Lagi-lagi bola mataku meliriknya, seakan susah lepas darinya. Wajah yang manis dan senyuman yang di milikinya membuatku terpesona. Sulit bagiku mendekati, apalagi mencuri pandangannya untuk melihatku. Sebab, kini dia bersama teman wanitanya.
Tiba-tiba Ratna merangkulku yang diam memandang Andre, cowok kusukai.
"Sudahlah, aku sudah bosan melihat Andre. Kamu nggak bosen-bosen apa, yah? Jangan berharap, nanti jatuh loh? Lebih baik kita mampir ke cafe abang ganteng, yuk!" Ajak Ratna membawaku menjauh.Aku tak bisa menolak ajakan Ratna. Di Cafe Ratna memilih tempat duduk seperti biasa, tak berubah. Di tepi jendela, empat bangku padahal hanya berdua.
"Re, kemana, ya, bang Ivan? Kok nggak kelihatan dari tadi?" tanya Ratna matanya mengitari ruang cafe mencari sosok yang di cari. "Mas, mas ... Bang Ivan kemana?" tanya Ratna memanggil pelayan Cafe.
"Ivan sedang sakit, jadi hari ini tidak masuk. Apa ada yang mau di pesan?" jawab pelayan Cafe.
"Ou, Bang Ivan sakit. Nggak, maaf yang mas terima kasih cuma cari bang Ivan saja," kata Ratna berdiri. "Re, kita kerumahnya ajak, yuk?!" ajak Ratna menarik lenganku.
"Hmm... Baiklah daripada pikiranmu penuh dengan bang Ivan," jawabku mengiyakan.
"Beli buah dulu, yah."
Setiba di rumah bang Ivan, terlihat bang Ivan sedang duduk di teras memandang jalanan.
"Eh, Ratna, Rena ada apa kemari?" tanya bang Ivan yang melihat kita depan rumahnya.
"Karna dengar kabar bang Ivan sakit, kita kemari menjenguk. Buah untuk bang Ivan," kata Ratna tersenyum.
"Terima kasih. Silakan masuk dan duduk di sofa, abang ambil minum untuk kalian," ucap bang Ivan persilakan masuk.
"Nggak usah repot-repot, bang. Abang lagi sakit, kita juga baru saja abis minum kok. Abang sakit apa?" kataku mencegah bang Ivan mengambil minum.
"Badannya lagi nggak enak, mungkin kecapean, Re," jawab bang Ivan. "Terima kasih sudah jenguk."
Aku hanya tersenyum. Ke rumah bang Ivan adalah keinginan Ratna yang mau dekat dengannya.
"Ini juga karna Ratna kangen abang, kalo nggak di temuin kasihan, bang," gurauku.
"Ikh, apakah? Iseng aja kamu, Rena!" sahut Ratna malu.
"Ha ... Ha ... Nggak apa Ratna, kalo kangen bilang aja?" sambungku.
Ratna mulai greget dengan candaanku tentang perasaannya pada bang Ivan. Dan mulai mencubitin lenganku serta menatap tajam.
"Sudah-sudah, jangan ribut. Bang Ivan juga tahu kok," kata bang Ivan leraikan pertengkaran kecil antara aku dan Ratna.
Kami pun berbincang sebentar sebab bang Ivan sakit. Setelah itu, kami pun pamit pulang.
"Bang, kita pamit pulang, cepat sembuh, yah?" ucapku berdiri untuk pamit.
"Cepat sembuh, ya, bang," ucap Ratna.
"Iya, terima kasih sudah jenguk. Hati-hati di jalan, maaf abang nggak bisa temanin," balas bang Ivan.
"Nggak apa-apa, kita berdua ini. Terpenting, abang jaga kesehatannya," kata Ratna senyum penuh perhatian.
Kami berjalan pulang setelah memenuhi keinginan Ratna menemui Bang Ivan. Dan aku masih memikirkan Andre dan sulit untuk berhenti.
"Hmm ... Masih memikirkannya? Udah lupakan saja, masih banyak kan cowok manis lebih dari Andre, macam bang Ivan," kata Ratna bayangkan bang Ivan.
"Entahlah, ... Apa yang terjadi aku yang terus memikirkannya? Bisa jadi dia pun sama. Atau ... "

KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerita Pendek
Short StoryBerbagai cerita pendek ada di sini. Yang suka baca yang langsung cepat habis ya di sini ヽ('▽`)/