Aku Ingin Melindungimu - Zikra

16 3 2
                                    

Slumber Woods, Tahun 254 Era Awal.

Dalam mimpinya, Kapten Zikra tersesat di dalam hutan yang gelap gulita. Rasa lelah di kedua kakinya mulai memberatkan tiap langkah yang harus ia tempuh. Ditambah lagi dengan luka di bahunya yang masih terbuka lebar, darah segar terus mengucur dari sana. Ia berlari ke setiap arah, mencoba untuk mencari jalan keluar. Tetapi hasilnya nihil, ke segala mata angin hanya terdapat lembah dan semak belukar. Ia tidak sendiri, gadis vampir yang baru saja ditemuinya ikut menemani. Kaki gadis itu terluka parah, mengharuskan Zikra untuk menggendongnya. Ia terus berlari, tidak mengindahkan hawa dingin dan duri tumbuhan yang menusuk. Sepasang mata berwarna merah terus mengikuti ke manapun mereka berlari, membuat rasa tidak nyaman muncul di pikirannya. Tetapi ia masih terus berlari, justru semakin cepat. Hanya satu alasannya untuk tidak berhenti, ia hanya ingin membawa gadis itu keluar dari kegelapan ini. Tetapi mata merah itu terus mengikuti. Bisikan-bisikan ganjil terdengar samar di telinga Zikra. Suaranya begitu lirih, seakan bersimfoni dengan angin dan burung hantu. "..... adalah yang sejati, kegelapan adalah cahaya terakhir." Begitulah bisikan itu terdengar. Terkadang diikuti oleh tawa yang menggila dan tangisan yang memilukan. Dan semakin jauh Zikra berlari, mata itu seakan mendekat. Terus mendekat dan semakin dekat, seolah akan melahap mereka ke dalam dimensi lain.

Zikra terbangun dari tidurnya, mimpi mengerikan itu datang untuk ketiga kalinya. Matanya melotot dan tatapannya mengelilingi seluruh penjuru kamarnya, mencoba memastikan tidak terjadi apapun. Seketika luka di bahunya terasa nyeri, bahkan menjalar ke seluruh tubuhnya. Pikirannya terus menimbang apa maksud dari mimpi itu. Mimpi itu, hutan itu, bisikan itu, kegelapan itu, semua terasa begitu nyata. Terutama mata merah itu, merah dan tajam bagaikan pisau. Persis seperti yang ia lihat dari Tuan Coubert tepat sebelum kematiannya. Tapi Zikra memilih untuk tidak terlalu memikirkannya, karena ada sesuatu yang lebih penting.

Baru saja kemarin Zikra berkuda ke Gascogne Hut untuk melaporkan hasil pencariannya pada Lord Gascogne. Tidak ada yang diserahkannya di sana, melainkan kepala berdarah Tuan Coubert beserta berita pengkhianatannya. Berita seluruh pengungsi dari Bieze diperlakukan dengan tidak layak hingga dijual sebagai budak membuat Lord Gascogne marah besar. Beliau langsung memerintahkan pasukannya untuk memamerkan kepala Tuan Coubert di alun-alun hingga membusuk. Ia juga mengangkat salah satu pengawal kepercayaannya untuk menjadi kepala desa Jorevort yang baru. Tidak ada lagi yang dilaporkan Zikra di sana, termasuk berita bahwa ia menemukan seorang vampir yang dikurung Tuan Coubert. Ia lebih memilih untuk melindungi nyawa gadis yang baru ia temui.

Kapten muda itu berjalan keluar kamar, kemudian menuju ke kamar di sebelahnya yang diisi oleh gadis vampir. Kamar itu tidak berbeda jauh dari kamar Zikra, baik dari segi ukuran maupun perabotan yang ada. Seluruh perabotan yang ada – seperti lemari dan meja kecil terbuat dari kayu slumber. Kasurnya berlapiskan bulu beruang, atau bulu domba? Entahlah, Zikra sedikit lupa. Di dalam sana sudah ada Herd dan Lysette duduk menemani gadis vampir yang masih terbaring lemah. Tak lupa Kuvrech memanggil Tabib Assad kembali untuk merawatnya.

"Anda sudah terbangun, kapten. Bagaimana luka di bahu anda?" Sapa Herd sambil menanyakan keadaan Zikra.

Kapten Zikra hanya memegangi luka di bahunya sambil tersenyum. "Masih sedikit sakit, tapi aku tidak apa-apa."

"Tunggu sebentar, tuan." Tabib Assad berjalan mendekati Zikra, kemudian ia meraba-raba luka itu dan mencium baunya. "Ramuan yang saya berikan semalam sangat manjur, luka anda sudah mulai mengering dan tiga hari lagi akan sembuh total." Tambahnya dengan nada sedikit girang.

"Syukurlah. Terima kasih, Tabib Assad. Tetapi ada yang lebih penting dari itu, bagaimana keadaan gadis itu?" Tanya Kapten Zikra sambil memandangi gadis vampir yang masih terbaring. Mata merahnya begitu sayu, luka di kakinya masih diperban. Ia sangat khawatir dengan kondisi gadis itu, terutama setelah melihat kondisinya saat pertama bertemu.

The Blood Prince - Embracing DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang