5

645 63 2
                                    

Pemandangan pahit yang membuat hati Junhoe perih. Junhoe merasa kalau ia dihantam oleh sebuah tank saat melihatnya.

Rose. Ia masih tak percaya.

Spontan ia langsung menghampiri mereka. Ia memisahkan mereka berdua, lalu menghantamkan kepalan tangannya pada wajah Jaewon dengan keras. Bahkan, wajah Jaewon langsung terlihat lebam.

"Junhoe!" teriak Rose, tapi Junhoe tak memperdulikannya. Junhoe lalu menarik tangan Rose, dan membawanya pergi dari situ.

---

Mereka sekarang berada di pantai. Tempat yang sama seperti kemarin, dengan pemandangan sore yang masih sama.

"Junhoe, dengarkan aku!" Rose mengejar Junhoe yang berjalan dengan cepat.

Rose pun meraih tangan Junhoe, tapi Junhoe menepisnya. Ia lalu berhenti dan menghadap Rose.

"Apa? Apa lagi, huh? Aku percaya padamu, tapi apa yang kau lakukan? Apa kau tak sadar huh?" teriak Junhoe kepada Rose.

"Dia.. dia itu Jaewon, kan? Beberapa hari ini kamu selalu pergi dengannya, kan?" Junhoe meluapkan emosinya.

Rose hanya menunduk. Ia tidak berani memandang wajah Junhoe saat ini.

"Apa kau masih ingin bersamaku? Apa kau akan meninggalkanku sekarang?"

"Rose! Aku mencintaimu. Tapi setelah semua yang kulihat, aku tak tahu lagi! Untuk apa aku bersama orang yang menghancurkan kepercayaanku?" Junhoe tak lagi mampu menahan air matanya. Ia masih memandang Rose yang sedari tadi menunduk.

"Kau masih ingin denganku?" tanya Rose.

"Aku memcintaimu, Rose. Kau tau itu. Tapi apa yang kau lakukan? Seharusnya kau tau jawabannya, Rose!" suara Junhoe bergetar. Ia tak mampu menahannya lagi.

Selama ini, ternyata kekasihnya itu memilih Jaewon. Ia tak menyadarinya. Ia merasa sakit.

Junhoe terdiam saat melihat Rose mengangkat wajahnya. Rose tidak menangis atau terlihat sedih..

Ia tersenyum lebar.

"June-ya. Aku berhasil membuatmu melakukannya. Akhirnya kau merubah pikiranmu. Aku berhasil, June-ya.." kata Rose berbahagia.

"Rose, apa maksudmu? Melakukan apa? Pikiranku?" Junhoe benar-benar tak paham dengan kata-kata Rose.

"Sebentar lagi June-ya. Tapi sebelumnya, aku akan memberitahumu." Rose berhenti sebentar. Ia lalu menarik napas sebelum melanjutkan.

"Aku sudah mengatur semua ini. Aku mennginginkan dirimu meninggalkanku. Kenapa? Kalau kau menganggap itu karena Jaewon, maka kau salah. Kalau kau terus bersamaku dan memilih untuk tidak meninggalkanku, kau akan memgikutiku pergi. Aku ingin seperti itu, tapi aku tidak egois. Keluargamu masih menyayangimu. Aku harus membuatmu hidup lagi. Dan ini adalah caranya. Kau sudah memilihnya." jelas Rose.

Junhoe masih mencoba untuk mencerna kalimat Rose tadi. Ia masih belum paham dengan itu.

"Aku mencintaimu, Koo Junhoe. Sungguh. Tapi ini saat terakhirku denganmu. Aku harus pergi. Hiduplah, lanjutkan hidupmu. Temukan orang baru untuk mengisi hatimu. Jangan pikirkan aku lagi." Rose masih tersenyum, tetapi matanya mulai meneteskan air mata.

"Aku pergi, June-ya. Aku mencintaimu." tubuh Rose tiba-tiba berubah menjadi kepingan kecil bercahaya yang ikut pergi dengan hembusan angin.

"Tunggu! Rosie! Aku masih tak paham! Apa yang terjadi? Kau akan pergi ke mana?" Junhoe berusaha menyentuh wajah Rose yang mulai memudar.

"Kau akan memahaminya nanti. Aku pergi dulu, ya." Rose tersenyum lebar. Wajahnya pun semakin menghilang.

"Tunggu! Jangan pergi! Rose! Tidak!" Junhoe panik melihat Rose yang menghilang. Junhoe mengejar butiran bercahaya itu. Ia mencoba menggapainya, tapi tak sampai.

"Rosee!" teriak Junhoe memanggil nama Rose.

Nama dari orang yang tak akan ia temui lagi.






Dan bersamaan dengan hilangnya Rose, Junhoe pun mulai sadar.

RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang