Slumber Woods, Tahun 254 Era Awal
Sudah dua belas hari berlalu sejak kedatangan Zikra di Slumber Woods. Sejak hari itu, setiap tiga hari sekali Assad sang tabib mendatangi rumah Zikra untuk membawakan ramuannya. Kian hari ramuan yang dibawakannya semakin memuakkan, entah bahan apa yang dicampurnya. Tetapi ajaibnya kian hari pula rasa sakit di perut kapten muda itu semakin terangkat. Dan kemarin pada hari terakhir kunjungan, Assad sudah menyatakan bahwa lambung Kapten Zikra sudah sembuh. Tetapi malangnya ia tetap berpantangan untuk meminum anggur maupun jenis minuman beralkohol lainnya.
Di saat ia dinyatakan sembuh, waktunya Zikra untuk menepati perkataannya pada Lord Gascogne. Bersama Herd sebagai pengawalnya, ia pun menunggangi kudanya menuju Desa Bieze. Di tengah teriknya matahari menyinari ladang Slumber Woods, mereka terus memacu kudanya menuju tujuan. Jarak dari rumah Zikra menuju Bieze tidak terlalu jauh, tetapi juga tidak bisa dibilang dekat. Karena rumah Zikra terletak di ujung barat Slumber Woods, sedangkan Bieze terletak di perbatasan timur antara Slumber Woods dengan Upper Dragaine. Sehingga sama saja mereka melintasi seluruh dataran Slumber Woods, kira-kira berjarak 80 mil. Selama perjalanan, mereka disuguhi pemandangan padang rumput dan hutan kayu slumber yang sangat luas. Dari kejauhan terlihat beberapa perkebunan dan pedesaan kecil milik warga. Di pertengahan jalan mereka juga melintasi Gascogne Hut, desa perkebunan terbesar di Slumber Woods milik keluarga Gascogne. Di sana Zikra meminta berhenti untuk beristirahat sejenak dan membeli beberapa perbekalan untuk melanjutkan perjalanan.
Mereka tiba di Bieze tepat saat matahari hendak terbenam di ufuk barat. Sedikit di luar perkiraan Zikra, tidak ada satupun bangunan yang tersisa di sana. Semuanya hancur tak berbentuk, tak terkecuali patung Dewa Murat yang berada di tengah desa hancur berantakan.
"Apa-apaan yang terjadi di sini? Anda tidak pernah menceritakan ini pada saya, kapten." Keluh Herd dengan nada prihatin.
"Demi Dewa Lodius, aku juga tak menyangka kondisinya akan separah ini." Sahut Zikra sambil berusaha mencari keterangan di antara reruntuhan itu, walaupun hasilnya nihil. Tetapi ia merasa bahwa penghancuran total suatu desa kecil yang bahkan hampir tidak mungkin melakukan perlawanan adalah hal yang cukup ganjil. "Bantu aku mencari, Herd."
"Menurut saya, kerusakan separah ini tidak mungkin disebabkan oleh serangan prajurit biasa." Herd berusaha berpendapat selagi menggali beberapa reruntuhan. "...Tidak mungkin, kecuali dengan jumlah prajurit yang cukup masif."
"Dan apabila prajurit dengan jumlah yang cukup masif itu menyerang desa yang hampir tak memiliki pertahanan, pastilah kabar itu sampai ke ibukota." Bantah Zikra.
Mereka terus menggali dan menelusuri hingga larut, namun tetap saja tidak menemukan apapun. Tidak ada sedikit pun yang tersisa dari reruntuhan desa. Bahkan lebih terlihat seperti reruntuhan desa kuno yang sudah ditinggalkan penduduknya ratusan tahun lalu. Sama sekali tak ada sisa kehidupan di sana, apalagi bekas-bekas saat penyerangan. Zikra masih berusaha mencari, walaupun ia mulai putus asa.
"Tidak ada bendera, tidak ada cipratan darah, tidak ada mayat. Tidak ada apa pun di sini, kapten." Keluh Herd yang kelelahan setelah menggali hampir separuh dari reruntuhan desa, dengan ngos-ngosan ia pun meminum anggur yang dibelinya di Gascogne Hut siang tadi.
Zikra hanya bisa mengangguk setuju dengan Herd. Ia pun duduk di atas salah satu reruntuhan dan mengusap peluh yang membasahi wajahnya. "Aneh, sungguh aneh."
"Rasanya tidak mungkin sebuah desa bisa rata tak berbekas sedikit pun. Apa yang harus kita lakukan, kapten?" Tanya Herd.
"Tunggu dulu." Zikra teringat sesuatu, Lord Gascogne pernah menyebutkan tentang pengungsi yang masih hidup. Kalau tidak salah mereka saat ini ditampung di desa terdekat, tanah milik Tuan Coubert. Pasti mereka bisa memberi keterangan terkait penyerangan itu. "Herd, dirikan tenda di sini. Kita berangkat saat fajar."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood Prince - Embracing Darkness
FantasySeorang raja sibuk mengurus kerajaan di usianya yang masih muda. Seorang pangeran mencari kakaknya yang dituduh telah membunuh ayahnya. Seorang duke menghimpun kekuatan demi merebut tahta. Seorang kaisar memiliki mimpi lebih besar. Seorang k...