2 •• Mario Wijaya

60 10 9
                                    

Mario menatap layar ponselnya penuh keheranan. Nama @freyalev, seorang selebgram, mendadak muncul di beranda Instagram-nya, padahal selama ini ia tidak pernah mem-follow akun itu--sekalipun ia ingin. Prinsipnya, mengidolakan selebgram hanyalah salah satu dari sekian banyak hal tak berguna yang dilakukan oleh anak-anak ABG labil, selain merayakan mensiv misalnya.

Sebenarnya, mata dan telinganya tidak heran dengan nama Freya Levina karena semua orang di dekatnya tidak membicarakan selebgram itu.

Veren, adik perempuannya adalah satu dari ribuan fans Freya. "Kak Iyoooo! Liat nih Kak Freya, cantik banget! Kalo udah gede aku mau jadi kaya dia!"

Bahkan ibunya juga tidak terlepas dari pesona gadis populer itu, "Yo, mama mau punya menantu yang kaya Freya."

Sebatas itulah pengetahuannya tentang Freya, selain kenyataan bahwa ia dan Freya sekarang tinggal di satu kota yang sama: Jakarta. Sejak dua jam lalu, Mario telah sah menjadi penghuni tetap di kota yang penuh sesak ini.

"Kak!"

Teriakan Veren membuat Mario menoleh. Adiknya itu berlari ke arahnya dalam balutan jubah mandi yang diikat erat dan rambut basah menjuntai pasrah.

"Pinjem hape lo," lanjutnya saat sudah merebahkan diri di samping Mario.

Mario mengernyit. "Buat apa?"

"Tadi sebelum mandi, gue pinjem instagram lo soalnya kuota gue abis. Terus gue follow Freya soalnya sejam lagi ada pengumuman giveaway dari dia," jelas Veren. "Siniin deh!"

Tanda tanya yang sejak tadi berkelebat di pikiran Mario kini pecah. Pertanyaannya telah terjawab. Pantas saja nama @freyalev tiba-tiba muncul di berandanya, ternyata itu ulah adiknya. Kedua matanya langsung membulat.

"KENAPA LO GA PAKE AKUN LO SENDIRI SIH?!"

Sambil menyunggingkan senyum ekstra manis, Veren meraih ponsel Mario yang tergeletak di antara mereka berdua. Ia sudah tidak sabar membaca pengumuman giveaway di akun Freya yang diikutinya beberapa minggu yang lalu.

Minggu depan Freya berulang tahun yang keenambelas. Sebagai apresiasi dan perwujudan rasa cintanya kepada para fans, Freya mengadakan giveaway dengan hadiah lima undangan ulang tahunnya. Veren tentu tidak melewatkan kesempatan itu. Sayangnya, hari ini saat pengumuman akan diberitakan, kuota Veren habis sebelum ia sempat membeli pulsa, sedangkan wifi di rumahnya belum terpasang.

Ponsel Mario adalah solusinya.

"Tadi lupa, soalnya cepet-cepet. Udah deh jangan bawel, Kak. Kalo gue menang, gue bakal berbaik hati ngajak lo ke ultah Freya. Anggep aja jadi bayaran sewa hape lo ini."

Mario menarik nafas panjang. Akhirnya sebagai kakak yang baik, ia mengalah. Dalam hati ia bertekad, setelah urusan Veren dan pengumuman selesai, ia akan langsung menekan tombol unfollow di akun Freya.

Langsung.

Tiba-tiba Veren menghambur ke pelukan Mario. "GUE MENANG KAK!"

"Woy, woy, lepasin," gerutu Mario sambil menggeliat.

"KAK, GUE MENANG!" Veren berteriak sekali lagi, kali ini sambil menjambak rambut Mario dan mengguncangkan kepalanya.

Mario mulai pusing akibat ulah Veren. "Woy, lepasin."

Veren menyadari aksinya yang terlalu berlebihan, segera duduk dengan posisi sedikit lebih tenang. Euforia masih bergemuruh dalam dirinya. Mimpinya menjadi kenyataan: ia akan bertemu idolanya sebentar lagi.

"Sini deh lo liat, Kak," Veren menarik Mario mendekat sambil menyodorkan ponsel.

Akun @freyalev terpampang jelas di layar. Veren menyentuh salah satu foto dengan dominasi warna kuning, sehingga foto itu kini membesar memenuhi layar. Dapat terbaca dengan jelas, di antara lima username yang keluar sebagai pemenang, terselip nama Veren.

"Thanks, Kak! Nih hape lo. Unfollow deh," kata Veren sambil beranjak. Ia melangkah riang menuju kamarnya sambil bersenandung lirih. Tampak jelas gadis kelas delapan itu senang sekali.

Mario menggeleng-geleng melihat kelakuan adiknya. Usia mereka yang tidak terpaut jauh membuat keduanya sangat dekat dalam berbagai hal, dan selalu saling berbagi--mulai dari makanan hingga cerita. Walau tingkah Veren pagi ini sedikit membuatnya kesal, tapi kekesalannya menguap saat melihat betapa senangnya Veren.

Sedetik kemudian, alert untuk meng-unfollow Freya berdering di otaknya.

Namun sesaat sebelumnya, mata Mario terpikat oleh seisi galeri di akun selebgram cantik itu. Foto-foto di sana diunggah secara teratur, flat lay dan ootd tampil berselang-seling.

Dari yang paling baru, tampak seorang gadis berkucir ekor kuda dalam balutan kaus abu-abu tengah memegang mangkok berisi buah. Lalu di sebelah foto itu, bunga-bunga kering ditata dengan kesan berantakan di atas rumput hijau, lalu dijepret tepat dari atas. Kemudian di sebelahnya lagi, gadis tadi berdiri di hadapan tembok putih yang dipenuhi grafiti, mengenakan boyfriend jeans, crop-tee hitam, serta platform heels di kakinya--ootd yang sungguh meninggalkan kesan.

Galeri akun Freya benar-benar memanjakan Mario, hingga satu jam berlalu tanpa terasa. Mario tiba di akhir galeri, lalu meregangkan tubuhnya yang terasa pegal akibat duduk di sofa terlalu lama.

"Lo stalking Freya ya, Kak?"

Terdengar suara cempreng Veren di telinganya. Ternyata benar, gadis itu berdiri di belakangnya, mengintip dari balik bahunya.

Mario langsung terlonjak kaget. "Ga lah!"

Tanpa ba-bi-bu lagi, sebuah unfollow dilayangkan kepada Freya.

HeartburnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang