3

651 58 0
                                    

Rose berjalan menuju sebuah rumah makan. Ia menepati janji dengan seseorang di sana.

"Jaewon-ssi." sapanya.

"Oh, kau sudah datang. Kemarilah." kata Jaewon sambil mempersilakannya untuk duduk.

"Sudah lama kita nggak ketemu." Jaewon membuka percakapan.

"Lama? Baru kemarin." jawab Rose singkat.

"Hei, kamu cuek sekali. Ada apa?" tanya Jaewon khawatir.

"Tak apa. Jangan khawatirkan aku." Rose meyakinkan pria dihadapannya itu sambil tersenyum.

"Baiklah kalau begitu. Kamu mau pesan apa?"

Rose melihat menu sekilas.

"Aku Vanilla Latte saja."

"Hanya itu? Baiklah." Jaewon lalu memanggil pelayan dan memesan dua gelas vanilla latte.

Tak lama, pesanan mereka datang. Jaewon langsung menyambar minumannya itu, seperti orang yang sudah lama tidak minum dari gurun.

"Ah.. Akhirnya." ucap Jaewon lega.

Rose terkekeh melihat Jaewon.

"Ada apa?" Jaewon tampak bingung.

"Dasar idiot. Kau ini sudah beraoa lama nggak minum, huh? Lihat, sekali minum langsung habis, bahkan sampai celemotan seperti itu."

"Benarkah?" Jaewon lalu mengelap mulutnya.

"Apa sudah hilang?" tanya Jaewon.

"Sini aku saja." Rose lalu mengambil tisu dan mengusap sisa yang masih ada di tepi mulut Jaewon.

Mereka tak sadar. Di luar sana ada seseorang yang mengikutinya. Melihat mereka penuh selidik.

---

"Jaewon. Siapa dia?" gumam Junhoe dalam mobilnya. Ia berada di depan rumah Rose. Ia tidak turun. Ia juga tidak sedang menjeput Rose. Ia hanya berhenti di sana, memandangi jendela kamar Rose yang ada di lantai atas.

"Junhoe! Berpikirlah positif! Rose sudah berjanji padaku. Ia tak mungkin berbohong semudah itu. Aku tau Rose itu baik. Ia tak mungkin." Junhoe meletakkan jidatnya pada setir mobil, mencoba menenangkan diri. Sebentar, ia lalu kembali berjalan, dan kembali ke apartemennya.

---

"June-yaa!" teriak seorang gadis dari belakang sana.

"Uh? Ada apa?" tanya Junhoe.

"Hari ini, kamu mau menemaniku, kan?"

"Menemanimu? Kemana?"

"Ini!" Rose lalu menunjukkan dua tiket menuju sebuah karnaval.

"Sore ini. Bagaimana?" Rose lalu memasang wajah memohon, agar Junhoe mau menurutinya.

"Tentu saja. Apa yang tidak buatmu." jawab Junhoe menurut pada Rose.

"Aaa! Terima kasih!" Rose pun berhamburan memeluk Junhoe. Junhoe hanya diam melihat reaksi kekasihnya ini.

"Ini akan menjadi momen penting. Untuk pertama kalinya aku pergi ke karnaval."

"Benarkah? Pertama kalinya?"

"Iya, pertama."

Pertama. Aku mensyukurinya, walau ini semua tak nyata.

Dan ini akan menjadi bayangan terkahirku denganmu Junhoe.

Kau akan mengubah pikiranmu nanti. Aku yakin.

RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang