Part 2 : Fiorella Malvacea

1.8K 14 0
                                    

Yeah, you know I'm nowhere to be seen

I'm nowhere to be hear

I deserved nowhere in this house

But people love me outside there

~*~

Aku menghela napas panjang, menatap ke cermin, lalu menghela napas panjang lagi. Aku sudah siap, duduk didepan meja riasku dengan seragam sekolah lengkap yang modelnya ketinggalan jaman. Tidak seperti murid sekarang yang pakaiannya ketat-ketat, lengan baju digulung, rok diatas lutut, aku malah berpakaian sesuai aturan sekolah, dengan rok yang sangat panjang dibawah lutut malah, tentu saja aku punya alasan untuk itu.

Aku meraih pelembab wajah lalu memoleskannya di wajahku kemudian mengambil sisir untuk merapikan rambutku. Setelah kurasa cukup rapi, aku memosisikan rambutku ke depan, untuk menutupi seluruh wajah. Ya, aku sudah terlihat seperti Sadako di film The Ring, mirip banget malah hanya saja rambutku terlihat lebih sehat daripada setan yang satu itu.

Sebelum aku melanjutkan cerita, persilahkan aku memperkenalkan diri. Namaku Fiorella Malvacea, anak terakhir dari 3 bersaudara. Aku mempunyai seorang kakak laki-laki, Francish Malvacea, juga seorang kakak perempuan, kembaranku, Fiorel Malvacea. Segitu dulu perkenalanku karena lebih lengkapnya akan diceritakan disini.

Setelah memastikan wajahku sudah tertutup sempurna oleh rambutku, aku mengambil tas sekolah lalu keluar dari pintu samping kamarku yang langsung berhubungan dengan teras rumah. Aku menghela napas sekali lagi sebelum melangkah keluar, menuju ke mobil. Supir sudah menungguku sejak pagi, namanya sir Nicholas, supir pribadiku. Hanya ada dua orang yang bisa kupercayai di rumah ini, sir Nicholas dan Miss Nana yang merupakan kepala maid di rumah.

Sir Nicholas memberikan senyuman dan menyapa saat aku masuk ke mobil yang hanya kutanggapi dengan anggukan, sudah biasa. Aku tidak suka berbicara, lebih suka diam seperti ini. Dan seperti biasa, perjalanan ke sekolah hanya diisi oleh keheningan.

~*~

Aku sampai di sekolah dan langsung menuju ke tempat dudukku. Kursi paling belakang disamping jendela. Tempat paling terpencil dan sejuk, membuatku semakin transparan di kelas. Aku duduk diam, bermain dengan pikiranku sendiri hingga tanpa ia sadari bahwa angin bertiup cukup kencang hari ini, melewati rambutku yang kemudian membuat wajahku cukup terekspos. Aku panik dan langsung menutup jendela dengan kuat, membuat semua yang berada di kelas menoleh ke arahku, wajahku sudah tertutup oleh tirai rambut lagi.

"Jangan...Jangan lihat..." Gumamku, ketakutan.

Terlihat beberapa anak laki-laki menatapnya dengan wajah bodoh, benar-benar terpaku. Sementara yang lainnya hanya mencibir kemudian tidak memperdulikanku lagi. Tetapi tatapan anak laki-laki itu membuatku takut. Aku langsung berdiri dan berlari keluar kelas.

Aku merasakan bahwa aku mendorong seseorang saat keluar dari kelas, tetapi aku tidak peduli, sekarang saatnya kabur dan menenangkan diri.

Bel tanda untuk memulai pelajaran berbunyi. Aku langsung menemui guruku yang akan mengajar di pelajaran pertama. Guru tersebut, Mr.Richter, sudah mengenal keluargaku dengan baik dan langsung megerti apa yang kuinginkan saat menemuinya. Ia menghela napas "Jangan takut" ucapnya yang kujawab dengan anggukan kecil.

Aku mengikutinya kembali ke kelas, ia menyuruhku untuk kembali ke tempatku. Aku mengangguk kecil lalu berjalan menuju ke belakang kelas dimana tempat dudukku berada. Sepanjang perjalanan kembali ke tempat dudukku, aku bisa mendengar bisikan positif seperti "Kau melihatnya tadi? Dia cantik banget" dan juga bisikan negative "Hobi banget sih nyusahin guru". Aku berusaha menulikan telingaku.

Aku berhenti diam saat berada di tempatku, seorang pemuda duduk di tempatku.

"Ah, maaf" ia segera berdiri dari tempatku kemudian mencari sesuatu, tempat kosong, tebakku. Ia menghela napas menyerah, tempat kosong yang ada hanyalah di barisan depan. Ia berjalan kearah Mr.Richter. "Maaf, saya murid baru disini" ucapnya sopan "Namaku Kelvin Calgaround"

"Anak...Gilbert Calgaround?" Tanya Mr.Richter dengan nada terkejut. Yang ditanya hanya mengangguk. "Yang disana, pindah kedepan!" ia menunjuk pemuda yang duduk di sebelahku, menyuruhnya untuk pindah yang berarti murid baru bernama Kelvin itu akan duduk di meja sebelahku. Dia anak dari orang yang berkuasa ya? Aku tidak suka tipe seperti itu.

~*~

Aku merasa tidak nyaman sepanjang pelajaran. Murid baru itu terus menoleh ke arahku, sesekali ke depan untuk mendengarkan penjelasan sang guru tetapi lebih lama untuk menatapku. Akhirnya bel tanda pulang sekolah berbunyi, membuatku benar-benar lega. Aku melirik ke samping, terlihat pemuda itu sedang menyimpan barang-barangnya kemudian berdiri. "Sampai jumpa" ucapnya sebelum berjalan pergi, membuatku benar-benar kaget karena tidak ada yang pernah bicara dengan nada bersahabat seperti itu padaku sebelumnya.

Aku pun segera menyimpan barang-barangku dan berjalan keluar meninggalkan sekolah. Kalau pagi, sir Nicholas akan mengantarku ke sekolah tetapi saat pulang, aku harus berjalan kaki sendiri. Sir Nicholas tentu saja bisa menjemputku, tetapi aku sendiri yang memilih untuk berjalan kaki karena udara sore hari dikota ini ternyata sangat sejuk. Aku berjalan melewati taman kota, perpustakaan umum, kedai-kedai kecil yang menjual makanan ringan hingga akhirnya sampai dirumah.

Aku masuk melalui pintu depan yang langsung menghubung ke kamarku. Aku melemparkan tas sekolahku ke sofa yang terdapat dikamarku yang lebih terlihat seperti apartemen. Bukan hanya kamar tidur pada umumnya yang kumiliki di ruangan ini tetapi juga dapur kecil di sudut ruangan, sebuah ruang pakaian, kamar mandi, dan juga ruang tamu sederhana kumiliki di ruangan yang cukup luas ini. Walau membenciku, setidaknya orang tuaku memberikan fasilitas yang cukup untuk mengasingkanku sendirian di kamar.

Aku mengikat rambutku menjadi satu ke belakang seperti biasa bila sudah sampai di kamar. Satu-satunya manusia yang boleh masuk ke kamarku hanyalah aku dan kepala maid, Miss Nana.

Pintu kamarku diketuk beberapa kali kemudian aku mendengar suara miss Nana. "Fio, aku mengantarkan makan malam" ucapnya lembut. Aku menekan tombol di dekat meja belajarku untuk membuka kunci kamar, yang satu itu aku beli dan pasang sendiri. Miss Nana masuk dan meletakkan nampan berisi makanan di meja ruang tamu. "Dimakan ya, nanti kalau sudah selesai, tinggalkan saja disana" ucapnya. Aku tersenyum tipis dan mengangguk, hanya dia dan sir Nicholas yang benar-benar peduli padaku di rumah ini.

Aku menghabiskan makan malamku sambil menonton film serial. Setelahnya, aku pun menuju ke kamar mandi dan berendam di dalam bathtub yang sudah kuisi dengan air panas sebelum makan, rasanya nyaman sekali. Aku meraih ponselku dan melihat banyaknya notifikasi yang masuk ke emailku, sebagian isinya adalah surat dari fans sementara sebagian lainnya adalah tawaran endorse.

Dibalik sisi sadako yang kutunjukkan di sekolah atau di tempat umum, aku sendiri sangat menyukai fashion dan juga hal-hal yang berhubungan dengan make-up. Dari yang awalnya iseng memposting foto dan cerita beserta tutorial yang kuanggap menarik di blog tanpa kusadari itu malah membawaku menjadi seperti sekarang, seorang fashion blogger. Aku tersenyum saat membaca surat-surat dari fans beserta komen yang mereka tinggalkan di blog-ku, satu-satunya hal yang membuatku senang dan melupakan bagaimana pahitnya dunia nyata.

~*~

Aku kembali ke sekolah hari ini. Tetapi aku tidak menemukan pemuda itu duduk disampingku bahkan hingga pelajaran di mulai. Aku baru saja mengikuti pelajaran pertama hari ini selama setengah jam dan tiba-tiba saja wali kelasku memasuki kelas. "Miss Fiorella, kemas barangmu dan segera temui saya di kantor" ucapnya, membuatku bingung.

Aku menurut saja, segera kukemas barang-barangku yang tidak banyak dan berjalan keluar kelas, menuju ke kantor guru. Aku bisa mendengar helaan napas dari murid laki-laki yang semalam melihat wajah asliku, mereka bergumam lemas "Yah...yang cantik sudah pergi..." sementara kudengar kalimat "Yeah! Akhirnya sadako pergi juga" dari siswa lainnya.

~*~

Continued...

A LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang