Part 1 : Vreya Liveria

2.8K 25 0
                                    

Hey you, Why are you so tall?

And why are you so cruel?

Can I be curious about you?

Because I know no one else.

~*~

28 Juli 2015 , 19:16 , Brickstone

"ukh-" Aku membalikkan badanku yang terasa sakit. Rasanya tempat tidur ini sangat empuk, membuatku enggan untuk bangkit. Aku berada diam pada posisiku hingga akhirnya menyadari sesuatu. Aku bangkit perlahan dari tidurku lalu melihat sekeliling "Di....mana?" gumamku pelan "Gelap sekali." Aku menahan kepalaku yang rasanya pusing sekali dengan tangan kanan.

Kepalaku menoleh ke kanan, terlihat jendela yang tertutup oleh tirai dan tanpa adanya selipan cahaya. Mungkin sudah malam, pikirku. Mataku menangkap seberkas cahaya dari sebelah kiri. Kualihkan pandanganku ke cahaya itu, sebuah laptop putih terletak disana. Terlihat adanya notifikasi pesan masuk. Aku bangkit dan menuju ke arah laptop untuk membaca pesannya.

Vreya Liveria, gadis berambut merah, gadis manis yang menjadi kelinci percobaanku. Akankah kali ini berhasil? Kita lihat nanti.

Prof. X

Aku membaca pesan itu berulang kali karena kepalaku yang masih pusing. Setelah benar-benar memahami isinya, sekujur tubuhku merinding mengingat sosok tua yang selalu menyiksaku dengan mesinnya. Aku melihat ke sudut atas kiri, terlihat ada satu pesan lagi yang baru masuk. Aku pun memindahkan kursor ke arah pesan yang baru masuk, lalu membukanya. Dari masa lalu.

Vreya Liveria, percobaanku berhasil! Sekarang dia bisa hidup dengan dan tanpa oksigen, membuatnya dapat hidup dimanapun. Gadisku tidak akan mati seperti bahanku yang sebelumnya, tetapi masih ada 20% yang belum sempurna.

Prof.X

Aku terdiam cukup lama setelah membaca pesan terakhir itu. Kepalaku memutarkan cuplikan terakhir saat aku disiksa oleh mesin. Seperti film horor yang ditayangkan yang menakutkan. Aku mundur beberapa langkah. "Sial" umpatku setelah mengetahui apa yang sedang terjadi. Aku menenangkan diriku lalu beranjak untuk mencari pisau atau gunting. Setelah membuka beberapa lagi, hanya pisau silet yang bisa kutemukan. Yasudah, tidak apa-apa yang penting tajam. Aku segera menggoreskan pisau silet itu ke nadi pergelangan tangan kiriku. Tidak, aku tidak takut mati. Aku meringis perlahan saat luka yang ditimbulkan oleh diriku sendiri, terlihat darah mengalir dan menetes ke lantai. Tetapi hanya sebentar saja, lukaku menutup dengan sendirinya tanpa meninggalkan bekas apapun. Aku menghela napas pelan, aku telah dirubah.

~*~

Satu jam berlalu untukku berjalan tanpa arah hingga akhirnya mencapai pusat kota, sepertinya, karena terlihat ramai sekali. Aku berjalan lurus saja sambil melirik ke kiri kanan. Selain laptop, juga ada ponsel dan kartu kredit yang tersedia disana, tidak tahu siapa yang menyiapkannya yang jelas, nama di kartu kredit tersebut adalah namaku. Aku tidak peduli sih, yang penting masih punya uang untuk makan beberapa hari ini karena aku masih belum punya pekerjaan.

Keasikan melihat dan sekaligus menandai jalan yang kulalui, tanpa sadar aku menabrak sesuatu, iya, sesuatu. Sesuatu yang tinggi, hitam, tetapi empuk. "Duh..." refleksku lalu mengangkat kepala, okay itu bukan sesuatu, tetapi seseorang. Yang kutabrak membalikkan badan dan menatapku datar, seorang pemuda, berambut coklat dengan iris kuning, agak aneh memang tetapi entah kenapa membuatku... langsung terpaku.

Pemuda itu melirik ke arah jam tangannya lalu ke arahku. "Sudah jam segini, kenapa sendirian?" tanyanya tanpa ekspresi.

Aku mengerutkan kening, bingung, lalu melihat sekeliling. Dia benar, semua yang berada disini tidak ada yang sendiri, paling sedikit berdua, kecuali aku dan pemuda itu. Dan lagi, ini sudah jam 11 malam.

"Kenapa?"

"Pendatang baru ya?" ia mengangguk kecil.

Aku bingung sebentar lalu menjawab "Iya" bisa dibilang aku pendatang baru disini.

"Pulanglah, sudah malam" ucapnya pendek dan dingin. "Dimana rumahmu?"

"Distrik 9" jawabku pendek,aku melihat palang besi bertuliskan 'Distrik 9' saat aku keluar dari rumah.

~*~

Gadis itu sangat pendek, serius, sangat-sangat pendek. Tingginya bahkan tidak sampai sebahuku. Tetapi ia sangat manis, dengan rambut berwarna merah muda, seperti permen kapas dengan gradasi merah dibawahnya walau aku tak tau itu rambut aslinya atau bukan. Matanya berwarna biru muda, kontras dengan rambutnya tetapi sangat cocok pada dirinya. Ia menatapku dengan tatapan polos dan bingung, persis seperti bayi yang baru lahir.

Aku berbicara beberapa kalimat padanya sebelum badanku menegang mendengar kata 'Distrik 9'. Kalau kalian belum tau, Distrik 9 adalah area lama yang sudah ditinggalkan orang-orang, seperti kota mati yang dihuni oleh penjahat dan juga, zombie. Aku sebenarnya sangat malas mengantarnya pulang, apalagi ini sudah melewati waktu berjagaku. Sayangnya, dia itu perempuan, pendatang baru yang pastinya akan menjadi sasaran empuk penjahat yang berada di kota ini.

Sebagai informasi, Brickstone bisa saja terlihat seperti kota yang damai dan tenteram di siang hari tetapi di malam hari, kota ini sangatlah mengerikan dan berbahaya.

"Pulang" ucapku "Lalu besok cari rumah baru, tempat itu berbahaya" ucapku. Gadis ini sungguh hebat, membuatku berbicara cukup panjang dalam sekali pertemuan. Biasanya aku hanya akan menjawab paling panjang dua sampai tiga kata saja.

Gadis itu terlihat bingung tetapi ia mengangguk setuju padaku, tidak tau kenapa ia bisa percaya padaku semudah itu... atau ini hanya sebuah jebakan?

Aku berjalan duluan sementara gadis itu hanya mengikuti dari belakang. Walau berjalan duluan, aku tetap bisa waspada akan gadis itu atau apa yang akan terjadi pada gadis itu. Begitu keluar dari pusat kota yang terang, jalanan yang kita lalui sangat gelap, hampir tanpa cahaya.

"Namamu?" tanyaku sekedar formalitas.

"Vreya, Vreya Liveria. Namamu?" ucapnya.

Aku hanya mengangguk "Zack Henrique" ucapku lalu suasana diantara kami kembali hening.

Belum 20 langkah kami berjalan, aku langsung menarik tangan gadis itu untuk berada dekat denganku, menarik pistol kesayanganku keluar lalu menembak ke kiri, ke tempat kotak sampah. "Lari!" ucapku setengah menjerit lalu menarik tangannya, dengan cepat berusaha meninggalkan tempat itu.

~*~

Continued...

A LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang