This Day He Will Say Sorry

46 5 0
                                    

08.15

"Hmmm..." aku melirik jam. WHAT?! No! Aku terlambat!

Aku menuju kamar mandi. Mandi sembarangan, dan langsung berganti baju perangku—shirt tanpa lengan, jaket 1989 T.Swift dan jeans 3 tahun lalu. Sarapan? Sudah tidak memungkinkan.

Aku berlari ke pintu depan. Julia menatapku.

"Mau kemana?" tanyanya.

"Kerja," jawabku. Dia tertawa. "Ada apa?" lanjutku tak Mengerti.

"Ini hari minggu," jawabnya sambil memegangi perut. Aku memalingkan muka lalu menuju kulkas. Ada 1 kaleng Sprite, langsung saja kusambar. Aku menuju kamar, memasang headphone, memutar lagu Lean On dari Major Lazer feat Mf & DJ Snake. Aku membuka twitter. Ada banyak notifikasi dan direct message dari Roy, teman online dan Harry Styles.

Tunggu.

Apa tadi berkata pesan dari Harry Styles?

Mau apa lagi dia?!

Aku membaca pesannya

Hi! My name is Harry Style. Is this account of Diana Brick (@DiAndreBrix)? I want to say something about yesterday. You can see me at BlondCoffee Segoe Street, 21, 10 a.m. Hope you will notice this. H

Aku membalasnya. Sedikit dengan kekesalan kemarin.

Oh my god, If I won't to see you what you gonna do? Don't say anything about yesterday. I hate paparazzi. How you find my twitter even you don't know anything about me? Stalker!

Dia membalasnya.

When you forgot about your phone I saw it. I am not a stalker, anti-social girl! I gonna wait 'till you would to come.

Aku pun membalasnya. Aku benar-benar tidak mau berurusan dengannya. Ok, aku membalasnya, berkata ya, bertemu, selesai sudah.

Ok. 10 am. BlondCoffee. In front of my house.

Belum 2 menit ia membalasnya.

I will wait. Thanks. H.

Aku melirik jam. Masih 09.12. Masih lama. Aku tanpa sadar melupakan perjanjianku dengannya. Pukul sepuluh lebih 17 menit aku berangkat. Untung, tidak ada Julia. Mungkin ia di kamar.

Di sana ia duduk sambil mengetuk-ngetukkan jari. Aku menghampirinya.

"Katakan saja apa maumu Mr. Styles," kataku. Aku menatapnya sinis. Mungkin belum ada wanita sepertiku.

"Aku minta maaf. Aku sadar, ada bebarapa orang yang tidak akan meleleh saat menatapku. Aku mungkin tenar, tapi aku sadar, aku tidak boleh sombong. Aku telah dibutakan oleh emosi. Perkataanmu benar-benar membuatku sadar, maafkan aku," jawabnya. Aku tidak berkata apa-apa. Rasanya, pikiranku pecah berkeping-keping. Apa? Perkataanku? Membuatnya—yang bisa saja dikenal orang di seluruh dunia, sadar?

Pikiranku melayangkan hal-hal yang kejam seperti "Terima saja itu! Karma berlaku!" atau, "Kau memang sombong. Orang tidak tahu diri,". Namun, kucoba menghilangkannya.

Tanpa sadar, aku memegang tangannya, memeluknya. Aku mengelus rambutnya. Ia seakan tidak percaya namun itu kenyataannya.

"Aku juga minta maaf. Aku tidak menyambutmu dengan baik. Aku juga menunjukkan anti-kesosialanku padamu kemarin. Maafkan aku," bisikku di telinganya. Ia membalas pelukanku dengan tulus.

Kami melepaskan pelukan masing-masing. Kami berbincang sebentar.

"Kau yang punya akun JulDianaBrix kan? Yang meng-cover lagu-lagu bersama kakakmu kan?" tanyanya.

"Bagaimana kau bisa tahu?" tanyaku balik.

"Kau pernah meng-cover Perfect. Kau menggunakan piano dan kakakmu biola," jawabnya. Betul sekali asumsinya tersebut.

Setelah membayar latte ku, aku pulang. Kami berjalan bersama. Aku tak berani menatap wajahnya. Ada apa ini?

"Don't forget me," mohonnya. Aku tersenyum dan menjawab "I won't,".

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ya ampun baper bangetwaktu buat chap ini. Semoga suka, just VOMMENT.    

Give Your Heart A BreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang