1 •• Freya Levina

105 12 8
                                    

"Kalo lo nempel sama gue terus, bisa-bisa kita berdua jomblo sampe umur lima puluh," keluh Raka sambil memasukkan sepotong melon ke mulutnya.

Freya menatapnya sekilas, lalu kembali berkutat dengan peeler untuk mengupas apel. "Jodoh ga akan ke mana, Ka. Lagian, we have each other. Kalo kita jomblo sampe umur lima puluh, ya udah kita nikah aja."

Perkataan Freya yang sangat santai barusan refleks membuat Raka tersedak. Mulutnya menyemburkan cacahan melon yang sudah dilumatnya beberapa detik yang lalu.

"Woy, watch your word," kata Raka kesal seraya mengisi gelasnya dengan air dari dispenser. Ia menekan tombol biru untuk mendapatkan air dingin. Kata-kata Freya yang vulgar tanpa tedeng aling-aling itu membuatnya membutuhkan tambahan udara segar--atau air segar, seadanya saja.

Sebuah mangkok saji besar kini telah terisi penuh dengan buah-buahan. Waktu untuk menyerut keju batangan telah tiba--bagian favorit Raka dalam acara membuat salad buah. Tangan kiri Raka menggenggam gagang parutan keju, dan tangan kanannya memegang keju dengan posisi agak miring.

"Kenapa banyakan yang masuk ke mulut lo ketimbang yang masuk ke mangkok?" protes Freya saat memergoki Raka menjumput keju halus yang telah jatuh ke mangkok.

Raka cuek saja dan tetap santai memakan keju halus hasil karyanya itu.

"Gue heran sama lo," gumam Raka.

Freya mematikan keran wastafel, mengusapkan tangan ke celemeknya, lalu menatap Raka. "Heran kenapa?"

"Kenapa lo selalu tolak cowo-cowo yang deketin lo sih? Geli banget kalo ternyata gara-gara lo naksir gue."

"Jijik!" teriak Freya keras sambil menghantamkan kulit semangka ke kepala Raka.

"Aw!" Raka mengaduh, memegangi kepalanya yang berdenyut. "Sakit, bego!"

Freya meringis mendengarnya, lalu duduk dan menyiapkan minuman untuk mereka. "Mereka semua ga bikin gue nyaman. Buat apa ngejalin hubungan kalo ga ada rasa nyaman?"

"Kenapa ga lo coba jalanin dulu?" tanya Raka sambil memindahkan semangkok salad siap santap dari dapur ke meja makan.

"Ga mau. I want a love that lasts, makanya gue harus ati-ati banget milihnya," jawab Freya sambil berjalan di belakang Raka, membawa nampan berisi dua gelas infused water. "Lo sendiri?"

Raka ikut termenung mendengar pertanyaan yang dilemparkan padanya barusan. Sampai duduk di kelas sepuluh sekarang, belum sekalipun Raka mendekati seorang gadis. Suka tentu pernah, tapi sebatas itu saja. Ia lebih suka memendam perasaannya dalam hati ketimbang berusaha mendekati gadis incarannya.

"Masih males, Frey," jawab Raka seadanya.

Freya diam saja mendengar jawab sahabatnya. Setiap ditanya demikian, jawaban Raka akan selalu sama: masih males. Ponselnya yang sejak tadi terselip di saku celana kini disodorkannya kepada Raka. "Fotoin ootd plus lagi makan salad," pintanya.

"Ga pake kamera gue?" Raka menawarkan. Ia memang seorang fotografer, dan hampir selalu membawa kamera kemanapun--bahkan saat ke toilet.

Tawarannya itu kali ini ditolak. "Ga usah, pake hape aja biar langsung gue post ke Instagram."

Raka menatap Freya heran. Gadis manapun akan lebih memilih difoto dengan kamera DSLR seri terbaru ketimbang ponsel, sebagus apapun ponselnya. Apalagi Freya yang seorang selebgram. Tapi karena tadi Freya langsung menolak tanpa berpikir dulu, Raka hanya bisa menurut.

"Foto di mana?" tanya Raka sambil membuka mode kamera di ponsel Freya.

"Di sini aja," sahut Freya, tetap duduk di posisinya sambil mulai merapikan rambutnya, serta tatanan meja.

Raka dan Freya telah bersahabat sejak kelas delapan, dua tahun yang lalu. Saat itu adalah awal Freya menjadi seorang selebgram. Foto-foto dengan konsep flat lay di galerinya langsung memikat puluhan ribu orang. Setelahnya, berbagai job yang mengharuskan dirinya tampil dalam foto berdatangan, sehingga ia membutuhkan bantuan dari seorang fotografer.

Dan datanglah Raka, diikuti dengan ikatan persahabatan antara mereka berdua.

"Udah ah, Frey. Makan yuk," ajak Raka setelah mengambil sebelas foto. Ia sudah tidak sanggup menahan diri untuk tidak melumat habis buah-buahan yang tersaji di hadapannya.

Freya meletakkan mangkok kecil dan garpu yang dipegangnya, lalu meraih ponselnya dari tangan Raka. "Lo makan duluan deh, gue mau upload bentar."

Mata Raka membulat. Kedua tangannya langsung menggenggam garpu dan menggerilya seisi mangkok. Satu per satu potongan buah berlapis mayonnaise dan keju memasuki mulutnya. Raka mengunyah dengan penuh semangat sambil meracau. "Gila, enak banget. Gila..."

Aplikasi VSCOcam telah terpampang di ponsel Freya. Ia segera melakukan editing pada salah satu foto yang dianggapnya paling bagus--dirinya dalam balutan kaus polos O-neck berwarna abu-abu sedang memegang mangkok bening kecil berisi aneka buah. Setelah siap, ia membuka Instagram lalu meng-upload foto tersebut.

Uploaded successfully, demikian laporan yang tertera di layar.

"Belom?" tanya Raka dengan bibir belepotan mayonnaise, membuat Freya terkikik.

"Udah kok. Heh, makan lo liar banget."

Raka tersenyum lebar, lalu kembali dengan saladnya. Tingkahnya yang over excited membuat Freya segera terjun dan ikut menyerbu.

Ratusan notifikasi langsung masuk ke account Instagram Freya, dari para pengikutnya yang mengirimkan like. Freya hanya tertawa kecil, tapi tidak mengalihkan perhatian dari acara salad-time-nya dengan Raka.

Namun ada satu notifikasi yang akhirnya sukses menyedot seluruh atensinya.

@mariowijaya started following you.

HeartburnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang