Chapter 10: What's wrong with Moriz?

59.5K 8.8K 479
                                    


"Aku tidak menyangka bahwa Pangeran Eros tertarik padamu." Karston tersenyum miring. Di perjalanan, Karston tak henti-hentinya berceloteh. Dia terlihat begitu antusias lantaran desas-desus bahwa Pangeran di Negerinya sering tidur dengan wanita terbukti kebenarannya. Apalagi Pangeran Eros mengajak teman barunya sendiri untuk memuaskan hasratnya itu.

Lidio memutar bola matanya, "Sudah berapa kali kau mengatakan itu? Bisakah kau diam saja? Bajingan itu tidak tertarik padaku, bodoh! Dia hanya ingin tidur denganku saja!"

Mereka berjalan di sepanjang hutan Atro. Pria bertubuh jangkung itu memaksa Lidio agar mengantarkannya ke hutan. Karston ingin membalas rasa terima kasihnya atas puluhan koin emas hasil kemenangan Lidio yang telah dia simpan baik-baik di lemarinya.

"Kau sangat beruntung, kau tahu? Desas-desus yang beredar, banyak para wanita yang menawarkan dirinya sendiri untuk tidur dengan Pangeran! Dan kau menolaknya? Luar biasa! Bahkan jika aku seorang wanita, aku juga akan menawarkan diri pada Pangeran Eros untuk tidur denganku. Banyak sekali keuntungan jika tidur dengan seorang Pangeran. Apalagi sampai mengandung anaknya!"

"Maaf saja. Aku bukan seorang jalang. Bahkan aku menyesal hanya meludahi wajah bajingan itu tadi! Seharusnya aku menendang selangkangannya!"

Karston menatap Lidio tak percaya lalu tertawa, "Kau ini benar-benar!" tatapannya kemudian mulai melembut, "sepertinya aku akan merindukanmu, Limm," ujarnya kemudian.

Lidio tersenyum.

"Ah, ya. Aku punya sesuatu untukmu," Karston mengambil sebuah buku yang dia selipkan di jubahnya, "Ambil ini! Kita bisa berkomunikasi dengan ini."

Lidio mengernyit seraya mengambil buku itu, "Bagaimana caranya?"

"Aku memiliki dua buku sihir seperti ini, buku yang satunya lagi ada di rumahku. Aku memberimu satu agar kita bisa berkomunikasi. Jika aku menuliskan sesuatu di bukuku, maka apa yang aku tulis itu akan bisa terbaca di bukumu. Begitu pun sebaliknya. Bukunya akan mengeluarkan cahaya jika aku mengirimkan pesan untukmu."

Lidio berbinar. Buku sihir yang dimaksud oleh Karston memiliki fungsi layaknya ponsel di tempat asalnya. Jadi, begini cara rakyat Negeri Atro berkomunikasi? Cukup unik.

"Luar biasa! Aku menyukainya! Terima kasih, Karston."

Karston tersenyum, "Itu tebingnya. Aku mengantarmu sampai di sini saja. Aku terlalu takut bertemu Azura."

Lidio mengangguk. Dia kemudian memeluk Karston, "Terima kasih atas semua bantuanmu, Karston. Aku tidak akan melupakanmu. Jika kau perlu sesuatu, hubungi aku melalui buku sihir!"

Tubuh Karston menegang sebab baru kali ini dia dipeluk oleh seorang perempuan. Di Negerinya, Karston selalu dipandang rendah lantaran ia seorang pencuri. Dia cukup merasa senang karena hal itu sepertinya tidak berlaku pada teman barunya, Limm.

Karston membalas pelukan Lidio, "Aku pasti akan merindukan sikap menyebalkanmu."

~~~

"Kau di sini saja, Azura! Aku akan menghubungi jika membutuhkanmu. Jangan ikuti aku! Tidak akan ada tempat yang bisa memuat tubuh besarmu selain di hutan!" ujar Lidio seraya turun dari punggung Azura.

"Ya. Pergilah. Aku juga ingin istirahat. Aku tidak pernah merasa sebugar ini. Darahmu sangat lezat!" Azura tertawa. Lidio mendengus kesal mendengarnya.

The LeucoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang