Under Cherry Blossom Tree / Chapter-06 (Hari Kembali)

355 11 1
                                    

Tujuh tahun semenjak hujan meteor itu, sekarang aku adalah seorang mahasiswa di sebuah universitas Fakultas Seni di Paris. Di sana aku digurui seorang yang tak asing bagiku, Renge Kouji, yang dulunya mahasiswa fakultas seni di universitas ini. Namun dia tak memilih untuk menjadi seorang pianist, dia ingin menjadi asistent dosen disini. Bukankah itu mengejutkan?

Aku kembali ke Aishi untuk mengadakan konser amal atas bencana badai yang melanda kota ini. Sebelum pergi latihan, aku menyempatkan untuk mengunjungi SMA-ku dulu. Di sana aku bertemu dengan Hihara-sensei yang sedang berjalan di koridor.

“Heh, anak nakal!” panggilnya.

“Sensei! Ohisashiburi!”

“Kau merindukanku ya?”

“Tentu, sensei. Terutama senyuman sisnis sensei.”

“Bisa saja kau, mungkin sejak kau memenangkan lomba itu kau tak melihatnya lagi.”

“Benar juga.”

“Heh, bocah. Aku bangga padamu.” Ucapnya sambil menepuk kepalaku.

“Heheh, Oh iya sekarang Chiaki-sensei bagaimana?”

“Sekarang dia sedang mengandung lagi.”

“Wah.. Selamat ya!”

“Terima kasih, hei maaf, hari ini aku harus segera pulang. Karena kondisi dia sedang tak baik.”

“Baiklah, terima kasih sensei. Eh, tunggu.”

“Ya?”

“Apa ruang seni Kosong?”

“Ya, jam ini tak ada yang menggunakan ruang seni. Kau ingin menyelinap lagi ya?”

“Iya.”

Dengan penuh semangat aku langsung menuju ruang seni, jantungku semakin berdebar ketika membuka pintunya. Ruangan ini memang jadi ruangan favoritku. Seakan-akan aku kembali menjadi murid SMA. Segeralah aku masuk, dan duduk di bangku yang aku sering duduki untuk makan siang. Di depanku, piano yang dulu, ternyata masih ada. Aku ingat nada-nada yang pernah dikeluarkan piano itu. Sambil memandangi piano itu, aku mendekap meja yang ada di hadapanku. Rasanya masih hangat. Terbayang kenangan ketika dulu duduk di kursi ini. Kemudian aku berdiri menuju standbook yang dulu sering aku gunakan. Lembaran yang dulu pernah aku simpan di atas standbook ini terbang ke luar ruangan ini melalu jendela. Hey! Jendelanya tertutup. Aku pun mendekati jendela itu dan membukanya. Suasana yang kurindukan menyambutku, pemandangan dua pohon sakura yang sekarang semakin tua tetap menjadi indah di pandanganku. Dahan yang dulu di mana lembaran score ku tersangkut, sekarang membesar dan berbunga banyak. Indahnya!

Kemudian aku keluar dari ruangan ini melalui jendela, perlahan demi perlahan aku mendekati pohon sakura itu. Entahlah, debaran ini semakin kencang. Membuatku sesak saja. Tapi itu tak terjadi lagi ketika aku melihat apa yang ada di balik pohon sakura. Hanyalah burung-burung kecil yang kemudian terbang. Aku duduk dan bersandar di balik pohon sakura itu. Membuka lembaran score yang ku ambil dari saku.

“Hei lembaran score, apa kamu merindukan dahan itu?” gumamku sambil membuka lipatannya.

Setelah terbuka, kemudian aku membaca apa yang tertulis di baliknya.

Aku menyukai sakura dan langit malam yang Indah, tapi aku lebih menyukai musim semi yang telah mendatangkannya.

“Sekarang aku mengerti”

Aku hanya tersenyum setelah membaca tulisan itu. Angin berhembus, menerbangkan kelopak sakura yang berjatuhan. Aku tetap memandangi tulisan itu. Namun tiba-tiba lembar score itu basah sepertinya oleh tetesan air. Ternyata itu dari mataku. Mengapa aku menagis? Segeralah aku melipat kertas itu dan memasukannya kembali ke dalam saku.

Aku sendiri terkejut kenapa aku menangis seperti ini. Sambil menghapus air mata ini, aku mencoba tidur terlentang di bawah pohon sakura ini sambil mendengarkan Beethoven Violin Sonata No. 5 in F major, Op. 24 dari telepon genggamku. “Beginikah rasanya?”

Kedua mata ini kupejamkan, angin lembut menyentuh kulitku, tempat ini masih begitu hangat seperti dulu. Terbayang orang yang dulu sering aku lihat tertidur di sini, dia pergi ke luar negeri sehari sesudah hujan meteor itu. Saudaranya mengabariku bahwa dia sebenarnya harus mengikuti operasi. Karena dia mengidap Tumor otak ganas yang diketahui setelah kelas dua SMA. Pantas, hari demi hari ketika aku melihatnya, wajahnya semakin pucat, bibirnya yang kering adalah dampak dari obat yang dia minum. Setelah hari dimana aku memenangkan lomba, ku terima kabar bahwa operasinya gagal dan keesokan harinya beriringan dengan perginya musim semi yang indah, dia pergi dari dunia ini untuk selamanya. Aku menangis sejadi-jadinya ketika mendengar kabar itu. Seakan-akan waktu ini berakhir, karena aku memang tidak percaya. 

Dan aku menceritakan semuanya kepada Onee-chan, kenapa aku merasa seperti itu, padahal hanya lima hari kita bertemu dan pohon sakura ini adalah saksinya. Onee-chan tersenyum dan memelukku erat-erat, dia mengatakan bahwa aku mencintai Kira.

Under  Cherry Blossom TreeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang