"ntahlah, aku tak tau apa yang sedang kurasakan, yang pasti selera makanku berkurang, dan darimana asalnya itu. Aku malah senang dengan kesunyian, banyak hal yang terpaksa kubungkan untuk bicara, lantaran perasaan yang sekarang ini aku sendiri tak tau bagaimana menjelaskanya.
Bahkan sesekali air mata menetes, sesekali aku tegap berdiri dan merasa sangat yakin jika baik-baik saja jika mengabaikan, tapi kemudian akupun duduk kembali, tersandar kembali, menunduk kembali, sesekali menatap langit-langit, hanya untuk mencegah tak terlalu banyak air mata berhamburan, kemudian hatiku bertanya hal yang sama "aku kenapa?".Sedikit aneh dan sangat tidak wajar, sedikit merasa bodoh dan sangat-sangat tidak masuk akal. Batasan sadar itu terbentur perasaan yang begitu sangat misterius. Barang kali sebentar saja aku bisa tertawa, sebentar saja aku mampu sapa dunia, sebentar saja aku merasa lega, tapi kemudian.. Aku merelakan kembali kekonyolan itu merangsak masuk duduki hati.
Ntahlah, aku tak tau lagi bagaimana jelaskan, aku tak tau bagaimana mempermudah pendeskripsian ini, agar tidak butuh waktu lama kau paham dan bantu aku temukan hidup yang tergadai lantaran rasa yang tak jelas seperti ini. Ini terlalu sangat rumit, dan parahnya lagi, aku biarkan begitu saja seperti tidak ada hal lain yang lebih berarti dari ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
-pulang-
Historical Fiction"Pulang" Adalah cara terbaik ketika kau sudah kehilangan arahmu berjalan.