Di pagi hari yang begitu cerah ini, puluhan mahasiswa berlalu lalang di halaman universitas, berjalan menuju kelas mereka masing-masing. Bangunan perguruan tunggi itu memang terkesan biasa saja, tamannya pun tak terlalu indah, namun terdapat banyak bangunan tinggi di sana. Mengingat memang mahasiswa di universitas tersebut terbilang dalam jumlah yang tidak sedikit.Begitu banyak canda tawa yang terdengar. Raut para mahasiswa terlihat begitu cerah, secerah pagi ini. Ada beberapa di antara mereka yang bermain, saling menjahili, hingga mengerjakan tugas.
"Stella!"
Gadis yang bernama Stella menolehkan kepala saat mendengar namanya terpanggil. Dia menatap si gadis manis yang berada tak jauh darinya. Membuat para mahasiswa pun ikut menoleh saat mendengar nama si bunga kampus terpanggil.
Sudah tak diragukan lagi kebenarannya bahwa Stella adalah mahasiswa tercantik di universitasnya. Mahasiswa jurusan Sastra itu memang sangat dikenal dengan kesan-kesannya yang selalu positif. Cantik dan pintar, mungkin itulah gambaran dasar jika mendengar namanya.
Gadis itu memiliki paras cantik. Dipadu dengan rambut berwarna cokelat kemerahan. Kulit yang bagaikan seputih susu. Manik cokelat terang yang begitu meneduhkan. Juga bibir tipisnya yang berwarna merah muda alami. Stella memiliki tubuh yang kurus, meski begitu dia tetap menjadi satu-satunya sasaran empuk para mahasiswa laki-laki di universitasnya.
Stella tersenyum, "Hai, Lyssa. Ada apa?"
Seseorang itu adalah Lyssa, sahabat Stella. Lyssa memiliki rambut pirang sebahu. Dengan kulit agak gelap. Berbeda dengan Stella yang kurus, Lyssa memiliki tubuh yang lumayan berisi. Sehingga meninggalkan kesan seksi.
Stella dan Lyssa menginjak umur 19 tahun. Mereka menempati universitas yang sama. Juga merupakan teman sekelas. Mereka sudah bersahabat sejak berumur 6 tahun. Jarak rumah mereka pun tak jauh, bisa di katakan lumayan dekat.
"Maafkan aku, Stel. Hari ini, aku tidak bisa pulang bersamamu. Aku harus pergi menemani Ibuku berkunjung ke rumah temannya," ujar Lyssa dengan tatapan merasa bersalah.
"Tidak apa-apa. Jangan terlalu dipikirkan," jawab Stella. Dia tersenyum pada sahabatnya itu.
"Lalu bagaimana denganmu?" tanya Lyssa.
"Aku bisa pulang sendiri. Aku sudah bukan anak kecil lagi untuk kau khawatirkan." Stella memutar bola matanya. Dia kembali melanjutkan langkahnya. Sehingga membuat Lyssa juga melangkah bersamanya. Mereka berjalan menuju kelas. Mengisi kegiatan pagi hari mereka dengan mengikuti mata kuliah Bahasa Inggris.
"Aku akan meminta Luke untuk mengantarkanmu pulang."
Stella menatap sahabatnya itu dengan pandangan kesal, "Kau tahu, kan? Betapa susahnya aku menjauhi pria gila itu, dan sekarang kau menyuruhku pulang bersamanya? Yang benar saja!"
Lyssa tertawa, "Coba lihat gadis bodoh ini. Luke sangat tampan dan kaya raya. Lagi pula dia menyukaimu. Mengapa kau sangat membencinya? Jika aku jadi kau, aku akan menerima cintanya, tapi juga menerima kertas-kertas berharganya untuk mengisi dompet tipisku," ujarnya. Dia menaik-naikkan alis, menatap Stella dengan pandangan jahil.
Luke merupakan senior Stella dan Lyssa, pria paling tampan di universitas mereka. Wajahnya rupawan, tentu saja, dan pria itu sangatlah kaya. Luke memang sangat sering menggoda Stella. Bahkan pria itu pernah menyatakan perasaannya pada Stella dan langsung di tolak terang-terangan oleh gadis itu. Yang membuat Stella tidak menyukai Luke, dia sangat sering mempermainkan wanita. Sering kali Stella mendapati Luke sedang berciuman mesra dengan seorang gadis di belakang kantin. Hal itu lantas membuat Stella semakin jijik dengan lelaki brengsek itu. Tak akan Stella biarkan dirinya menjadi salah satu korban Luke.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Leuco
FantasyStella telah membuat kesepakatan dengan seorang pria tua yang bersedia menyembuhkan penyakit ibunya, tetapi dengan syarat bahwa ia bersedia di kirim ke dimensi lain untuk membebaskan seorang pangeran dari kutukannya. Di sana, Stella hidup dengan ide...