Hari dimana aku memulai bagaimana rasanya diabaikan,
Ketika segala yang kubuat sia-sia, dan apa yang kuusahakan malah terabaikan, percuma.
Pagi yang cerah dihari minggu jadi saksi ketika kumulai sesakitnya hati terasa.
Sebenarnya sungkan kuceritana kejadian ini,
Tapi aku tak mau melewatkan sebagian kisah yang nantinya kaupun mengerti.
Awan dipagi itu sangat jarang berkerumun, udara segar menghemapas lantaran sepanjang jalan menuju rumah Te lresa banyak berjajar pepohonan, dari sekedar jambu-jambuan, sampai sejenis jati ikit tumbuh subur.
Kedatanganku bukan lantaran aku yang ingin terlihat rajin absen pagi menemuinya dirumah, bukan pula karena hal lain selain lantaran 1 pesan singkat yang memintanya diantar ketempat dimana iya menghabisi waktu luang setelah selesai dengan urusanya di sekolah.
Aku sampai tepat jarum jam menujukan jam 08:00wib.
Kulihat saat itu dia terlihat sangat berbeda, ntah karena apa dan kenapa?, aku tak membuang rasa curiga terlalu lama.
Sampai semua berjalan baik-baik saja.
Kucoba tengok kegiatan apa yang dia lakukan dihari ini.
Hpnya adalah segala yang kubutuhkan untuk menjawab keingin tahuan itu.
Berjejeran untaian pesan yang begitu sangat rapih dengan kata-kata yang menyerupai perkataanku dan perkataanya ketika kami sedang berkirim pesan.
"Masyaallah!"
Hatiku bergumam sembari menepuk sesaat perasaan.
Apa yang terjadi selama ini?, apa yang dia lakukan di pekan-pekan bulan ini?, betapa bodohnya aku yang tidak menyangka akan sejauh ini?.
Aku membatin dengan sesaknya perasaan.
Kulempar padanya pertanyaan yang sebenarnya, jawaban itu ada dalam pesan-pesan singkat dalam hpnya.
Kerugian terbesar dalam sejarah hidupku, bangun dengan semangat dan kebahagiyaan lantaran kembali bersama seorang yang kukasihi, ternoda karena kenyataan yang tidak terduga.
Hebatnya dia yang begitu mudah mebalikan fakta dan malah menuduh balik, seorang yang sangat pintar merekayasa. Mungkin selama ini aku salah menaruh kepercayaan padanya, perasaanku bersama pelaku yang sangat hebat menyembunyikan kriminalitas dari timbun-menimbun kepalsuan.
"Ya Allah!"
dengan rasa sakit yang kudapat darinya, hari itu adalah hari terburuk yang rasanya tidak terlalu jauh kuceritakan kembali, namun dihari itu pula, seberkas harapan muncul dari seorang wanita yang Awalnya kusepelekan, anak perempuan berusia 18thn yang sejatinya adalah bagian dari keluarga dia. Tapi ada yang berbeda dari dirinya, hal ganjil menyeruat begitu saja.
Dia dan kebiasaannya mendeskripsikan sangat baik atas poin yang kala itu aku mulai mempertimbangkan.
Belum berani kutarik kesimpulan,
Tapi jika boleh kukatakan.
Aku tertarik padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
-pulang-
Historical Fiction"Pulang" Adalah cara terbaik ketika kau sudah kehilangan arahmu berjalan.