Epilog

10 1 1
                                    

Calum menatap jari manisku. Atau mungkin lebih tepatnya cincin TAT pemberiannya. Ini sedikit aneh karena saat ini kami masih berada di kamarnya dan sedang bersandar malas di kepala kasur Calum.

Jam berapa ini? 6 lewat 42 menit. Oh dan ini sudah hari senin. Sial, aku harus bekerja. Tapi terlalu malas karena posisi ini sangat nyaman.

Semalaman kami mengobrolkan banyak hal dan tidak tertidur sama sekali.

"Cal, kenapa kau mau bekerja di Starbucks?" Tanyaku sambil mendongak menatapnya.

"Oh ayolah, kau tau alasannya. Kau kan punya giliran kerja yang sama dengan Ashton." Katanya dengan wajah jengkel yang dibuat buat.

Aku hanya tertawa sebentar. Ah tak apalah tak bekerja. Hanya satu hari membolos.

"Bagaimana dengan Ayahmu? Kau masih.. kau tau, merasa marah?" Tanyaku dengan sedikit ragu.

Calum tampak berpikir. "Hmm, dia sudah mati, begitupun ucapannya. Hahaha."

"Jangan begitu, ia membayar uang sekolahmu." Aku memukul pelan lengannya. Ia hanya melanjutkan tawanya.

Dan kami kembali terdiam. Sambil bertanya tanya bagaimana keadaan Peny, Luke, Ashton, dan Michael. Ah tapi masa bodoh.

"Cal, apa kau tidak punya kegiatan hari ini?" Tanyaku lagi. Calum sepertinya mulai muak.

"Dasar kalian gen X, selalu saja banyak tanya."

"Ya, tapi kami cepat. Dan murah hati. Kalau beberapa dari kami tak mengalah, kau tidak akan lahir." Bela ku.

Ia mendengus kesal. Tapi kemudian kembali tersenyum dan mencium singkat bibirku. "Aku mau tidur." Katanya.

Dan dengan paham aku pun ambil ancang ancang untuk beranjak dari kasurnya. Tapi lagi lagi lengannya menahanku.

"Denganmu."

Lalu ia menarikku dan medekapku dalam pelukannya. Menciumku (lagi) dengan lembut walau lama kelamaan menjadi semakin panas karena ia menggigit bibir bawahku.

Ya, mungkin aku akan tidur dengannya. Dan apa yang akan terjadi? Kalian tidak akan pernah tau.

BÈTA (Calum Hood) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang