Part 4

388 6 2
                                    

Paginya gua bangun, jam nunjukin waktu sholat shubuh. Sarah juga bangun ketika gua bangun. Gua mengambil wudhu di kamar mandi dan menunaikan ibadah sholat. Sepertinya Sarah memperhatikan gua sholat, seusai sholat dia menghampiri gua dan menjulurkan tangannya.

"Ngapain kamu?" tanya gua.

"Kan kalo cowo abis sholat harus di salimin sama yang cewe." Katanya polos.

Hahaha , lucu juga ini cewe. Seusai sholat subuh gua keluar nyari nasi uduk, gua beli satu untuk gua dan satunya lagi untuk Sarah.

"Makan nih nasi uduk."

"Bang Jon yah yang jual?" Tanyanya.

"Aku ngga tau Sarah, aku baru 3 Hari 2 Malem disini, dan kamu udah nanya aneh-aneh."

"Lah aku kira kamu udah berbulan-bulan disini."

"Yaudah makan dulu, nanti keselek loh."

Selesai makan gua mandi dan langsung keluar kamar, gua kunci kamarnya dari luar. Tapi bukan hanya ngunci. Gua gembok kamarnya supaya ngga di buka oleh orang rumah ini. Gua menyuruh Sarah diam di kamar, memainkan komputer, bermain PS, terserah dia.

ketika gua keluar, Rahmah langsung menyapa gua.

"Pagi kakak, yok berangkat." Katanya.

"Ayok."

"Aku buatin kakak nasi goreng pake ati loh, buat bekel kakak untuk makan disana."

"Makasih yah, eh kamu berangkat sendiri ya hari ini. Soalnya kakak bakalan lembur gak apa-apa kan?"

Wajah Rahmah sedikit kecewa, tapi gua malam ini harus memilihkan baju untuk si Sarah. Pusing kepala gua di kelilingin hal aneh disini.

Gua berangkat kerja naik angkot, sesampainya di tempat kerja gua kaget karena gua ngedenger bahwa manager gua meninggal, dan hari ini bengkel bakalan tutup, dan semua ngelayat ketempat Manager gua. Cuma satpam yang gak ikut melayat.

Gua juga males sebenernya, tapi ngga ada alasan lain, mau ngga mau gua harus ikut ngelayat.

Pulang dari rumah almarhum manager gua, gua minta anterin sama temen kerja gua untuk beli baju-baju cewe, BH cewe sama celana dalem cewe.

Rekan kerja gua jarang nanya-nanya ngga jelas. Itu sebabnya gua ajak dia. Nama dia Toni.

"Ton, kawanin gua ke pasar ya."

"Ngapain?"

"Beli baju cewe, BH sama celana dalem cewek."

"Untuk mak lo?" Tanyanya.

"Bukan, untuk umuran 18 tahun."

"PK lo ini Di."

"Terserah."

Sesampainya gua di pasar, gua di buat bingung, gua bingung berapa ukuran BH dia, kalo untuk ukuran baju sama celana dalam bisa lah kira-kira. Lah BH?

"Ukuran berapa mas BHnya?" Tanya mba-mba toko.

"Waduh bingung saya juga mba."

Toni cuma nahan ketawa aja ngeliat tingkah gua kaya gini.

"Memang untuk siapanya mas?" Tanya mba mba-nya lagi.

"Calon istrinya mba." Toni ngucap asal.

"Wah masnya masih muda udah mau nikah, ukuran badannya semana?" Tanya mba mba-nya.

"Pokoknya lebih besar dari punya mba." Jawaban gua sebenernya gagal paham dengan pertanyaan mba mba-nya.

Wajah mba itu memerah dan langsung memberikan BH itu ke gua. Gua buru-buru geser dari toko mba itu sebelum punggung gua ditikam pisau dari belakang.

Toni dan gua sepulangnya dari pasar ketawa ngga berenti-berenti, udah Jam 1, Toni pamit duluan katanya. Kalo gua pulang duluan ngga enak sama Pak Basuki, tapi kalo gua nyusul Rahmah , jadi pertanyaan baju ini punya siapa.

Akhirnya gua memutuskan pulang dulu, dan Pak Basuki nanya kenapa gua pulang cepet, gua jelasin semuanya terus gua langsung masuk kamar.

Gua lihat Sarah lagi tidur siang, gua taro baju-baju itu di samping dia, gua selimutin dia. Gua keluar untuk mencari makan siang, dan gua ngeliat Rahmah di pintu gerbang. Kebetulan gua mending nebeng sama dia.

"Eh kakak? Katanya lembur? Kok udah pulang?" Tanyanya.

"Oh, managerku ninggal dek."

"Ya ampun, terus sekarang kakak mau kemana?" Tanya dia lagi.

"Cari makan aja sih."

"Aku ikut."

Yes, rencana gua berhasil. 

Tapi kalo gua ajak dia, masa gua mau beli 2 bungkus, nanti jadi pertanyaan. Diperjalanan gua mencari alasan yang masuk akal kenapa gua beli 2 Bungkus.

Gua dah Rahmah memutuskan membeli nasi padang, gua milih ayam bakar dua, dan Rahmah memilih Rendang.

"Kok 2 kak?" Tanyanya.

"Oh untuk nanti malem, biar sekalian ngga keluar lagi." Kata gua meyakinkan.

"Oh, Yaudah yok pulang."

Gua dan Rahmah pulang, gua langsung masuk kamar. Tanpa  gua duga-duga, gua melihat Sarah sedang 'nude'.

God, save me.

Sarah tidak menjerit sama sekali, gua berusaha menutup mata gua.

Gua masuk dan gua kunci lagi pintu kamar gua.

"Ngapa lo bugil gitu wey!" Kata gua.

"Lagi coba baju-baju baru aja kak."

"Pake cepetan, gua bawa makanan nih."

"Kakak itu kadang-kadang ngomongnya pake kamu, kadang-kadang pake lo. Jangan plinplan kak."

"Dah pake bajunya dulu!" Teriak gua.

"Udah."

Gua menengok dan alangkah terkejutnya gua. Dia sangat cantik.

"Kok kakak tau ukuran BH aku? Semalem di raba-raba ya?" Katanya nakal,

"Nih dada, makan. Raba-raba tuh dada sampai puas." Kata gua.

Selesai makan, kami berdua nengobrol santai. Dia pintar, sangat pintar, dia tahu hal-hal yang menurut gua ngga penting untuk di ketahui.

"Sarah."

"Iya kak? Kenapa?"

Gua menatap wajahnya terus menerus, dia berbeda dengan Rahmah. Sarah lebih cantik dari Rahmah.

Dibatasi Dua KamarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang