Kemarin itu memang melelahakan, demo ekskul yang menegangakan karena Yuto yang seharusnya menjadi concertmaster tiba-tiba saja sakit. Akhirnya, Hihara-sensei menujuku untuk mengantikan posisinya. Tentu saja aku senang, tapi lebih banyak sedih. Tak bisa diungkapakan. Benar-benar campur aduk. Semakin dipikirkan, ternyata semakin membingungkan. Kenapa jadi bengini? Tiba-tiba terlintas di benakku pohon sakura indah yang tertiup angin. Aku hanya diam, dan tak lama bel istirahat berbunyi. Ternyata jam pelajaran pertama sudah habis. Sepertinya aku melewatkannya begitu saja.
Semua anggota ekskul orchestra mendekatiku sambil tersenyum. Aku sedikit heran. Apa memang karena permainan violinku merusak orchestra kemarin?
“Tsuki-chan!” kata Ami sambil duduk di bangkunya.
“Y..ya?”
“Misterius sekali!”
“Apanya?”
“Apa tiba-tiba ada kekuatan di kursi itu?”
“Kekuatan?”
“Kursi sang concertmisster?”
“Hah? Memangnya kenapa?”
“Spectacullar!!! Kau membuat penampilan orcestra ini semakin asik.” Teriak Ami sambil menggebu-gebu.
“Benar Kaoru-san, permainanmu semakin merdu. Kami sangat menikmatinya, permainan kami pun menjadi semakin bersemangat.” Kata Nanao-san.
“Ya! Kerja bagus Kaoru-san. Aku sungguh senang Kaoru-san di posisi itu.” Potong Takeru.
“Sebenarnya aku sangat grogi, apa lagi ini pertama kalinya aku menduduki posisi itu.” Kataku sambil terbata-bata.
“Kami melihat Kaoru-san yang memejamkan mata, tak terlihat grogi bahkan seperti menikmati permainan itu. Apa yg sebenarnya Kaoru-san pikirkan?” Tanya Takeru sambil tersenyum.
“Yang aku pikirkan.....? Um... Sa-.” Jawabku yang terhenti.
“Sa-?”
“Sakura.”
“SAKURA!?” tanya semua anggota ekskul.
Aku hanya diam dan tersenyum, sebenarnya aku juga tak tahu kenapa aku menjawab itu. Aku mencoba mengingat apa yang sebenaranya aku pikirkan ketika demo ekskul. Semua temanku kebingungan karena jawabanku. Aku melirik ke arah Asuka yang dari tadi diam namun terkejut ketika aku mengatakan hal itu. Sebaiknya aku mencari alasan untuk tidak membahas hal ini atau lari.
“Maaf aku lapar dan aku pikir perlu banyak latihan lagi untuk perlombaan. Maaf!” Ucapku yang langsung berdiri dan tergesa-gesa mengambil obento dan violincase-ku.
Aku tahu mereka heran dan bertanya-tanya, tapi aku bingung untuk menjelaskan. Ketika ku keluar, hanya ada beberapa orang yang lalu-lalang di koridor, tanpa pikir panjang aku langsung masuk ke ruang seni musik. Ruangan yang menurutku “istimewa” ini jadi tempat persembunyian yang menyenangkan. Tak seperti kemarin, ruangan ini lebih bersih. Sepertinya ruangan ini akan mulai digunakan lagi oleh kelas. Apa mungkin sesudah istirahat?
Kursi dekat jendela itu sepertinya nyaman, aku ingin duduk dan makan di kursi itu. Tapi, jendela itu mengingatkanku pada kejadian kemarin. Lembaran score-ku terbawa angin yang akhirnya tersangkut di atas dahan pohon yang sedang kutatapi. Aku yang tadi berniat duduk dan makan, langsung berjalan ke arah jendela dan melompat keluar. Dengan bento yang aku pegang, violin case-ku yang aku gendong, aku terus berjalan menuju dibalik pohon sakura. Sebenaranya ini karena kejadian kemarin. Apakah orang itu masih ada di sini?
Detak jantungku semakin cepat, apa karena aku mengharapkan bertemu orang itu? Dan, seperti pertama bertemu, si kucing yang sedang tertidur. Nafasku tertahan, aku takut dia terbangun. Semakin lama aku melihatnya, semakin sesak. Karena tak tahan, aku langsung membuang nafasku dan menariknya kembali. Sepertinya itu berisik, karena dia terbangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under Cherry Blossom Tree
Romance"Aku menyukai sakura dan langit malam yang Indah, tapi aku lebih menyukai musim semi yang telah mendatangkannya."