3.3

21.7K 1.6K 29
                                    

No childern, please :)
Rate : M 17

*****

Inilah acara menonton tv yang paling canggung, Ethan tidak melakukan apapun, hanya duduk dan menonton TV. Sementara aku sudah minum dua gelas wiski.

Aku jadi bertanya-tanya, apa Ethan tidak menginginkanku telanjang lagi? Maksudku, tadi sore bukannya dia ingin menghabiskan persediaan kondomnya? Atau jangan-jangan dia sudah menghabiskannya. Bukan denganku?

Serius? Apa ada perempuan lain yang membuatnya bisa berpaling dariku? Apa aku tidak seksi lagi? Tidak menggoda lagi? Perasaan itu membuatku sedih.

Aku harus membuktikannya. Apa Ethan sudah tidak tertarik lagi atau-- siapa yang tahu?

Aku menopang kakiku ke meja, beruntung sekali aku belum memakai celana tidur, jadi kakiku terlihat semua. Ethan selalu bilang kalau dia suka kakiku, dan selalu ingin tidur di kakiku. Apa sekarang masih berpengaruh?

Ethan bergerak membetulkan posisi duduknya sampai nyaman, lalu meminum wiski di tangannya dan kembali menonton TV dengan fokus.

Ayolah, apa acara TV lebih seru dari kakiku? Lihat kakiku Ethan.

Kalau begitu, sesuatu yang lain yang lebih menggoda.

Tanganku mulai menggaruk pelan pahaku dengan gerakan lambat. Sekarang, apa acara TV masih lebih seru daripada pahaku? Huh, huh, huh?

"Ahahahahaha." Tawa Ethan meledak, dan dia tertawa karena TV. KARENA TV!!

"Pijat kakiku!" Tukasku sambil menyimpan kedua kakiku yang bersandal kelinci berbulu di atas pangkuannya.

Nah, apa sekarang masih fokus?

Sial! Dia melakukannya, dia memijat kakiku masih sambil tertawa ke TV. Aku benci di abaikan. Sialan! Apa dia sudah berpaling?

"Ethan!" Bentakku.

Dia tidak mendengar.

"Ethan!"

Tetap.

Aku meraih remote TV dan menekan tombol off. Nah, baru dia melihatku sekarang, tapi sialan, dengan wajah formal. "Ada apa, Barbara?"

"Berhenti lakukan itu."

"Lakukan apa?"

"Mengabaikanku."

Dia tersenyum miring, dan dia terlihat seperti sulit diraih, bukan pacarku, bukan milikku. Aku kehilangan dia. Oh Tuhan, jangan! Aku ingin dia!

Aku mulai merengek, tidak bisa ditahan. Rasanya seperti Ethan milikku dikubur hidup-hidup dan tanpa jejak. Rasanya hidupku hampa. Aku kehilangan arah. Sekarang aku harus bergantung para siapa?

"Aku benci kau, kembalikan Ethan-ku!" Sekarang aku menendang-nendang tubuhnya sambil merengek keras-keras.

Dia terjatuh dari sofa dengan suara gedubrak yang sakit. Aku tidak peduli. Selanjutnya aku berdiri dan menuju kulkas untuk mencari camilan pengganti Ethan.

Sebelum aku menuju dapur, Ethan meraih tanganku dan menarikku ke soffa. Dua detik kemudian aku di bawahnya, dan dia di atasku, menatapku dengan dalam.

"Rindu aku sayang?" Dia menyeringai.

Aku ingin memukulnya, tapi lebih baik diam.

Dia mendekatkan wajahnya ke wajahku, tapi sebelum itu, tangannya merayap ke balik kemejaku. "No bra?" Dia mengangkat alis.

"Shut up!"

Dia terkekeh. "Sekarang, siapa yang mau menolak untuk menghabiskan persediaan kondom?"

"No."

"No?"

Aku hendak marah tapi dia mencegahnya dengan bibir penuhnya, menggoda bibirku, menggigitnya, dan tidak membiarkanku membalas sementara tangannya mulai mengusap benda-bendaku.

Dengan cepat aku menyesuaikan perlakuannya, tanganku meraih kepalanya, dan meremas rambutnya. Kakiku melingkar ke panggulnya dengan erat berusaha merasakan dia dari luar dan aku membuat diriku sendiri bergetar karena itu.

"Ethan." Lirihku saat dia melepas ciumannya dan mulai menciumi leherku, telingaku, dan menyebarkan nafas panas.

Dia menarik thong-ku sampai lepas, itu mudah saja karena aku hanya memakai tali bukan celana dalam. Yeah, kadang dunia semakin idiot memakai tali untuk celana.

****
Mature content has deleted!

****

Living With an Idiot Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang