arah seberang telfon.

"Sebagai calon istri itu, pagi harus sudah bangun. Jangan lupa tugas hari ini di jam pertama aku.

"Whattt,,, oh my god. Teriaknya yang masih dapat kudengar.

"Biasa ajah kali teriaknya, kayak dapat telfon dari malaikat ajah. Jawabku masih santai.

"Sejak kapan seorang dosen bisa jadi tukang penguntit. Tau dari mana no hp saya. Tanyanya sedikit kesal sepertinya.

"Apa yang tidak aku ketahui tentang kamu, semuanya aku tahu. Sudah tanyanya nanti lagi, sekarang cepat bangun dan segera kerjakan tugasnya kalo gak,  kamu akan aku hukum nanti.

"Selalu seenaknya, tugasnya udah selesai.  Aku udah tanya amel kok.Jawabnya ketus.

"Jadi kamu nyontek ke dia.

"Eh enak ajah, mau jadi dokter spesialis harus punya otak sendiri dong. Aku itu hanya  tanya pak dosen mesum.

"Oke, memang harus gitu sebagai calon istri seorang dokter sekaligus dosen tanpa mesum.

"Kesinggung tuan,,??

"Menurut anda,?? Dia malah tertawa kencang.

"Lihat saja nanti, oke saatnya tuan puteri mau mandi dan siap-siap. Jadi mohon segera di tutup telfonnya. Ucapnya sambil menahan senyumnya.

"Iya, ya sudah aku berangkat dulu ya.

"Masih belum jadi istri jadi tak perlu pamitan kan. Tanyanya padaku.

"No, mulai sekarang itu akan menjadi paket lengkap sebelum kamu berangkat. Dan praktisnya karena sekampus jadi aku tak perlu pantau kamu lagi.

"Hmmm.. sudah kuduga. Baik selamat pagi tuan pemaksa.

Klik dan sambungan telfon pun terputus.

"Ngapain sih loe bang ngelamun, ngebayangin jorok loe yah.

"Sembarangan tuh mulut. Ngapain loe ngagetin gue. Udah sono masuk kelas.

"Jahat banget sih loe jadi abang. Gerutunya kepadaku.

Biarkan saja, biar dia tau seenaknya ngomong pakek loe gue kepada dosen. Di rumah boleh tapi kalo di kampus ya turun derajat gue dong.

Kulirik arloji yang ada di pergelangan tanganku, sudah pukul 9 pagi dan sudah waktunya untukku mengajar. Menemui gadis manisku.

Aku pun berjalan ke arah kelasnya, sepertinya semuanya sudah masuk. Kulangkahkan kakiku untuk masuk dan ku edarkan pandanganku untuk mencari gadis manisku.

Dan tepat dia sudah duduk manis di sebelah sahabatnya amelia wijaya. Dia terlihat serius dengan bindernya sampai tak menyadari kedatanganku.

"Ehemm... suaraku menggema di seluruh ruangan.

Prilly pun menoleh ke arahku, dan kuberikan senyuman termanisku. Ya mungkin hanya prilly yang tahu karena aku tak mau memberikannya buat orang lain.

My Beloved TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang