Ini hari Minggu, baru pukul delapan pagi, tetapi bel pintu rumah Freya sudah berbunyi.
Ting tong!
Semenit, dua menit, belum ada penghuni rumah yang bergerak mendekati pintu. Maklum, saat bel berbunyi memang hanya ada dua orang di dalam rumah, dan keduanya sedang tidur— Freya dan Nasa. Ferdi, adik Freya, sedang ke Surabaya bersama Anita dan Dimas— kedua orangtuanya.
Diperlukan sedikit keributan untuk membangunkan penghuni rumah itu, minimal salah satunya, untuk sekedar membukakan pintu bagi sang tamu.
Ting tong!
Bel berbunyi untuk keenam kalinya.
♡
Mario berjalan mondar-mandir dengan perasaan gelisah. Sudah enam kali ia menekan bel rumah Freya tapi tak kunjung mendapat respon. Sisi-sisi kotak makan berisi salad buah mulai basah, tanda terjadinya pengembunan akibat suhu udara yang lebih tinggi dibanding suhu kulkas.
Tadi jam 6 pagi, Mario sudah sibuk di dapur. Mengupas buah-buahan hasil belanjanya semalam di supermarket, memotong semuanya menjadi bentuk dadu, menambahkan mayonnaise dan sedikit saus cranberry di atasnya, lalu menambahkan parutan keju dan potongan kiwi sebagai final touch.
Buat siapa? Buat Freya, tentu saja. Mario terinspirasi membuatkan salad buah untuk Freya karena melihat foto Freya di instagram kala gadis cantik itu tengah menikmati semangkok salad buah.
Ting tong! Mario menekan bel sekali lagi.
Ia mulai penasaran. Mario memantapkan diri untuk memanjat sedikit pagar putih yang menjulang tinggi di depannya. Pagar rumah Freya memang tinggi, kira-kira dua meter lebih sedikit. Dalam keadaan pagar tertutup, Mario tidak bisa leluasa memandang ke dalam rumah.
Gapapa kan, panjat dikit doang. Cuma mau ngintip ada orang atau ga di sini, bukan mau maling, batinnya.
Dengan sekali hentakan Mario berhasil bergelantungan di pagar, tiga jengkal dari tanah tingginya. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam rumah itu.
Ia memutuskan untuk turun dan pulang ke rumahnya, namun kehebohan kecil terjadi.
"Eeeeehh! Saha ieu teh? Teu aya tata kramanya! Ngapain naik-naik di pagar rumah Jeng Anita?!"
Mario menoleh. Ia kaget bukan kepalang! Seorang ibu berdaster ungu dengan rambut dicepol sembarangan mendekatinya sambil memekik keras. Tangannya teracung, menunjuk dirinya, memergoki tingkahnya yang tidak sopan.
"Eh, sabar dulu, Bu. Ini...." Ia berusaha menjelaskan dengan terbata-bata, "Ini... Saya cuma, hmm cuma..."
Si Ibu nampak tidak sabar melihat Mario menjelaskan dengan terbata-bata. Langsung saja ia berteriak kencang, menghancurkan keheningan pagi.
"JEEEENGG! JENG ANITA! IEU TEH AYA MALING!!!"
Mario ketakutan setengah mati mendengar teriakan ibu itu. Ia berusaha menjelaskan lagi. "Ehh.. saya bukan maling, Bu!"
Merasa tidak mendapat respon dari yang dipanggilnya, si ibu berdaster berteriak sekali lagi. "JENG!! ADA MALING NAIK-NAIK PAGAR RUMAH JENG ANITA!!!"
Ibu itu terus berteriak, bahkan mulai menggoyangkan pagar untuk membuat suara yang lebih riuh, dan Mario terus berusaha menenangkannya.
♡
Freya berdecak kesal. Mimpinya belum selesai. Ia belum membukakan pintu untuk Chris Hemsworth, pangeran idamannya. Tadi, entah di alam mimpi sebelah mana, Chris datang ke rumahnya untuk bertamu. Sayangnya kini mimpi itu lenyap bersama keributan yang berasal dari depan rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartburn
Любовные романы"Don't fight for me. Let's fight for us, together." -Freya Levina ♡ sequel of "Heartbeat" © 2016 by ohjuliette