1. Mana Calum?

21 1 1
                                    

"Cal? Kapan kau pulang? Aku merindukanmu..." kataku saat sedang menelepon Calum.

"Malam ini, Nat. Sepertinya." Jawabnya dari seberang sana.

"Kau tidak merindukanku?" Rengekku manja.

"Nat, sudah dulu ya. Kau mengangguku. Aku sedang main catur dengan nenek." Dan ia langsung memutuskan sambungan begitu saja.

Aku mendengus kesal karena walaupun besok Calum sudah akan tiba disini, aku masih harus menjalani malam tanpanya. Sudah seminggu Calum menginap di rumah neneknya di Los Angeles, California. Dan 7 hari kemarin adalah 7 hari tersepi dalam hidupku.

Lagi lagi aku menghembuskan napas berat. Lalu menatap ke luar jendela kamar temanku. Ya, kamar temanku. Namanya Penelope atau aku biasanya memanggilnya Peny. Karena alasan tertentu ia memanggilku untuk datang kerumahnya.

Dan soal pemandangan diluar jendela, oh itu sangat jelek. Singkatnya jendela Peny menghadap jalanan dan dari sini aku bisa lihat taman bunga tetangganya begitu berantakan. Ada jejak ban mobil disana dan hamparan bunga bunga tulip yang dahannya patah terkulai lemah tak berdaya.

Itu, adalah alasan tertentunya. Peny lah penyebab bencana taman bunga itu. Dan ia memintaku untuk memberinya solusi agar permintaan maafnya diterima tetangganya. Yang diketahui adalah pria Maine seksi dengan janggut tipis menawan dan dua saudara yang sama seksinya.

"Nat, kau baik baik saja?" Peny menghampiriku dengan dua botol soda dan beberapa kotak pizza. Aku mengagguk menjawabnya.
"Apa ini tentang Calum?" Tebaknya. Dan aku mengangguk lagi.

Nyatanya tidak ada yang tau kalau aku menaruh perasaan pada Calum. Peny menganggap sikap kepedulainku pada Cal sebagai hal wajar karena Calum dan aku bersahabat. Setidaknya itu yang aku katakan saat Peny bertanya mengapa Calum memberiku cincin TAT untuk kado natal. Maka aku menjawab 'kami bersahabat, dan dia orang kaya. Semuanya mungkin mungkin saja.'. Ah ya, aku agak tersipu dan sangat senang waktu Calum memberikan itu.

"Nat, aku serius. Aku sangat menyesal pada Luke. Perkataanku kemarin sangat buruk. Aku harus apa?" Tanyanya cemas.

"Ganti rugi, apalagi?" Aku mengunyah pizza yang baru kuambil. Hmm, mozarella, kesukaan Calum.

Peny merengek. Aku tau ia tidak punya banyak uang akhir akhir ini. Padahal aku sudah tawarkan ia untuk bekerja di Starbucks bersamaku 2 minggu yang lalu untuk menambah uang jajan. Tapi ia menolak dan akhirnya menyesal. Karena pekerjaan itu sudah diambil Ashton Irwin. Senior kami dan salah satu teman Calum.

Akhirnya aku menyarankan untuk memberikan si Luke itu buket bunga. Mengingat objek dari permasalahan ini adalah taman bunga. Dan saran itu diterima cukup baik oleh Peny.

Ting!

From : Calum
Nat, aku minta maaf tadi tidak sopan. Aku akan pulang malam ini.

Melihat sms dari Cal barusan membuatku senang. Dengan cekatan pun segera membalasnya. aku langsung melihat jam dinding. Pukul 4 sore. Aku tak sabar menanti besok dan bertemu Calum.

To : Calum
Asyik!

***
Malam ini aku benar benar menunggu Calum. Sulit sekali rasanya tertidur dan tidak memandangi jendela kamarnya yang kebetulan bersebrangan denganku.

Baru saja aku hendak menelpon Calum, tapi aku baru ingat ia pasti sedang berada di pesawat. Pukul berapa ini? 7 malam.

To : Calum
Hai Cal, kuharap penerbanganmu menyenangkan. Aku menunggumu.

Lalu saat aku baru saja menaruh ponselku di meja sebelah tempat tidur, itu berbunyi.

Ting!

From : Calum
Berita buruk, penerbanganku delay selama 2 jam. Mungkin besok siang aku baru tiba. Kenapa tidak sabar sekali?

Dengan cepat aku mengetik balasanku. Dan segera mengirimkannya.

To : Calum
Tentu saja, sudah 7 hari kita tidak bertemu.

Lalu selama beberapa menit kedepan tidak ada lagi balasan dari Calum. Mungkin ia sibuk atau memang malas.

Ah Calum, aku ingin cepat cepat bertemu denganmu dan berhamburan memelukmu. Kalau aku bisa, aku juga ingin menciummu.

Ah Calum, kamu sangat dekat tapi terlalu jauh untuk digapai.

BÈTA (Calum Hood) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang