Part 4 : Zack Henrique

792 5 0
                                    

Kali ini agak panjang, dikit.

I won't talk much

It's tiring

But this girl is awesome

Make me talk a long sentence

In our first met

~*~

Aku menjalani hari seperti biasa. Berpatroli disekitar kota sudah menjadi kebiasaan wajib bagiku, seperti sore ini. Kota yang sudah kami jaga selama beberapa tahun mulai terlihat tenang akhir-akhir ini, tidak ada kekacauan lagi kecuali saat malam tiba.

Aku berdiri diam di pusat kota, mengamati sekitar hingga aku merasakan sesuatu menubruk punggungku, refleks aku berbalik. Aku menunduk untuk melihat apa yang menubrukku. Seorang gadis bersurai merah muda sewarna permen kapas, pendek seperti anak SMP. Gadis itu mengangkat kepalanya lalu menatapku dalam diam.

"Sudah jam segini, kenapa sendirian?" tanyanku datar tanpa ekspresi.

Ia mengerutkan kening, sepertinya bingung. Pendatang baru, kedua kata itu yang muncul di kepalaku.

"Kenapa?" gadis itu bertanya

"Pendatang baru ya?" tanyaku dan ia hanya mengangguk kecil.

"Pulanglah, sudah malam" ucapku pendek dan dingin. "Dimana rumahmu?" tanyaku, berniat mengantarkannya pulang.

Gadis itu terlihat berpikir sebentar sebelum menjawab "Distrik 9" yang langsung membuat badanku menegang, itu benar-benar bukan tempat yang aman.

~*~

Saat mulai memasuki jalanan yang gelap, aku langsung merasakan sesuatu yang tidak beres dan benar saja, baru saja sekitar 20 langkah kami berjalan, aku langsung menarik pistol kesayanganku keluar dan melepaskan timah panas ke arah kotak sampah kemudian menarik gadis yang kuketahui bernama Vreya itu sebelum ia terluka oleh lemparan pisau.

"Lari!" ucapku setengah menjerit lalu segera menariknya dari tempat itu. Ini hal yang kutakutkan. Kota ini bukan kota yang aman dan tepat untuk dihuni kecuali kalau memang dari lahir sudah berada di kota ini. Aku terus berlari untuk memasuki wilayah distrik 9 yang membuatku semakin tegang. Aku cukup terkejut dengan kemampuan Vreya yang bisa mengikuti langkahku tanpa kewalahan.

"Dimana rumahmu?"

"Disana, ujung sebelah kanan"

Aku mengangguk dan menariknya untuk berlari lebih cepat yang ternyata bisa diikutinya. Sepanjang perlarian kami, timah panas tidak berhenti kulepaskan dari senjataku karena banyaknya yang mengejar kami tetapi begitu masuk ke wilayah distrik 9, peluru sudah berhenti berterbangan.

"Pindah dari sini" ucapku saat sudah sampai di halaman rumahnya "Masih banyak apartemen atau rumah di wilayah yang aman" ucapku lalu berbalik, berniat berjalan pergi.

"Tapi aku tidak tau tempat ini" ucapnya polos "Ah ya, mau menemaniku mencari tempat tinggal besok?"

"Aku sibuk, dah" ucapku dan langsung meninggalkan tempat itu.

~*~

Sebulan berlalu setelah aku bertemu dengan Vreya dan selama itu juga aku tidak pernah mendengar kabarnya ataupun melihatnya. Aku pun menjalankan hari membosankan seperti biasanya, seperti hari ini. Aku datang ke sekolah cukup pagi hari ini, berjalan kea rah loker sepatu untuk mengganti sepatuku dengan sepatu kelas. Aku membuka pintu rak sepatu dan seperti biasanya, puluhan surat dengan amplop berwarna merah muda dan putih berjatuhan ke lantai, aku membiarkannya dan mengambil sepatu kelasku, memasukkan sepatuku kemudian menutup pintu rak sepatu, menghiraukan surat-surat yang berjatuhan.

A LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang