Hal yang kian membuatku sulit tidur,
Keadaan yang membuatku kadang sulit tenang,
Perasaan yang kian mengadu keadilan,
Semua kulenyapkan dalam kerendahan hati,
Kubuang sejauhnya lemparan dari sisa-sisa kekuatan.
Aku ingin sedikit lebih bijak,
Lebih dewasa dan lebih paham apa yang sebenarnya harus kulakukan.
Perlahan..Aku memutuskan untuk tidak lagi mengikat jiwa pada pengharapan.
Beberapa manusia membangunkanku dari kesalahan.
Kenyataan yang sulit kuterima,
Dengan sangat mudahnya kuabaikan diriku,
Kuabaikan perasaanku,
Kubahagiakan ketenangan untuk jiwaku,
Aku menjebak kehidupanku pada dunia yang tidak menghendaki keberadaanku,
Sungguh terasa telat rasanya tersadar,
Tapi biarlah..
Aku ingin merenggut duniaku yang hilang itu.
Kali ini dan seterusnya,
Aku putuskan untuk mempedulikan hidupku.
Memang tidak mudah.
Kian merangsak masuk kenangan bersamanya,
Kian berkelebatan wajahnya,
Senyum manisnya,
Juga suara-suara tentangnya.
Mati-matian aku berusaha abaikan,
Terkadang,
Kutukar tangis kerinduan dengan merunduk sembari mengadu pada Tuhan,
Kubuat sejadi-jadinya sesak tak lebih dari tantangan.
Aku adalah lelaki yang cukup berani tantang ego,
Kala itu paling tidak sedikit kuciptaka buih-buih warna-warni tentangnya.
Aku ikhlas jika berpisah adalah cara menyudahi ini semua.
Karena tugasku rupanya masi berserakan menunggu tangan-tangan ini merapihkan,
Tangan-tangan yang kemarin hanya peduli padanya.
Seiring waktu berganti,
Dia perlahan mulai hadir kembali,
Mempeka-kan hati dan perasaanya,
Mulai banyak bertanya kesibukan dan tentang kabar,
Kala itu aku merasa terpanggil kembali,
Dalam kesibukan itu,
Aku merasa dia mulai sedikit menganggapku.
Mungkin ini jawab atas do'a ku.
Selanjutnya aku mulai kembali berjalan bersamanya,
Luka yang kemarin aku sedang tidak pedulikan,
Mungkin...
CInta itu ajaib,
Atau mungkin,
Ada alasan yang lebih logis tentang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
-pulang-
Historical Fiction"Pulang" Adalah cara terbaik ketika kau sudah kehilangan arahmu berjalan.