Sudah lebih dari setengah jam aku menangis di bangku ini. Tidak ada satu pun dari mereka yang menyadari kalau aku sudah meninggalkan tempat pesta. Mereka tentu masih asyik mengobrol dengan kerabat atau rekan kerja mereka yang lain. Mereka sama sekali tidak peduli apakah aku masih di sana atau tidak. Bahkan Varen, orang yang sudah seperti kakak sendiri bagiku, juga tidak menyadari ketidakhadiranku di sana.
Tapi aku merasa seseorang mendekatiku lalu duduk disampingku. Saat aku mengangkat kepalaku, barulah aku tahu kalau orang itu adalah Bu Darmi.
"Bu.." panggilku dengan suara serak. Bahkan pastinya suaraku terdengar sangat lirih karena terlalu banyak menangis.
"Kenapa kamu menangis, Nak? Ada apa? Ceritakan sama Ibu?"
Aku menggeleng di pelukan Ibu. Aku tak mau sampai ada orang lain yang tau bahwa aku mencintai Mas Rayyan. Cukup aku dan istrinya yang tahu.
"Bia mau pulang ke rumah, Bu. Bia nggak mau lama-lama di sini."
"Tapi pekerjaan Ibu masih banyak di sini, Nak. Ibu nggak mungkin pergi begitu saja. Tuan sama Nyonya bisa marah sama Ibu."
Benar apa yang dikatakan Bu Darmi. Beliau tidak mungkin pergi begitu saja meninggalkan pesta itu.
"Bia pulang sendiri aja, Bu."
"Tapi Tuan sama Nyonya nanti marah sama kamu, Nak. Tunggulah sampai pesta ini selesai. Satu jam lagi.."
Aku mengangguk dan kembali memeluk Ibu. Untung aku masih memilikinya. Karena dia benar-benar tulus menyayangiku. Dia selalu memperlakukan aku seperti anaknya sendiri. Bahkan saat aku kecil dulu, dialah orang pertama yang akan mengucapkan selamat ulang tahun untukku.
"Bia sayang sama Ibu. Makasih, Bu. Ibu selalu memperlakukan Bia dengan baik selama ini."
"Ibu juga sangat menyayangi kamu, Bia. Sudah.., berhenti menangis. Nanti cantiknya luntur loh."
"Kecantikan Bia ini permanen, Bu. Nggak mungkin luntur," jawabku bercanda.
"Nah.., ini baru Bia anak Ibu," serunya sambil mengeratkan pelukannya.
***
"Calista, Kakak mau bicara sama kamu."
Dia menahan tanganku yang langsung ku tepis kasar. Dia lalu menghela napasnya dan berjalan beberapa langkah di depanku. Aku mengikutinya berjalan menuju taman belakang rumah.
Sudah seminggu sejak mereka menikah, dan mereka masih tinggal di rumah ini. Papa tidak mengizinkan mereka menginap di hotel karena rumah yang akan mereka tempati belum selesai direnovasi. Jadilah selama seminggu ini aku terus menghindar dari pasangan pengantin baru ini.
"Kakak mau minta maaf sama kamu, Lista." ujarnya.
"Nggak ada yang perlu dimaafin. Nggak ada yang salah juga kan?"
"Tapi kenapa kamu semakin menghindari Kakak, Lista?"
"Kamu tahu sendiri jawabannya."
"Calista.." panggilnya lemah.
"Udah nggak ada lagi yang perlu dibicarain kan? Aku sibuk," ketusku lalu berjalan menjauhinya.
"Mas Rayyan tahu, Lis. Mas Rayyan tahu kamu suka sama dia."
Ucapannya tersebut sontak menghentikan langkah kakiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calista
General FictionHANYA LIMA PART TERSISA Highest rank : 3 in General Fiction (20/04/18) Lazuardy Series #1 Calista Sabria Halim. Model cantik dan terkenal yang sudah tak perlu diragukan lagi prestasinya. Bukan hanya sukses sebagai model di dalam negeri, tak jarang j...