Eleven 'Baby Alex'

1.9K 132 12
                                    

Tok tok tok.

"Mas Rafa maaf, ada teman-temannya di bawah."

"Iya bi sebentar."

Rafa langsung bangkit dari duduknya, meninggalkan Adeline yang ternyata sudah tertidur dengan lelapnya.

"Weh bro, Adeline kemana?" Hans menyaut terlebih dahulu karena melihat Rafa hanya sendiri.

"Adeline tidur." Jawab Rafa singkat.

"Hah tidur? lu apain Raf." Suara cempreng milik Aline mendominasi ruang tamu milik Rafa.

Hans langsung menoyor kepala Aline."Berisik oon."

Aline menunjukkan cengiran khasnya. "Maaf sih guekan terkejut."

"Terus Adelinen dimana Raf."

"Ada di kamar gue, liat aja."

Seketika Hans dan Aline berlomba-lomba untuk melihat Adeline.

Sesampainya kamar di Rafa, Aline langsung membekap mulutnya sendiri. "Astaga Rafa sama Adeline punya anak."

Hans langsung menyerobot masuk kedalam kamar Rafa untuk melihat lebih jelas. "Anjir lu udah punya anak Raf?"

Rafa langsung menoyor kepala Hans. "Pea kapan lu liat Adeline hamil?"

"Oh iya ya, perutnya Adeline rata-rata aja." Hans manggut-manggut.

"Terus itu anak siapa donggg." Aline berteriak dengan eskpresi konyolnya.
"Tadi bi Ina bilang ada yang naro bayi di depan."

"Wah kacau nih Raf. Ini anak buangan dong." Hans langsung menyaut.

Rafa menggangguk. "Biar nanti gua sama Adeline rawat aja, soalnya si bayi kalo Adeline yang rawat langsung diem."

"Yaudah lah bro yang terbaik aja."

"Lah kalian udah sampe." Adeline terbangun karena mendengar ada yang berbicara.

Semuanya langung menatap Adeline. "Duh jangan berisik disini dong kasian dede bayinya, nanti kalo bangun rewel lagi."

***


2 tahun kemudian..

"Pa.."

"Papapapa"

"Papa de, bukan papapapa." Dengan telaten Adeline mengajari jagoan kecilnya yang diberi nama Alex Revano Dominick. Mengandung marga Rafa karena pria itu telah resmi menjadi ayah angkatnya.

Setelah kejadian 2 tahun silam, Rafa dan Adeline memutuskan untuk menjaga Alex. Orang tua mereka pun menyetujui itu, setelah Adeline lulus pada tahun kemarin, perempuan itu langsung di tawarkan untuk menjadi salah satu karyawati di tempat Rafa bekerja.

Mengingat jabatan Rafa di perusahaannya yang telah jatuh bangun kini berdiri kokoh, siap menandingi pengusaha-pengusaha muda lainnya, jadi mudah saja bagi Rafa memasukkan Adeline ke dalam perusahaannya.

Hari ini adalah jadwal Adeline untuk merawat Alex, Adeline yang memutuskan untuk menempati apartementnya setelah kehadiran Alex. Membuatnya agak kesulitan dalam mengurusi Alex yang mulai aktif. Seperti saat ini dirinya tengah mati-matian mengajarkan alex untuk mengucapkan kata 'papa'.

"Ayo dong de, mamah cape nih kamu ngga bisa-bisa." Adeline memang membahasakan dirinya sebagai mamah dan Rafa yang menyandang status sebagai papa, tidak ingin membuat jagoan mereka bertanya-tanya saat besar nanti, dibesarkan tanpa orang tua yang lengkap pasti akan sangat membuatnya sedih. Karna pasti ada saatnya untuk dia tahu, nanti.

Tok! Tok! Tok!

"Tunggu ya sayang mamah bukain pintu dulu." Alex manggut-manggut sambil memainkan mainannya.

Adeline langsung lari untuk membuka pintu apartementnya. Ketika dia membuka pintu dan..

"Loh Rafa, inikan masih jam kantor kok udah pulang?" Adeline mengeryit melihat penampilan Rafa yang semerawut.

Rafa memandang Adeline sayu. "Saya cape, di kantor banyak problem. Tapi untungnya bisa selesai juga, semuanya beres." Rafa meninggalkan senyum manisnya diakhir kalimat, walaupun terlihat sudah lelah Rafa tetap besikap manis kepada Adeline.

"Papapapa" Alex merangkak kearah Rafa. Seolah mengerti siapa yang datang Alex langsung antusias menyambut papanya.

"Yaampun anak papa, udah makin ndut aja. Seneng-seneng terus ya sama mamah." Rafa langsung mengendong Alex dan menciumi jagoannya, lalu melirik Adeline yang bersemu.

Rafa masuk kedalam apartement gadisnya, sejak kapan Rafa menyematkan kata gadisnya untuk Adeline. Entahlah, pikirnya.

"Mau minum apa?"

"Kopi saja."

Adeline pergi kedapur untuk membuatkan Rafa secangkir kopi. Meninggalkan Rafa dan Alex yang sedang bersenda gurau.

"Papapa." Alex mengucapkan kalimat itu terus menerus, membuar Rafa tak pernah berhenti tersenyum.

"Apa sayang. Apa kamu hanya bisa menyebut kata 'papapa' hah." Rafa menciumi kedua pipi Alex yang sedang tertawa-tawa.

"Ya Alex baru bisa mengucapkan kata itu, ketika aku seharian mengajarinya." Adeline datang dengan secangkir kopi di tangan kanannya. Lalu mengambil Alex dari dekapan Rafa. "Biarkan papa mu beristirahat dulu nak."

"Mungkin biar aku yang mengajarinya nanti." Rafa melepas jasnya dan mengantukan ditempat yang semestinya.

Adeline menidurkan Alex yang sudah tertidur di gendongannya. "Mungkin, kapan aku bekerja?"

Rafa terdiam sesaat. "Sepertinya kamu tidak perlu bekerja, karena cukup saya ssaja yang bekerja." Ungkapnya.

Adeline menatap Rafa tak mengerti. "Mengapa aku tidak boleh bekerja? Apa kinerjaku beberapa bulan belakangan ini sangat buruk?"

Rafa menggelengkan kepalanya. "Bukan, tapi. Apakah saya tidak sanggup menafkahi kamu dan Alex?"

Adeline tercengang. "Hei, bahkan aku bukan istrimu. Untuk apa kamu menafkahi aku? Mungkin jika kamu menafkahi Alex itu benar, tapi jika aku? Aku bukan tanggung jawabmu Raf."

"Tapi saya mau kamu jadi tanggung jawab saya." Katanya sambil mendekat kearah Adeline.

_________________________________________
Stop or next?.

Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang