"Aku cuma kepengin deket sama kamu. Apa itu nggak boleh?"
Aku kaget.
Bener-bener kaget.
Maksudmu, 'deket' dalam artian apa?
Teman atau apa?
Aku berdehem kecil. "Oh, gitu. Ya nggak pa-pa sih, hehe."
"Lebih juga boleh."
Aku membulatkan mataku kembali. Sungguh, kamu ini... sebenarnya kamu kenapa sih? Aku nggak ngerti deh, suer.
"Lebih? Maksudnya?"
Kamu menyengir. "Sahabat, selingkuhan, pacar kedua, pacar utama, is--" kamu menepuk dahimu. "Istri kejauhan. Sahabat aja."
Aku menghela napasku pelan.
Sahabat.
Memang sih, sahabat juga ada yang menjadi cinta. Tapi kalau nggak? Kayaknya takdir berkata lain. Aku cuma mengangguk-angguk saja pertanyaan darimu.
"Udah beres makannya?"
Aku mengangguk. Kemudian berdiri mengikutimu yang akan membayar makanan. Pada saat aku akan menyerahkan uang kepadamu, kamu menolak.
"Aku aja yang bayarin. Kan aku yang ngajak, kecuali kamu yang ngajak makan sama aku," kamu tersenyum manis kepadaku.
Lama-lama aku diabetes.
Setelah membayar, kami kembali ke sekolah untuk mengambil kendaraan. Tapi, sebelum aku bilang bahwa aku membawa motor, kamu mengajakku untuk pulang bareng. Aku menolak, karena aku membawa motor.
"Lain kali deh ya, maaf,"
Kamu nampak cemberut. "Tapi besok kamu bareng sama aku berangkatnya ya!"
Aku jadi nggak tega liatnya.
Aku mengiyakan keinginanmu itu.
Kamu menepuk-nepuk kepalaku pelan. Kemudian, kamu berjalan menuju motorku berada. Aku mengikutimu.
"Helm logo SNI ada, spion, rem, ban, lampu sen kanan-kiri nyala, jas hujan ada, jaket buat kamu udah ada. Tinggal apa ya?" kamu berpikir sambil mengelus-elus dagumu.
"Udah cukup deh. Nah, hati-hati dijalan ya! Aku bakalan ngikutin kamu dari belakang."
Astaga. Terlalu perhatian. Aku baper yang kesekian kalinya.
******************
Halo! pada nunggu cerita ini nggak? *kayak ada yg ngarep aja wkw*
maafkan aku karena terlambat update. ini semua gara-gara tugas! wkwk.
tapii yang penting udah apdet
typo=komen.
20 agustus 2016
