Sang Pangeran terus memandang wajah Stella yang sedang terbaring lemas di hadapannya. Sudah tiga hari dia menjaga gadis itu. Bahkan dia tidak tidur sama sekali demi menunggu mata Stella terbuka. Bagi Pangeran, entah mengapa waktu sangat lama berjalan semenjak tiga hari yang lalu. Dia sungguh tak sabar Stella segera siuman. Indentitas gadis berambut cokelat kemerahan itu sangat membuatnya penasaran."Pangeran," panggil seorang lelaki di depan pintu kamar. Dia menunduk hormat padanya.
"Ada apa?" tanyanya dengan datar.
"Anda di panggil Yang Mulia Raja."
Pangeran lantas menghela napas mendengarnya. Dia terdiam cukup lama. Sehingga membuat lelaki yang merupakan Pelayan setia Ayahnya itu harus menunggu di depan pintu. Pangeran akhirnya membalas, "Aku akan segera menemuinya. Pergilah."
"Baik, Pangeran," jawab si Pelayan. Lelaki tua itu kemudian menunduk hormat kembali lalu pergi.
Sebelum Pangeran pergi, dia menatap wajah Stella. Cukup lama. Juga tanpa bersuara. Pria berjubah itu seolah mengatakan sesuatu melalui tatapan yang tentu tertuju pada Stella. Sudah dipastikan bahwa itu hanya berakhir sia-sia. Angin bahkan tak bisa melihatnya.
Pangeran lantas berjalan keluar dari kamar. Dia melangkah menuju ruangan di mana singgasana sang Raja berada. Wajah tampan yang tak memiliki ekspresi itu terarah ke depan. Tatapan matanya begitu tak terbaca. Seolah hanya ada warna hitam di hidupnya.
"Lord," sapa Pangeran itu sambil menunduk hormat setelah sampai di sebuah ruangan dan berdiri di hadapan singgasana sang Raja.
"Aku dengar kau membawa seorang gadis ke kastil. Siapa dia?" tanya Raja yang, Ayah sang Pangeran. Di samping Raja, Ibu dari Pangeran sedang berdiri sambil memandangi puteranya. Di sana juga terdapat para tetua kerajaan.
"Aku tidak tahu, tapi ada kemungkinan, dia adalah salah satu dari yang terpilih."
"Benarkah? Bawa gadis itu ke sini. Aku ingin menyambutnya."
Wajah Pangeran berubah suram, "Aku memanahnya dengan panah beracun, dan sampai sekarang dia belum siuman."
Lantas pernyataan Pangeran mengejutkan semua orang yang ada di sana. Terutama sang Raja. Kini raut kemarahan terlihat jelas pada tatapan matanya, "Bodoh! Begitukah caramu menyambut seorang tamu yang sangat penting?"
"Aku tidak tahu kalau panah itu beracun. Aku tak punya pilihan lain selain memanah gadis itu saat mencoba untuk kabur. Karena jika aku tidak melakukannya, dia akan masuk ke wilayah bangsa Atro. Aku tidak akan biarkan hal itu terjadi."
"Tak heran kalau gadis itu kabur dari Pangeran, my Lord. Itu hal yang wajar karena dunia kita dengan dunianya sangat berbeda. Tindakan Pangeran memang sudah melewati batas. Tapi, menyalahkannya tidak akan membawa pengaruh terhadap kesadaran gadis itu. Kita hanya harus memberikan pengobatan terbaik agar dia cepat pulih."
"Itu benar, my Lord," kata sang Lady membenarkan perkataan seorang pria tua yang merupakan penasehat Raja.
Pangeran mengalihkan pandangannya malas. Merasa hanya membuang-buang waktunya di sini. Sebelum penasehat itu berkata, dia sudah lebih dulu memberikan pengobatan yang terbaik untuk Stella.
"Aku harus pergi untuk melihat keadaan gadis itu," jawab Pangeran. Setelah mendapatkan anggukan dari Raja, Pangeran menunduk rendah dan melangkah pergi menuju kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Leuco
FantasyStella telah membuat kesepakatan dengan seorang pria tua yang bersedia menyembuhkan penyakit ibunya, tetapi dengan syarat bahwa ia bersedia di kirim ke dimensi lain untuk membebaskan seorang pangeran dari kutukannya. Di sana, Stella hidup dengan ide...